19 research outputs found
Analisis Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Ketahanan Pangan Rumah Tangga Kota Surakarta
Perkembangan kasus COVID-19 masih mengalami peningkatan di Kota
Surakarta, Jawa Tengah. Hal tersebut menyebabkan keterbatasan akses akibat
kebijakan social distancing. Salah satu aspek yang terdampak yakni kondisi
perekonomian dan secara tidak langsung akan berakibat pada pendapatan serta
berimplikasi pada pemenuhan kebutuhan pangan di tingkat rumah tangga.
Penelitian ini akan menganalisis dampak dari pandemi COVID-19 terhadap
keterjangkauan akses pangan, dan kondisi pendapatan pada masing-masing
kategori ketahanan pangan serta faktor yang mempengaruhi kondisi ketahanan
pangan pada tingkat rumah tangga masyarakat Kota Surakarta. Penelitian dilakukan
dengan pendekatan kuantitatif, analisis ketahanan pangan menggunakan metode
skala kerawanan pangan HFIAS (Household Food Insecurity Accsess Scale) serta
marginal ordered probit untuk mengetahui besaran peranan factor sosio demografi
terhadap kondisi ketahanan pangan.
Hasil penelitian pada 120 responden menunjukkan bahwa responden berada
pada kategori ketahanan pangan aman sebesar 68,34%. Sedangkan 13,84%
responden berada pada kategori ketahanan pangan sedang, 12,5% berada pada
kategori ketahanan pangan sangat tidak aman, dan 5,84% berada pada kategori
ketahanan pangan tidak aman, serta didapatkan bahwa pada kategori ketahanan
pangan aman mayoritas responden berada pada kategori pendapatan sedang dan
pada kategori ketahanan pangan sangat tidak aman mayoritas responden berada
pada kategori pendapatan tinggi dengan seluruh responden pada kategori ketahanan
pangan tersebut mengalami penurunan pendapatan. Faktor sosio demografi yang
signifikan meliputi penurunan pendapatan anggota keluarga dan status pernikahan.
Sedangkan faktor lain meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
pendapatan, akses kredit, kepemilikan mobil, dan kehilangan pekerjaan tidak
signifikan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pihak
pemerintah dalam memberikan dukungan bantuan dan keterampilan kerja bagi
masyarakat untuk dapat meningkatkan peluang usaha disamping pemberian
bantuan langsung tunai, atau bantuan bahan pokok selama pandemi COVID-19 di
Kota Surakart
Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Volume Ekspor Komoditas Kakao Di Indonesia
Kegiatan perdagangan internasional menjadi salah satu aktivitas penting
dalam membuat laju ekonomi Indonesia semakin meningkat dan mendapatkan
devisa negara serta mengenalkan produk yang diproduksi oleh Indonesia ke pasar
internasional. Salah satu bentuk dari perdagangan internasional adalah kegiatan
ekspor pada komoditas pertanian. Komoditas pertanian yang setiap tahun di ekspor
ke pasar internasional adalah komoditas kakao. Indonesia menjadi salah satu
pengekspor terbesar kakao di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana.
Permasalahan yang dihadapi oleh Indonesia dalam mengekspor kakao adalah
terjadinya fluktuatifnya konsumsi dan harga kakao yang membuat volume dan nilai
dari ekspor kakao tidak stabil di pasar internasional. Permasalahan yang dihadapi
merupakan dampak dari faktor-faktor yang berkaitan dengan volume ekspor.
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor dalam jangka panjang
maupun jangka pendek yang berpengaruh terhadap volume ekspor kakao.
Penelitian ini dilakukan menggunakan pengumpulan data sekunder dari
berbagai instansi yang berkaitan dengan kegiatan ekspor komoditas kakao dan juga
menggunakan data runtutan waktu yang akan di uji keabsahannya pada penelitian
ini. Metode yang digunakan merupakan metode Error Correction Model (ECM).
Penelitian yang dilakukan mempunyai 1 variabel terikat yaitu ekspor kakao dengan
5 variabel bebas yaitu luas lahan kakao (X1), produksi kakao (X2), nilai tukar mata
uang asing (X3), harga internasional kakao (X4), dan harga domestik kakao (X5).
Hasil yang didapatkan pada penelitian ini adalah keberpengaruhan faktor-
faktor seperti luas lahan kakao, produksi kakao, nilai tukar mata uang asing, harga
internasional kakao, dan harga domestik kakao dalam jangka pendek maupun dalam
jangka panjang. Pada jangka pendek diketahui bahwa nilai tukar mata uang asing
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap volume ekspor kakao. Sedangkan,
dalam jangka panjang semua variabel yang diuji mendapatkan hasil berpengaruh
terhadap volume ekspor kakao di Indonesia
Preferensi Konsumen Dalam Mengonsumsi Pisang Organik Di Kota Malang, Jawa Timur
Penggunaan bahan-bahan kimia seperti pestisida dalam proses budidaya
pertanian menjadi hal yang umum ditemukan. Sebanyak 55,42% lahan pertanian
di Indonesia menggunakan pestisida (Sumata et al., 2015). Residu yang
ditinggalkan dari penggunaan pestisida pada tanaman akan memberikan pengaruh
negatif bagi kesehatan. Salah satu solusi untuk mengurangi dampak negatif yang
ditimbulkan dari penggunaan pestisida adalah dengan penerapan pertanian
organik.
Kesadaran masyarakat mengenai dampak negatif yang ditimbulkan dari
konsumsi produk pertanian yang mengandung pestisida menjadikan pangan
organik semakin diminati oleh konsumen. Pola hidup sehat saat ini sedang
menjadi tren baru yang berkembang di masyarakat. Buah merupakan salah satu
sumber serat yang dapat ditemukan secara mudah dalam bahan pangan (Santoso,
2011). Buah organik merupakan salah satu jenis pangan organik yang banyak
diminati oleh masyarakat.
Semakin meningkatnya permintaan konsumen terhadap buah organik
membuat banyak oknum yang kurang bertanggung jawab mengklaim produknya
sebagai produk organik dengan menggunakan label organik buatan sendiri. Label
organik yang resmi dikeluarkan di Indonesia berasal dari Lembaga Sertifikasi
Organik (LSO). Pisang organik merupakan salah satu buah organik yang banyak
diminati oleh konsumen Indonesia. Rata-rata konsumsi pisang di Indonesia
meningkat dari 5.892 kg/kapita/tahun pada 2016 menjadi 59.912 kg/kapita/tahun
pada 2018 (Setjen Pertanian, 2018). Kurangnya informasi mengenai jenis label
organik menjadikan peneliti melakukan penelitian lebih lanjut mengenai
preferensi konsumen terhadap pisang organik. Penggunaan preferensi konsumen
di penelitian ini dapat melihat kombinasi atribut pisang organik yang diminati
oleh konsumen. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan agar mengetahui karakterisitik konsumen, preferensi konsumen serta willingness to pay konsumen
pisang organik khususnya di Kota Malang.
Karakteristik konsumen pisang organik di Kota Malang dari 229
responden yakni didominasi oleh konsumen dengan jenis kelamin perempuan
dengan rentang usia 17-25 tahun, tingkat pendidikan akhir S1, dan belum menikah.
Tingkat pendapatan konsumen dalam sebulan didominasi dengan rentang
Rp1.000.000 – 2.000.000 per bulan serta tingkat pengeluaran dengan rentang yang
sama. Pekerjaan konsumen pisang organik di Kota Malang didominasi dengan
pelajar/mahasiswa dengan jumlah anggota keluarga 4 orang. Konsumen pisang
organik paling banyak melakukan pembelian satu kali dalam sebulan dan
melakukan pembelian di supermarket. Hasil analisis prefrensi konsumen terkait
jenis label yang menjadi prefrensi konsumen adalah “Label Organik Indonesia”.
Sementara untuk penampilan buah, konsumen lebih menyukai buah yang
memiliki banyak bercak hitam pada permukaan kulitnya. Sedangkan untuk harga,
konsumen tidak bersedia untuk membayar dengan harga yang lebih tinggi atau
lebih memilih untuk membeli pisang organik dengan harga yang lebih rendah.
Konsumen bersedia untuk membayar lebih tinggi untuk pisang organik
yang menggunakan Label Organik Indonesia sebesar Rp 1.640 dibandingkan
dengan pisang organik yang tidak menggunakan label. Sementara untuk pisang
organik yang menggunakan Label Organik USDA, konsumen bersedia untuk
membayar lebih mahal sebesar Rp 1.190 dibandingkan dengan pisang organik
yang tidak menggunakan label. Konsumen juga bersedia dengan harga premium
untuk pisang organik yang memiliki banyak bercak hitam pada permukaan
kulitnya sebesar Rp 2.423 dibandingkan pisang organik tanpa bercak hitam,
sedangkan untuk pisang organik dengan sedikit bercak hitam konsumen hanya
bersedia membayar lebih tinggi sebesar Rp 87 dibandingkan dengan yang tidak
ada bercak sama sekali. Atau dapat disimpulkan, konsumen bersedia membayar
dengan harga yang premium dengan pisang organik yang menggunakan Label
Organik Indonesia dan yang memiliki banyak bercak hitam pada permukaannya
Analisis Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Perubahan Pola Belanja Dan Konsumsi Makanan Rumah Tangga Kota Surakarta Jawa Tengah
Dampak Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) bukan hanya menyerang
kesehatan manusia akan tetapi juga mempengaruhi terjadinya perubahan kondisi
sosio demografi yang dihadapi oleh rumah tangga Kota Surakarta yang
berpengaruh terhadap perubahan pola belanja dan juga pola konsumsi. Sehingga,
penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak COVID-19 terhadap perubahan
pola belanja dan konsumsi rumah tangga di Kota Surakarta. Penelitian ini berhasil
mengumpulkan 120 data responden yang dilakukan pada bulan Agustus 2021
sampai bulan September 2021 melalui survei online. Hasil penelitian menunjukkan
49,17% rumah tangga mengurangi jumlah pembelian makanan dari biasanya, sering
melakukan pembelian makanan lokal (57,5%) dan sering melakukan belanja dari
toko kecil (46,67%). Sedangkan perubahan pola konsumsi yang dialami yakni
sering makan dirumah sendiri (84,17%) maupun bersama keluarga (79,17%). Pola
konsumsi lain juga sering dilakukan saat pandemi COVID-19 seperti lebih sering
memasak (80%) sehingga meluangkan banyak waktu untuk memasak (72,51%).
Perubahan pola belanja dan konsumsi rumah tangga Surakarta diketahui signifikan
dengan sejumlah karakteristik sosio-demografi melalui analisis chi-square yakni
seperti usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan pekerjaan. Hasil penelitian
ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada pemerintah untuk merancang
kebijakan berbasis bukti selama pemulihan pascapandemi di Kota Surakart
Analisis Preferensi Konsumen dan Kesediaan Membayar Terhadap Produk Beras Merah di Jawa Timur
Konsumen mulai dari orang tua mengonsumsi beras merah untuk mendapatkan
manfaat dan kandungan gizi dalam mengatasi berbagai penyakit yaitu mencegah
kanker, mencegah diabetes, dan menurunkan kolesterol. Sedangkan untuk anak usia
muda beras merah di konsumsi sebagai program diet untuk menjaga postur tubuh. Pada
intinya beras merah ini untuk program pola hidup sehat yang dilakukan oleh konsumen
beras merah. Penelitian ini menargetkan konsumen beras merah yang berada di Jawa
Timur untuk menganalisis preferensi konsumen terhadap beras merah dan
kesanggupan untuk membayar produk tersebut. Berdasarkan data BPS (2019)
pengeluran untuk konsumsi makanan bergizi salah satunya dengan membeli beras
merah yang memiliki manfaat dan kandungan gizi yang baik untuk kesehatan dan
mengatasi penyakit. Hal ini menunjukkan bahwa masyarkat sadar mengenai penerapan
pola hidup sehat dengan memilih makanan yang sehat untuk dikonsumsi.
Penelitian yang dilakukan tidak hanya berdasar dari aspek kesehatan dan
manfaat, namun adanya penyediaan atribut produk dari beras merah yaitu: label,
kualitas dan harga untuk menentukan penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk
menentukan karakteristik konsumen, preferensi konsumen, dan kesediaan membayar
produk beras merah yang dilakukan kepada responden yang sudah pernah membeli
maupun mengonsumsi beras merah. Teknik penentuan responden ialah menggunakan
sample non-probabilitas yang dilakukan kepada responden konsumen beras merah di
Jawa Timur dengan menggunakan google form. Penentuan sampel dalam penilitian ini
menggunakan rumus rule of thumb dengan hasil sebanyak minimal 84 respondent
dalam melakukan penelitian ini. Desain penilitian yang digunakan dalam penlitian ini
ialah choice set yang dibuat menggunakan software R-Studio yang menghasilkan 9 set
pilihan, dalam setiap set pilihan terdiri dari 3 opsi pilihan yaitu 2 sebagai opsi pilihan
alternatif dan 1 sebagai opsi tidak memilih. Metode analisis yang dilakukan ialah
menggunakan metode analisis Discreate Choice Experiment (DCE), metode Discrete
Choice Experiments (DCE) adalah sebuah metode yang populer digunakan untuk
mengetahui preferensi seseorang terhadap suatu produk (Aulia, 2019).
Hasil yang didapatkan dari penelitian yang dilakukan secara online dengan
responden konsumen beras merah di jawa timur, didapatkan responden sebanyak 244
dengan 215 responden yang sesuai dengan kebutuhan sampel. Berdasarkan
karakteristik konsumen, ditemukan bahwa konsumen yang mendominasi berjenis
kelamin perempuan, dengan tingkat usia 18-30 tahun, berstatus belum menikah/single,
memiliki riwayat pendidikan SMA, sedang menempuh pendidikan perguruan tinggi
atau sebagai mahasiswa, dan memiliki pendapatan Rp 1.000.000-Rp 4.000.000 /bulan.
Berdasarkan preferensi konsumen menunjukkan bahwa konsumen akan memilih
produk beras merah yang memiliki label organik SNI dibandikan label organik lokal
v
dan tanpa label, selain itu konsumen memilih produk beras merah dengan kualitas
pengelolahan yaitu dengan proses sorting-pengemasan (vakum)-keamanan (box)
dibandikan produk yang hanya mengalami proses sorting-pengemasan (vakum) dan
sorting-pengemasan (plastik).
Berdasarkan hasil analisis Willingness To Pay (WTP) diperolehbahwa
konsumen sanggup membayar lebih mahal untuk membeli dan mengonsumsi dengan
produk yang memiliki label organic SNI dibandingkan produk yang hanya
mencantumkan label organik lokal dan produk yang tanpa mencantumkan label sama
sekalipun. Serta konsumen juga sanggup membayar lebih mahal untuk produk beras
merah yang melalui proses tahapan pasacapanen mulai dari proses sorting-pengemasan
(vakum)-keamanan (box) dibandingkan produk beras merah yang hanya melalui proses
sorting-pengemasan (vakum) dan produk dengan proses sorting-pengemasan (plastik).
WTP ini untuk mempengaruhi penjualan beras merah dengan memperhatikan atribut
yang digunakan pada produk tersebut.
Konsumen beras merah yang di dominasi oleh anak usia muda memiliki cara
pemikiran yang selektif atau suka membandingkan produk antara supermarket dengan
e-commerce yang memiliki harga lebih murah, oleh karena itu terdapat hasil yang
menerangkan bahwa konsumen kurang menyukai dan bersedia membayar murah untuk
produk beras merah yang ditawarkan dalam alternatif pilihan
Consumer Preference for Beef’s Attributes in Indonesia: An Online Survey using Discrete Choice Experiment
Beef consumption among Indonesian continues to increase every year. Based
on BPS (2020), from 2010-2019 beef consumption per capita of Indonesian
increased by an average of 2.04% per year. The high level of beef consumption is
expected to impact increasing beef demand in Indonesia (Kementerian Pertanian,
2019). However, domestic production can only meet about 45% of Indonesia's beef
needs (Smith et al., 2018). To meet the demand, the Indonesia Government has
imported meat. Research conducted by Hidayat (2019); Huillier et al., (2018),
shows that Indonesia consumers tend to prefer local over imported beef. In contrast,
local beef has lower quality than imported beef because most cattle are employed,
with low quality of feeding, older slaughter age, and does not pay attention to
animal welfare aspects (Nuraini et al., 2019). However, this gap could not indicate
that Indonesian consumer more prefers in low quality beef, because there are many
factors affect their decision. Therefore, revealing Indonesian consumers' preference
for beef’s attribute for local and imported beef study is needed.
This research aims to analyse consumer preferences and consumer
willingness to pay for beef’s attributes in Indonesia. This research used a
quantitative approach, Discrete Choice Experiment (DCE). The sample of this
research are beef consumers in Indonesia who are responsible for buying and
cooking food for the family. The data collection technique was carried out online
using a google form distributed to beef consumers through social media such as
WhatsApp, Instagram, Twitter, Facebook, and direct messages through the Shopee
and Tokopedia market places. The data analysis method in this study used the
Conditional Logit analysis method and the Marginal Willingness to Pay analysis
using the RStudio application analysis tool.
The study results show that the consumer characteristics of the 378
respondents are dominated by married women with an age range of 29-39 years, 4-
6 members, and domiciled in East Java. Most of the respondents have SI/SII/SIII
education and work as housewives with a household income of Rp 3,000,001 – Rp
5,000,000. The place to buy beef that many respondents choose is the traditional
market. In addition, consumer preference for meat in Indonesia, namely beef
originating from Indonesia, which is equipped with a BSE-tested certificate, has
moderate marbled and tends to have lower prices. And consumer willingness to pay
analysis shows that beef consumers in Indonesia are willing to pay more for the
marbling attribute, namely beef with moderate marbled. And consumers are not
willing to pay more for the attributes of the country of origin and food safet
Consumer Preferences And Willingness To Pay Toward Healthy Catering Service In East Java, Indonesia
Tren gaya hidup sehat telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Catering memiliki beberapa jenis, jasa catering sehat merupakan salah satu jenis catering yang muncul untuk memenuhi kebutuhan konsumen dalam mengkonsumsi makanan sehat. Sepanjang tahun, seiring dengan meningkatnya kesadaran dan kebutuhan masyarakat akan makanan sehat, serta besarnya pendapatan yang menguntungkan, jumlah layanan katering sehat semakin meningkat. Data mengenai jumlah layanan katering sehat yang ada didasarkan pada data akun Instagram untuk layanan katering sehat. Instagram, merupakan saluran utama pemasaran dan penjualan katering sehat secara umum, dapat dilihat bahwa sejak 5 tahun terakhir, telah terjadi penambahan akun layanan katering sehat baru. Hingga tahun 2021, pada kolom pencarian akun layanan katering sehat di Instagram, terlihat lebih dari 50 akun layanan katering sehat yang tersedia, dimana 20% di antaranya berada di Jawa Timur. Apalagi rata-rata pengeluaran bulanan per kapita menurut kelompok komoditas pangan di Jawa Timur sebagian besar dihabiskan untuk makanan dan minuman (BPS, 2017). Artinya bisnis katering sehat di Jawa Timur berpotensi meningkatkan jumlah konsumennya. Berkaitan dengan upaya menarik konsumen untuk melakukan keputusan pembelian, produsen harus mengetahui preferensi konsumen terhadap produk katering sehat. Keputusan pembelian terjadi melalui suatu proses, salah satu proses dalam keputusan pembelian adalah proses seleksi. Dalam proses seleksi, terdapat preferensi pelanggan yang menyebabkan terjadinya keputusan pembelian tersebut (Erinda & Kumadji, 2016). Keputusan pembelian konsumen tidak hanya didasarkan pada produk itu sendiri. Konsumen perlu mengumpulkan informasi alternatif selama proses keputusan pembelian. Konsumen melihat setiap produk sebagai sekumpulan atribut dengan berbagai kemampuan untuk memberikan manfaat (Kotler & Keller dalam Kanagal, 2016). Oleh karena itu, dalam mengetahui preferensi konsumen, pemilihan atribut produk merupakan hal yang harus diketahui untuk mengetahui bagaimana persepsi konsumen terhadap pelayanan catering yang sehat. Untuk mengetahui pilihan atribut produk dan minat beli konsumen pada jasa catering sehat, maka perlu dilakukan penelitian tentang bagaimana preferensi konsumen dan Willingness To Pay (WTP) jasa catering sehat di Jawa Timur perlu dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini mengadopsi pendekatan choice experiment (CE), suatu metode evaluasi pilihan dan preferensi yang dinyatakan, untuk membangun dan menganalisis preferensi konsumen dan WTP terhadap layanan katering sehat di Jawa Timur, Indonesia