9 research outputs found
Potential Analysis of the Sumberringin River for a Micro Hydro Power Plant in Tumpang District, Malang Regency
The Sumberringin River is included in the upstream section so that the shape of the land surface around the river is still a hilly area, so it has a narrow river dimension with a reasonably high flow velocity. This condition is interesting for conducting studies related to the potential of the river supported by the existence of the Wringinsongo area, which relies on flowing water sources as tourism. This study aims to determine : 1) the potential of the Sumberringin River in the form of river water discharge, 2) the elevation of the land surface to obtain a high potential for falling for the potential energy utilization of river water, 3) the shape of the land surface (land-surface) for modeling river utilization construction, 4) The potential amount of electrical power that can be generated theoretically using a micro-hydro power plant (PLTMH). This study used a survey method of measurement/observation of two biological parameters (water flow discharge and ground elevation/falling height of river water flow) to simulate potential water flows and model the construction of the PLTMH building. River discharge measurements are carried out at four points in the location as a reference for calculations. The first point is ninety liters per second; the second is one hundred and forty liters per second; the third is thirty liters per second; and the fourth is eight twenty liters per second, so the average measured flow rate is eighty liters per second. The results of contour modeling show that the height of the fall is 3-3 meters high, the width of the planned weir is five and a half meters, with a weir height of one and a half meters, it is planned to be able to generate electricity in a turbine of eleven kilowatts using a crossflow type turbine. This research can be a comparison method for other similar areas in calculating river potential.ABSTRAKSungai Sumberringin termasuk pada bagian hulu sehingga bentuk permukaan tanah sekitar sungai masih merupakan daerah perbukitan, sehingga memiliki dimensi sungai yang tidak lebar dengan kecepatan aliran yang cukup tinggi. kondisi tersebut menarik untuk dilakukan kajian terkait potensi sungai ditunjang dengan keberadaan daerah wringinsongo yang mengandalkan aliran sumber air sebagai wisatanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) potensi sungai sumberringin berupa debit air sungai, 2) elevasi muka tanah untuk mendapatkan potensi tinggi jatuh untuk pemanfaatan energi potensial air sungai, 3) bentuk muka tanah (land-surface) untuk pembuatan model konstruksi pemanfaatan sungai, 4) potensi besaran daya listrik yang dapat dihasilkan secara teoritis menggunakan pembangkit listrik tenaga mikro-hidro (PLTMH). Penelitian ini menggunakan metode survei pengukuran / observasi terhadap dua parameter alam (debit aliran air dan elevasi muka tanah / ketinggian jatuh aliran air sungai) untuk kemudian dilakukan simulasi potensi aliran air dan pemodelan konstruksi bangunan PLTMH. Pengukuran debit sungai dilaksanakan pada empat titik di lokasi sebagai acuan perhitungan, titik pertama sebesar sembilan puluh liter per-detik, titik kedua sebesar seratus empat puluh liter per-detik, titik ketiga sebesar tiga puluh liter per-detik, titik ke-empat sebesar delapan puluh liter per-detik sehingga rerata debit aliran yang terukur sebesar delapan puluh liter per detik. Hasil pemodelan kontur didapatkan besarnya tinggi jatuh yang didapatkan setinggi 3 tiga meter, lebar bendung rencana sebesar lima setengah meter, dengan tinggi bendung sebesar satu setengah meter, direncanakan mampu untuk membangkitkan listrik pada turbin sebesar sebelas kilowatt menggunakan turbin tipe crossflow. Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu metode pembanding daerah lain yang sejenis dalam menghitung potensi sungai
ANALISIS PENGARUH JUMLAH GCP (GROUND CONTROL POINT) TERHADAP AKURASI PETA ORTHOFOTO PADA JALAN YANG BERKARAKTER CURAM DENGAN TIKUNGAN TAJAM HASIL PEMOTRETAN UDARA METODE UAV-FOTOGRAMETRI: -
Studi tentang pengaruh konfigurasi Ground Control Point (GCP) terhadap akurasi peta orthofoto hasil pemotretan metode UAV-Fotogrametri telah banyak dilakukan. Akan tetapi penelitian-penelitian tersebut dilaksanakan dengan kondisi objek berupa area atau jalan yang relatif datar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari pola dan jumlah GCP terhadap akurasi peta orthofoto yang dihasilkan dengan kondisi objek jalan yang berkarakter curam dengan tikungan tajam. Digunakan 4 skenario pola dan jumlah GCP pada area jalan sepanjang ± 500 meter, 4 skenario divalidasi menggunakan RMSEr untuk ketelitian posisi horizontalnya dan RMSEz untuk ketelitian posisi vertikalnya. Dari skenario percobaan yang dilakukan didapatkan hasil yaitu pada skenario pertama dengan GCP 3 buah menghasilkan nilai RMSEr = 0,193 m dan RMSEz = 0,262 m, kedua dengan GCP 4 buah menghasilkan nilai RMSEr = 0,200 m dan RMSEz = 0,608 m, ketiga dengan GCP 4 buah yang diletakan pada setiap tikungan menghasilkan nilai RMSEr = 0,164 m dan RMSEz = 0,429 m, keempat dengan GCP 5 buah menghasilkan nilai RMSEr = 0,134 m dan RMSEz = 0,401 m. Ketelitian geometri dari empat skenario peta orthofoto yang dihasikan mampu mencapai skala peta 1:2500 dengan interval kontur 1,25 m berdasarkan pedoman teknis ketelitian peta dasar
The Evolution of Geospatial Aspects in the Law on the Establishment of New Regions (Autonomy) Pre and Post Broad Autonomy in Indonesia
Expansion or establishment of new regions (Provinces, Regencies/Cities) is a consequence of the politics of decentralization implemented in Indonesia. The development of decentralization in Indonesia underwent fundamental changes after the reformation in 1998. Inception of UU No 22 tahun 1999 concerning regional government has given a new color to the administration of government in Indonesia or what is called broad autonomy. Restructuring regional governments that provide discretion in the form of broader authority in running their government in accordance with regional needs has created many implications for the region, one of which is stretching and the spirit of the region to bloom. In determining the boundaries of forming new regions, the geospatial aspect is an important and strategic aspect. Problems related to geospatial aspects such as maps of regional boundaries, area size, etc are issues that need to be clearly defined and calculated in the new (autonomous) regional (Province, Regency/City) determination. But in fact the law on the formation or establishment of regions in the period 1950-1999 on the geospatial aspect did not become an important part so that it caused problems later which could potentially trigger social conflicts such as regional boundary disputes. Post-reformation, the development of the role of the geospatial aspects has evolved a little more advanced, such as the existence of regional boundary maps in the appendix to the law on the formation or expansion of new regions, such as UU No 7 tahun 2002, UU No 2 tahun 2003, and others. However, there is still something that must be evaluated regarding the map in the attachment to be in accordance with the geospatial rules. A very progressive development in terms of the geospatial aspect is in UU No 20 tahun 2012 concerning the formation of the Kalimantan Utara province that utilizes geospatial data properl
ANALISIS INSPEKSI JENIS KERUSAKAN JALAN MENGGUNAKAN DATA PETA ORTHOFOTO HASIL PEMOTRETAN PESAWAT TANPA AWAK (UAV-PHOTOGRAMMETRY)
Survey of road damage data can be conducted by the direct survey method or manual inspection, but that mothod is quite long and requires a lot of employers, so it is not effective and efficient. This research focuses on the inspection of road damage using drone technology by taking aerial photos using the UAV-Photogrammetry method. Aerial photography was carried out along the roads in the study area. The partial aerial photos are processed using image processing software to become the orthophoto map and digital elevation model (DEM). Road damage data identification was carried out by measuring the dimensions (length, width, and depth) from the orthophoto map and DEM by the visual interpretation method. The research results show that the types of road damage identified from the orthophoto map and DEM in the study area are potholes, block cracks, continuous cracks, and patches. The accuracy of the dimensions of road damage produced from the orthophoto map and DEM compared to the dimensions of road damage measured directly has different values for horizontal of 0.001 - 0.088 m and vertical of 0.010 - 0.019 m, RMSE values range from 0.005 to 0.058. The results of the t-test statistical test show that there is no significant difference between measurements of road damage dimensions from the orthophoto map and DEM and the results of direct measurements.ABSTRAK
Survei data kerusakan jalan dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah metode survei langsung dengan pemeriksaan manual. Cara ini cukup lama dan membutuhkan banyak tenaga, sehingga tidak efektif dan efisien. Penelitian ini berfokus pada survei kerusakan jalan menggunakan teknologi drone dengan pengambilan foto udara menggunakan metode UAV-Photogrammetry. Pemotretan udara dilakukan disepanjang jalan yang menjadi wilayah studi. Hasil foto udara yang parsial diolah menggunakan perangkat lunak image processing sehingga menjadi peta orthofoto dan digital elevation model (DEM). Dari data peta ortofoto dan peta DEM dilakukan interpretasi visual dengan mengukur dimensi (panjang, lebar, kedalaman) berbagai jenis kerusakan jalan. Hasil penelitian menunjukan jenis kerusakan jalan yang teridentifikasi dari data peta orthofoto dan peta DEM pada wilayah studi yaitu lubang, retak blok, retak sambung dan tambalan. Akurasi dari dimensi kerusakan jalan yang dihasilkan dari peta orthofoto dan peta DEM dibandingkan dengan dimensi kerusakan jalan yang diukur secara langsung dilapangan mempunyai nilai perbedaan untuk dimensi horizontal sebesar 0,001 - 0,088 m dan dimensi vertikal sebesar 0,010 – 0,019 m, nilai RMSE berkisar antara 0,005 sampai 0,058. Hasil uji statistik t-test menunjukan tidak ada perbedaan yang signifikan antara pengukuran dimensi kerusakan jalan dari data peta orthofoto dan peta DEM dengan hasil pengukuran langsung dilapangan
PEMASANGAN SISTEM KEAMANAN CLOSED CIRCUIT TELEVISION (CCTV) MUSHOLA TPQ NURUL HUDA, KELURAHAN LESANPURO, KECAMATAN KEDUNGKANDANG, KOTA MALANG
Mushola TPQ Nurul Huda terletak di Jalan Danau Singkarak III RT 004 RW 007 Lesanpuro, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang. Mushola TPQ Nurul Huda digunakan warga setempat untuk ibadah sholat lima waktu setiap hari, dan juga ibadah sholat sunah lainnya. Metode yang digunakan dalam pengabdian ini meliputi survei awal untuk mengidentifikasi kebutuhan keamanan, perencanaan sistem CCTV yang sesuai, instalasi perangkat keras dan perangkat lunak, serta sosialisasi untuk penggunaan dan pemeliharaan sistem oleh pihak terkait. Pemasangan sistem keamanan CCTV di Mushala TPQ Nurul Huda merupakan langkah yang efektif dalam meningkatkan keamanan dan mencegah tindakan kriminalitas. Pengabdian ini memberikan manfaat langsung bagi jamaah dan masyarakat sekitar dalam menciptakan lingkungan yang aman dan nyama
PELAKSANAAN KEGIATAN PEMASANGAN RAMBU LALU LINTAS JALAN DESA WISATA WRINGINSONGO KECAMATAN TUMPANG KABUPATEN MALANG
Laju pertumbuhan lalu lintas tanpa diimbangi dengan upaya peningkatan pencegahan kecelakaan akan berdampak kurang baik terhadap keselamatan, keamanan, kenyamanan dan ketertiban lalu lintas. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat diarahkan untuk memanfaatkan dan menerapkan hasil penelitian dan hasil pendidikan di perguruan tinggi sebagai upaya memajukan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Upaya pencegahan kecelakaan adalah dengan melengkapi bangunan pelengkap jalan berupa rambu-rambu lalu lintas dengan penempatan dan standar yang memadai, yang diharapkan dapat meningkatkan keselamatan masyarakat. Selain masalah kecelakaan lalu lintas, keberadaan rambu lalu lintas dapat mempermudah akses jalan menuju lokasi wisata desa, hal ini dikarenakan rambu lalu lintas juga dapat digunakan sebagai penunjuk arah
PENGARUH KONFIGURASI BASELINE DALAM SUATU JARING GPS BENCHMARK ORDE II TERHADAP NILAI KOORDINAT (Studi Kasus : Survei GPS Orde II Probolinggo – Pasuruan)
Salah satu unsur ketetelitin survei GPS adalah pada konfigurasi baseline
dalam suatu jaring yang dibentuk. Bagaiman menyusun konfigurasi baseline
dalam suatu jaring yang efektif dan efisien dalam segi ketelitian maupun
pembiayaan adalah sebuah langkah yang krusial dalam melakukan survei GPS,
dikarenakan biaya operasional survei GPS yang cukup tinggi. Maka perlulah
dilakukan pengujian terhadap jaring survei GPS dengan konfigurasi baseline
segitiga dan konfigurasi baseline segiempat.
Pengukuran survei GPS benchmark Orde II dilakukan dengan metode
statik dan moda network. Maka dalam proses perhitungan data survei GPS
dilakukan dalam 3 (tiga) tahap, tahap pertama perhitungan vektor baseline yang
ditujukan untuk menghitung nilai vektor baseline dX, dY, dZ, tahap kedua
perataan jaring survei GPS dengan menggunakan satu buah titik ikat atau perataan
jaring bebas (minimally network adjustmen) kemudian tahap yang ketiga perataan
jaring survei GPS dengan menggunakan titik ikat lebih dari satu atau perataan
jaring terikat (fully network adjustment).
Dari perataan kedua konfigurasi jaring survei GPS pada studi kasus ini
menghasilkan solusi statistik chi-square “fails”, ini disebabkan oleh nilai standar
deviasi vektor baseline yang besar akibat pengaruh cycle slips. Pengaruh cyce
slips disebabkan oleh adanya obstruksi yang berada disekitar benchmark yang
diukur, maka untuk menghindari pengaruh cycle slips haruslah memperhatikan
lokasi benchmark yang bebas dari obstruksi.
Kata kunci : Konfigurasi baseline, Statik, Network, Vektor baseline, Perataan
jaringan