25 research outputs found

    Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea Mays Saccharata) Pada Tumpangsari Dengan Tanaman Kangkung (Ipomea Reptans)

    Full text link
    Baby corn atau jagung semi merupakan salah satu produk dari tanaman jagung manis yang nilai ekonomisnya tinggi. Keuntungan lain memproduksi baby corn ialah waktu panen yang singkat. Kendala yang dialami petani baby corn ialah rendahnya produktivitas karena sarana produksi seperti pupuk dan pestisida harganya semakin tinggi. Penggunaan bahan organik sebagai pengganti pupuk kimia dan optimalisasi lahan dengan pola tanam tumpangsari bisa menjadi solusi dari permasalahan yang dihadapi petani baby corn. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui jenis dan komposisi bahan organik yang bisa menggantikan pupuk anorganik pada budidaya baby corn yang ditanam tumpangsari dengan kangkung ini telah dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juni 2011 di Desa Dadaprejo, Batu. Penelitian ini menggunakan RAK yang terdiri atas 6 perlakuan dan 4 ulangan, yaitu A = 100% pupuk anorganik; B = 100% kompos kotoran sapi; C = 50% kompos kotoran sapi + 50% paitan (Tithonia diversifolia); D = 50% kompos kotoran sapi + 50% orok – orok (Crotalaria juncea); E = 25% kompos kotoran sapi + 75% paitan (Tithonia diversifolia); F = 25% kompos kotoran sapi + 75% orok – orok (Crotalaria juncea). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk anorganik, kotoran sapi serta kombinasi kotoran sapi dan pupuk hijau dengan komposisi yang berbeda-beda tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi jagung manis yang dipanen muda dan kangkung. Analisis R/C ratio menunjukan bahwa pada aplikasi 50% kompos kotoran sapi + 50% paitan (Tithonia diversifolia) memiliki nilai R/C ratio tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya yaitu 2,26

    Respon Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Ubi Jalar (Ipomoea Batatas L.) Pada Beberapa Macam Dan Waktu Aplikasi Bahan Organik

    Get PDF
    Pemanfaatan bahan organik merupakan salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk menghasilkan produk yang berkua-litas. Hal ini sangat terkait bahwa melalui aplikasi bahan organik, produk pertanian mempunyai rasa yang lebih manis, lebih ta-han lama, bebas dari residu kimia sehingga bersifat aman dan sehat untuk dikonsumsi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan waktu aplikasi berbagai macam bahan orga-nik yang paling tepat pada pertumbuhan dan hasil tanaman ubi jalar. Penelitian di-laksanakan di Desa Landungsari, Dau, Malang pada bulan April – September 2013. Bahan yang digunakan adalah bibit ubi jalar varietas lokal gunung kawi, pupuk kandang sapi, kompos azolla dan kompos sampah kota. Penelitian menggunakan rancangan petak terbagi dengan perlakuan macam ba-han organik sebagai petak utama (B) terdiri dari 3 macam yaitu: B1: Pupuk kandang sapi; B2: Kompos azolla; B3: Kompos sam-pah kota. Waktu aplikasi sebagai anak pe-tak (W) terdiri dari 3 waktu yaitu: W1: Ber-samaan tanam; W2: 15 hari sebelum tanam; W3: 30 hari sebelum tanam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu aplikasi 30 hari sebelum tanam memberikan hasil umbi pa-ling baik pada ketiga bahan organik yang digunakan, yaitu sebesar 15,25 ton ha-1 un-tuk pupuk kandang sapi, 20,51 ton ha-1 untuk kompos azolla dan 28,03 ton ha-1 untuk kompos sampah kota

    Respon Tanaman Tomat (Lycopersicon Esculentum Mill.) Pada Berbagai Tingkat Ketebalan Mulsa Jerami Padi

    Get PDF
    Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) merupakan salah satu jenis buah yang banyak mengandung zat – zat yang berguna bagi tubuh antara lain vitamin C, vitamin A(karoten) dan mineral. Tanaman tomat membutuhkan kondisi lingkungan berupa suhu maupun kelembaban tanah yang sesuai, untuk dapat mengoptimalkan pertumbuhan tomat diperlukan adanya modifikasi kondisi lingkungan tumbuh baik berupa suhu tanah maupun kelembaban tanah dengan menggunakan teknologi budidaya tanaman yang tepat salah satunya dengan menggunakan mulsa organik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh mulsa jerami pada pertumbuhan dan hasil tanaman tomat dan menentukan tingkat ketebalan mulsa yang dapat memberikan respon terhadap produktifitas tanaman tomat. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Tlogomas, Kecamatan Lowokwaru Kota Malang, Jawa Timur pada bulan Juni sampai Agustus 2014, dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 7 perlakuan ketebalan mulsa jerami padi dan 4 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dengan menggunakan mulsa tidak memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap parameter pertumbuhan, tetapi memiliki hasil yang berbeda nyata pada parameter hasil. Pemberian mulsa jerami padi dengan ketebalan 4,5 cm dapat menekan pertumbuhan gulma sebesar 59,71% dan menurunkan suhu tanah pada pagi dan siang hari masing – masing sebesar 5,30% dan 1,68%, sehingga dapat menghasilkan jumlah buah sebanyak 21,24 buah atau meningkat sebesar 103,83% dan bobot segar sebesar 1,81 kg atau meningkat sebesar 98,90% dibandingkan tanpa pemberian mulsa jerami padi

    Kajian Iklim Mikro Pada Pola Tanam Tumpangsari Tanaman Stroberi (Fragaria SP.) Dan Tanaman Selada (Lactuca Sativa) Serta Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Kedua Tanaman

    Full text link
    Kondisi cuaca saat ini sudah tidak menentu lagi. Sudah saatnya dipikirkan pertanian dengan memperhitungkan iklim. Kondisi iklim harus diperhitungkan dengan me-lakukan sebuah penelitian kajian iklim mikro untuk budidaya tanaman. Salah satu produk pertanian yang prospektif untuk di-kembangkan adalah komoditi hortikultura, terutama buah-buahan seperti stroberi. Nilai jual buah stroberi cukup tinggi, sehingga banyak petani yang ingin mem-budidayakannya. Tanaman stroberi di-budidayakan secara monokultur. Budidaya secara monokultur kurang efisien dalam penggunaan lahan dan cahaya matahari. Dengan demikian, Penulis men-gombinasikan tanaman stroberi dan selada dengan pola tanam tumpangsari. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi iklim mikro yang sesuai untuk tanaman stroberi dari pengaruh waktu tanam yang berbeda terhadap pertumbuhan dan hasil. Penelitian dilaksanakan pada Maret sampai dengan Agustus 2014, bertempat di Bumiaji, Kota Batu, pada ketinggian 890 m dpl. Penelitian ini menggunakan RAK (Rancangan Acak Kelompok) 9 perlakuan dengan tiga kali ulangan. (P1): Selada ditanam 21 hari sebelum stroberi, (P2): Selada ditanam 14 hari sebelum stroberi, (P3): Selada ditanam 7 hari sebelum stroberi, (P4): Selada ditanam bersamaan dengan stroberi, (P5): Selada ditanam secara monoultur, (P6): Stroberi ditanam secara monokultur, (P7): Selada ditanam 7 hari setelah stroberi, (P8): Selada ditanam 14 hari setelah stroberi, (P9): Selada ditanam 21 hari setelah stroberi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bibit selada ditanam 21 hari sebelum penanaman bibit stroberi memiliki kondisi iklim mikro yang baik, Nilai Kesetaraan Lahan tertinggi, jumlah buah terbanyak dan bobot komsumsi tertinggi tumpangsari tanaman selada dengan stroberi Sedangkan bobot segar total buah per tanaman tertinggi yaitu bibit selada ditanam 7 hari setelah penanaman bibit stroberi

    Kompetisi Gulma Kremah (Alternanthera Sessilis) Dengan Tanaman Kubis Bunga (Brassica Oleraceae Var. Botrytis L.) Pada Berbagai Tingkat Pemupukan Nitrogen

    Get PDF
    Masalah yang sering muncul dalam kegiatan budidaya yaitu keberadaan gulma yang tumbuh di area tanaman budidaya. Salah satu gulma yang mendominasi di area tumbuh tanaman kubis bunga yaitu gulma kremah. Keberadaan gulma kremah di area tanaman kubis bunga dapat menyebabkan kompetisi nutrisi terutama unsur nitrogen. Peningkatan dosis pupuk nitrogen pada tanaman kubis bunga dapat dilakukan sebagai salah satu metode pengendalian gulma kremah yang hidup berdampingan dengan tanaman kubis bunga. Tujuan dari penelitian untuk mempelajari kemampuan bersaing tanaman kubis bunga dengan gulma kremah pada berbagai tingkat pemupukan nitrogen. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kalimanis, Kecamatan Doko, Kabupaten Blitar dengan menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan ulangan 3 kali. Faktor pertama populasi gulma dengan taraf K0 = 0 tumbuhan m-2, K45 = 45 tumbuhan m-2, K90 = 90 tumbuhan m-2 dan K135 = 135 tumbuhan m-2 faktor ke dua dosis pupuk niterogen dengan taraf N35 = 35 kg N ha-1 N70 = 70 kg N ha-1 dan N105 = 105 kg N ha-1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetisi tanaman kubis bunga dan gulma kremah terjadi pada umur pengamatan 20 hst. Penambahan dosis pupuk nitrogen 35 kg N ha-1 hingga 105 kg N ha-1 mampu meningkatkan competitive ability tanaman kubis bunga sebesar 12,19 %. Pemupukan nitroegen yang tepat terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kubis bunga 105 kg N ha-1 dan populasi gulma kremah yang sesuai untuk pertumbuhan dan hasil tanaman kubis bunga adalah 0 tumbuhan m-2 hingga 45 tumbuhan m-2

    Pengaturan Teknik Aplikasi Berbagai Sumber Bahan Organik Pada Budidaya Mentimun (Cucumis Sativus L.)

    Full text link
    Terbatasnya ketersediaan air merupakan permasalahan budidaya di lahan kering, sehingga diperlukan teknologi yang mampu mengkonservasi air tanah untuk mem-pertahankan kandungan air tanah pada budidaya mentimun. Bahan organik me-rupakan salah satu alternatif yang mampu mempertahankan kandungan air tanah. Bahan organik dapat diaplikasikan dengan cara ditebar maupun dicampur dengan ta-nah. Penelitian ini bertujuan mendapatkan teknik aplikasi dari berbagai sumber bahan organik yang mampu mempertahankan kandungan air tanah, sehingga dapat men-dukung pertumbuhan dan produksi men-timun. Penelitian dilaksanakan di rumah plastik, Desa Kepung, Kabupaten Kediri pada ketinggian 132 m dpl dengan tipe tanah regosol, dimulai pada bulan Januari hingga Maret 2013. Metode penelitian yang digunakan menggunakan Rancangan Acak Kelompok terdiri dari 10 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang diberikan ialah, P1 (Pupuk kandang sapi diaplikasikan de-ngan cara di-tebar), P2 (Pupuk kandang sapi di-aplikasikan dicampur dengan tanah), P3 (Ampas tebu diaplikasikan dengan cara ditebar), P4 (Ampas tebu diaplikasikan dicampur dengan tanah), P5 (Sekam padi diaplikasikan dengan cara di-tebar), P6 (Sekam padi diaplikasikan dicampur dengan tanah), P7 (Sekam bakar diaplikasikan dengan cara ditebar), P8 (Sekam bakar di-aplikasikan dicampur dengan tanah), P9 (Jerami padi diaplikasikan dengan cara ditebar), dan P10 (Jerami padi di-aplikasikan dicampur dengan tanah). Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik aplikasi bahan organik pupuk kandang sapi, ampas tebu, sekam padi, sekam bakar, dan jerami padi yang diaplikasikan dengan cara ditebar maupun dicampur dengan tanah memiliki kemampuan mempertahankan kandungan air tanah yang sama pada bu-didaya mentimun, terbukti dari kelembaban yang relatif stabil

    Respon Dua Kultivar Tanaman Krisan (Chrysanthemum Morifolium) Pada Berbagai Lama Penambahan Cahaya Buatan

    Get PDF
    Krisan (Chrysanthemum morifolium) adalah tanaman hias yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan potensial dikembang-kan. Kualitas bunga krisan yang tidak sesuai standar pemasaran mengakibatkan harga krisan menurun. Krisan bukan tanam-an asli Indosesia sehingga untuk mening-katkan kualitas bunga diperlukan penyi-naran tambahan. Penambahan cahaya buatan yang terlalu lama akan menambah biaya produksi, sedangkan jika kurang mengakibatkan pertumbuhan krisan kurang optimal dan mempengaruhi kualitas bunga. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui respon pertumbuhan, pembungaan dan kualitas bunga dua kultivar krisan pada berbagai lama penambahan cahaya buatan sehingga didapatkan lama penambahan cahaya buatan yang tepat untuk budidaya tanaman krisan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai Maret 2013 di desa Junggo, Kota Batu dengan ketinggian 1400 m dpl. Penanaman dilakukan di dalam greenhouse dengan atap berbahan plastik UV. Rancangan per-cobaan yang digunakan adalah Rancangan Petak Terbagi. Sebagai petak utama adalah lama penambahan cahaya buatan meliputi tanpa penambahan cahaya, penyinaran 2, 3, 4 dan 5 jam. Sebagai anak petak adalah kultivar yaitu White Fiji dan Yellow Fiji. Kultivar White Fiji dan Yellow Fiji mempu-nyai respon yang sama terhadap lama penambahan cahaya buatan sehingga tidak terdapat perbedaan nyata pada semua pa-rameter yang diamati. Penambahan cahaya buatan meningkatkan panjang tangkai bu-nga yang sama panjang pada perlakuan 4 dan 5 jam yaitu masing-masing sebesar 54,82% dan 55,46%, dan lebih tinggi diban-dingkan penambahan cahaya buatan 2 dan 3 jam yang hanya meningkatkan panjang tangkai masing-masing sebesar 43,81% dan 51,02%

    Pengaruh Umur Panen Terhadap Rendemen Dan Kualitas Minyak Atsiri Tanaman Nilam (Pogostemon Cablin Benth.)

    Get PDF
    Tanaman nilam merupakan tanaman penghasil minyak atsiri yang dapat menyumbang devisa lebih dari 50 % dari total ekspor minyak atsiri Indonesia. Minyak nilam bersifat fixatif (pengikat) sehingga mempunyai peluang yang baik karena belum ada produk substitusinya. Peningkat-an jumlah penduduk mempengaruhi permintaan minyak nilam, akan tetapi lahan budidaya nilam semakin menurun. Di Indonesia tanaman nilam memiliki rendemen dan kualitas minyak yang bervariasi, sehingga diperlukan teknik budidaya tanaman nilam yang tepat. Umur panen berhubungan erat dengan fase pertumbuhan tanaman yang mencerminkan tingkat kematangan fisiologis tanaman, dan mempunyai relevansi kuat dengan produksi dan kandungan yang ada dalam tanaman. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari umur panen yang tepat terhadap rendemen dan mutu minyak tanaman nilam ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011 – Maret 2012 di Tempeh – Lumajang. Penelitian ini menggunakan RAK yang terdiri atas 6 perlakuan dan 4 ulangan, yaitu: P1 : 4 bst + 4 bsp; P2 : 5 bst + 3 bsp; P3 : 6 bst + 2 bsp; P4 : 7 bst + 1 bsp; dan P5 : 8 bst (bulan setelah tanam/panen). Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur panen berpengaruh nyata terhadap komponen pertumbuhan dan hasil tanaman nilam. Melalui uji Kromatografi Gas Spektrometer Masa minyak nilam memiliki kadar patchouli alkohol 18.40 – 22.40 %. Sedangkan indeks bias memiliki kisaran 1.5042 – 1.5075 dan berat jenis 0.951 – 0.995 g/ml Analisi R/C rasio menunjukkan bahwa P1 adalah perlakuan yang paling optimal, dilihat dari hasil penjualan bahan basah, bahan kering maupun minyak nilam yang masing-masing memiliki nilai R/C rasio 2.34, 2.77 dan 3.58

    Pemanfaatan Batang Semu Pisang Sebagai Pot Dengan Berbagai Komposisi Media Tanam Terhadap Produktivitas Tanaman Kangkung Darat (Ipomoea Reptans L.)

    Get PDF
    Kangkung Sutera merupakan salah satu tanaman berumur pendek yang tahan terhadap penyakit karat daun (Puccinia sp). Meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia pada setiap tahun yang diikuti dengan alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan pemukiman di daerah perkotaan menyebabkan berkurangnya lahan pertanian, sehingga produksi kangkung darat menurun. Solusi yang dapat diterapkan untuk mengefisiensikan lahan adalah dengan menggunakan pot batang semu pisang. Pot batang semu pisang ramah lingkungan dan memiliki kadar air yang tinggi yaitu 96,2% sehingga cocok untuk daerah kekurangan air. Komposisi media tanam pupuk kandang sapi, kompos azolla, dan kompos sampah kota yang digunakan, diharapkan dapat berpengaruh dalam pertumbuhan kangkung. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendapatkan komposisi media tanam yang sesuai untuk pertumbuhan dan produksi tanaman kangkung darat pada pot yang berbeda. Penelitian dilaksanakan di Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Bedali, Malang. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) terdiri dari 6 perlakuan: P1 = Tanah + pupuk kandang sapi (1:1) pada polybag, P2 = Tanah + kompos Azolla (1:1) pada polybag, P3 = Tanah + kompos sampah kota (1:1) pada polybag, P4 = Tanah + pupuk kandang sapi (1:1) pada pot batang semu pisang, P5 = Tanah + kompos Azolla (1:1) pada pot batang semu pisang, P6 = Tanah + kompos sampah kota (1:1) pada pot batang semu pisang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan perlakuan pupuk kandang sapi pada polybag memiliki bobot segar total tanaman lebih besar dibandingkan dengan perlakuan lainnya
    corecore