3 research outputs found

    PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KEARIFAN LOKAL SUNDA DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN PPKn DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

    Get PDF
    ABSTRACTThis research reveals the values of character education based on Sundanese Local Wisdom (KLS) in relation to Core Competencies (KI) in learning Pancasila and Citizenship Education (PPKn) in Junior High Schools. Character values become a reference in the world of education and must be applied in schools. In KLS, there are several character values that are revealed in 'paribasa or babasan' which is a treasure for the life of the Sundanese. These character values are relevant to those formulated by the Ministry of National Education as many as 18 character values. Meanwhile, the character values in Civics learning are as reflected in the KI formulation in elementary education for grades VII-IX. Based on the results of the analysis, it can be revealed that there is a significant relevance of SEA-based character values with character values in KI and those formulated by the Ministry of National Education. Of the 42 'paribasa' KLS character values, it can be classified into 12 character values that are relevant to the KI formulation. The KLS character values become enrichment materials in Civics learning in Junior High Schools.Keywords: Character education, Sundanese, local wisdom, core competence AbstrakPenelitian ini mengungkapkan tentang nilai-nilai pendidikan karakter berbasis Kearifan Lokal Sunda (KLS) dalam hubungannya dengan Kompetensi Inti (KI) dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) di Sekolah Menengah Pertama. Nilai-nilai karakter menjadi acuan dalam dunia pendidikan dan harus diterapkan dalam persekolahan. Dalam KLS memiliki beberapa nilai karakter yang terungkap pada ‘paribasa atau babasan’ yang menjadi khasanah bagi kehidupan orang Sunda. Nilai-nilai karakter tersebut relevan dengan yang dirumuskan oleh Kementerian Pendidikan Nasional sebanyak 18 nilai karakter. Sedangkan nilai-nilai karakter pada pembelajaran PPKn sebagaimana tercermin dalam rumusan KI pada pendidikan dasar kelas VII-IX. Berdasarkan hasil analisis dapat diungkapkan bahwa terdapatnya relevansi yang signifikan nilai-nilai karakter berbasis KLS dengan nilai-nilai karakter dalam KI serta yang dirumuskan oleh Kemendiknas. Dari sebanyak nilai karakter KLS 42 ‘paribasa’, maka dapat diklasifikasikan pada 12 nilai karakter yang relevan dengan rumusan KI. Nilai-nilai karakter KLS menjadi bahan pengayaan dalam pembelajaran PPKn di Sekolah Menengah Pertama.Kata Kunci: Pendidikan karakter, Kearifan lokal, Sunda, Kompetensi int

    Perception of Students as a Beginner Voter on General Election in Cianjur District

    Get PDF
    In this simultaneous election, legislative elections for the regions, provinces, and the center as well as the election of presidential pairs. There is an assumption that with the simultaneous implementation of legislative and executive elections (Candidates for President-Vice President), there appears to be an imbalance between the election of the Candidates for President-Vice President and the legislature so that the presidential election contest gets more attention than the legislative election. The public is quite enthusiastic about welcoming this election with a public participation rate of 81%, which is quite high when compared to previous elections. This study examines students' perceptions of the survey results regarding perceptions of the implementation system and socialization of the 2019 simultaneous elections on April 17, 2019. This study uses quantitative methods using a questionnaire to students. For beginner voters who in this study were represented to Universitas Suryakancana students with a sample of level 1 and level 2 students of the Teaching and Education Faculty, Universitas Suryakancana, with random sampling in the Cianjur district and sufficiently representative. The conclusions of this article are: 1) The campaign as a media of socialization and political education is seen as influencing the choice of candidates for both the executive and legislative elections; 2) Social media, which is seen as the most dominant in influencing voters' preferences for both the executive and legislative elections; 3) Beginner voters saw a necessity and felt enthusiastic about voting and were very decisive on the vote acquisition; 4) The response of first-time voters to choices for executive and legislative elections is based more on the character and authority of the prospective leaders; 5) The reaction of first-time voters to political parties in a democratic government system requires multiple parties

    IMPLIKASI PENDIDIKAN POLITIK PADA PERILAKU POLITIK PIMPINAN MAHASISWA :Studi Naturalistik Pendidikan Politik pada Organisasi Kemahasiswaan Universitas Pendidikan Indonesia

    Get PDF
    Fokus kajian penelitian ini menyoroti tentang pemahaman pendidikan politik dalam kaitannya dengan perilaku politik pimpinan mahasiswa dalam ormawa. Pemahaman mahasiswa mengenai konsep pendidikan politik terakumulasi melalui proses sosial yang kontinyu dan diwarnai oleh faktor-faktor lingkungan sosial yang beragam. Proses pendidikan politik (sosialisasi politik) mulai tertanam pada lingkungan keluarga, di sekolah, pemberitaan media massa, dan keaktifan pada Ormawa. Ormawa merupakan pusat dan wahana yang strategis dalam pembentukan kepribadian, sikap dan perilaku mahasiswa. Perkembangan dan kematangan berinteraksi sosial, emosional, dan personal terpupuk dan terasah melalui realitas berorganisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang pemahaman pimpinan mahasiswa mengenai konsep pendidikan politik; profil perilaku politik pimpinan mahasiswa; komunikasi, interaksi antar pimpinan mahasiswa dan partisipasinya dalam Ormawa; keterkaitan pemahaman konsep pendidikan politik dengan perilaku politik mereka dalam Ormawa. Melalui metode penelitian "naturalistic inquiry", data yang dihimpun berupa kata-kata, tindakan, dokumen, situasi dan peristiwa yang dapat diobservasi. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan sebagai berikut: Pertama, Pemahaman mahasiswa mengenai konsep pendidikan politik sangat beragam, dan berdasar daya nalarnya sendiri, serta nilai-nilai kehidupan dan sistem keyakinan yang dianut secara operasional ditunjukkan dalam aktivitas berorganisasi dan pergerakan sosial. Pemahaman itu terfokus pada persoalan yang menyentuh kehidupan banyak orang dan bersifat problematis. Kedua, Profil perilaku politik mahasiswa tercermin dari kompetensi mereka dalam keorganisasian, kepemimpinan dan pergerakan sosial. Potensi itu berkembang diwujudkan dalam interaksi dan komunikasi sosial diantara mahasiswa dan tokoh-tokoh pimpinan nasional dalam bentuk : forum diskusi, latihan kepemimpinan, persidangan/musyawarah mahasiswa, rapat dengar pendapat; pemyataan sikap, orasi dan unjuk rasa yang melibatkan massa. Ketiga, Komunikasi dan interaksi antara mahasiswa baik dalam organisasi intra maupun ekstra universiter, secara formal maupun informal, membina kesadaran berpolitik dan membangun opini publik, serta melahirkan kepekaan, kepedulian, dan keterlibatan (partisipasi) mereka terhadap problema sosial yang dihadapi dalam kehidupan kemasyarakatan, kelembagaan, dan kenegaraan
    corecore