2 research outputs found

    Aktivitas antibakteri propolis madu putih sumbawa terhadap pertumbuhan Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus dan Escherichia coli

    Get PDF
    Silent pandemic is a health issue related to antimicrobial resistance. Currently, deaths due to antimicrobial resistance in the world reach 700 thousand people per year and it is predicted that by 2050 it could reach 10 million people. So exploring new alternative sources is a must. One ingredient that is often used as an infection medicine and health supplement is honey propolis. Sumbawa white honey propolis is a biological product that has not yet been widely explored for its potential as an antibacterial. The research aims to determine the phytochemical content and antibacterial potential of Sumbawa white honey propolis against Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus and Escherchia coli. This research is a true experiment research with a post-test only control group design. Propolis is extracted by maceration with propylene glycol as a solvent. The concentrations of propolis extract used are 100%, 75% and 50%. Chloramphenicol positive control and 10% DMSO negative control. The antibacterial test was detected in five replications on Mueller Hinton Agar media using the disk diffusion method by measuring the diameter of the inhibition zone. Data were analyzed statistically using the OneWay Anova test. Sumbawa white honey propolis contains flavonoids, tannins and triterpenoids. The results showed that propolis was unable to inhibit gram-negative E. coli bacteria with an inhibition zone diameter of 0 mm. Different results in gram positives, Sumbawa white honey propolis was able to inhibit the growth of S. epidermidis and S. aureus. The results showed that propolis was unable to inhibit gram-negative E. coli bacteria with an inhibition zone diameter of 0 mm. Different results in gram positives, Sumbawa white honey propolis was able to inhibit the growth of S. epidermidis and S. aureus. However, Sumbawa white honey propolis against both gram-positive bacteria was in the weak category compared to the positive control. This is because all the Sumbawa white honey propolis concentration series have an inhibitory zone diameter of ≤ 5 mm.Silent pandemi merupakan isu kesehatan yang berkaitan dengan resistensi antimikroba. Saat ini kematian akibat resistensi antimikroba di dunia mencapai 700 ribu orang per tahun dan diprediksi tahun 2050 mencapai 10 juta orang. Maka eksplorasi sumber alternatif baru menjadi keharusan untuk dilakukan. Salah satu bahan yang sering digunakan sebagai obat infeksi dan suplemen kesehatan adalah propolis madu. Propolis madu putih Sumbawa menjadi salah satu produk hayati yang belum banyak dieksplorasi potensinya sebagai antibakteri. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kandungan fitokimia dan potensi antibakteri propolis madu putih sumbawa terhadap Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Penelitian ini merupakan penelitian true experiment dengan desain post-test only control group. Propolis diekstrak secara maserasi dalam pelarut propilen glikol. Konsentrasi ekstrak propolis yang digunakan diantaranya yaitu 100%, 75%, 50% dan 25%. Kontrol positif kloramfenikol dan kontrol negatif DMSO 10%. Deteksi uji antibakteri dilakukan sebanyak tiga replikasi pada media Mueller Hinton Agar menggunakan metode difusi cakram dengan mengukur diameter zona hambat. Data dianalisis secara statistik menggunakan uji One Way Anova. Propolis madu putih Sumbawa mengandung senyawa flavonoid, tanin dan triterpenoid. Hasil penelitian menunjukkan bahwa propolis tidak mampu menghambat bakteri gram negatif E. coli dengan diameter zona hambat sebesar 0 mm. Hasil yang berbeda pada gram positif, propolis madu putih Sumbawa mampu menghambat pertumbuhan S. epidermidis dan S. aureus. Namun propolis madu putih sumbawa terhadap kedua bakteri gram positif masuk dalam katerori lemah dibandingkan kontrol positif. Hal ini dikarenakan semua seri konsentrasi propolis madu putih Sumbawa memiliki diameter zona hambat sebesar ≤ 5 mm

    Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas Antibakteri Madu Putih Sumbawa terhadap Bacillus megaterium

    No full text
    Bacillus megaterium is a bacteria that causes human infections, causing keratitis, skin infections, brain abscesses and tissue infections. Treatment often uses chemical antibiotics. However, long-term antibiotics can cause new health problems such as resistance. Therefore, antibacterial ingredients are needed that can not only inhibit the growth of bacteria but also do not have a negative impact on health such as honey. Honey is thick, it can cure various diseases such as gastrointestinal, stomach, skin diseases, acute respiratory infections and coughs. This research aims to determine the ability of Sumbawa white honey as an antibacterial against B. megaterium. The method used in this research is paper disc diffusion. There were five treatments used in this study, between 100%, 75% and 25% honey concentrations, DMSO negative control and chloramphenicol positive control with five replications each. The results of the antibacterial activity test showed that the 100% concentration had an inhibitory zone diameter of 2.59 mm, then the 75% concentration was 1.46 while the 25% concentration was 0 mm. When compared with positive control, white honey was lower antibacterial. If it is in the white honey category, the inhibition zone category is included in the lower category.Bacillus megaterium adalah bakteri yang dilaporkan menginfeksi manusia. Infeksi akibat B. megaterium masih jarang terjadi, karena hanya lima kasus yang dilaporkan di dunia, namun bila terjadi infeksi, bakteri tersebut dapat menjadi masalah kesehatan yang serius. Penanganan medis penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri biasanya dengan meminum obat yang mengandung antibiotik yang tepat dan mengobati antiseptik dengan baik. Namun penggunaan obat antibiotik dalam jangka panjang dapat menimbulkan masalah baru bagi kesehatan seperti gangguan fungsi hati, penurunan jumlah sel darah putih, munculnya alergi dan resistensi (Doron, S; Gorbach, 2020). Oleh karena itu diperlukan antibakteri yang tidak hanya dapat menghambat pertumbuhan bakteri tetapi juga tidak berdampak negatif bagi kesehatan yaitu dengan menggunakan bahan-bahan alami salah satunya dengan pemberian madu. Madu adalah cairan kental berasa manis yang dihasilkan lebah dari nektar bunga dan diduga berkhasiat untuk menyembuhkan berbagai penyakit, seperti saluran pencernaan, lambung, penyakit kulit, infeksi saluran pernapasan akut, dan batuk, serta gangguan mata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan madu putih Sumbawa sebagai antibakteri terhadap B. megaterium. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode difusi cakram kertas. Terdapat lima perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini antara madu konsentrasi 100%, 75% dan 25%, kontrol DMSO negatif dan kontrol positif kloramfenikol dengan masing-masing lima ulangan. Hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan konsentrasi 100% diameter zona hambat sebesar 2,59 mm, kemudian 75% sebesar 1,46 sedangkan konsentrasi 25% sebesar 0 mm. Jika dibandingkan dengan kontrol positif, madu putih lebih rendah dengan perbandingan 1:10. Jika dalam kategori madu putih, maka kategori zona hambat termasuk dalam kategori renda
    corecore