6 research outputs found

    The Color Quality of Sumatra Barb Puntigrus Tetrazona (Bleeker, 1855) in Different Light Spectrum Exposure

    Full text link
    The color quality of Sumatra barb that cultivated by the farmers are not as good as the fish that collected from the wild. One of the causes is the unsuitable environment for maintaining and breeding Sumatran barb. This research aims to compare color quality of Sumatra barb Puntigrus tetrazona by exposure the different light spectrums on maintenance media. The experiment was completely randomize design with six treatments and three replications consisted of K (control), R (room light), M (red light spectrum), H (green light spectrum), B (blue light spectrum) and P (white light spectrum). The method used to measure Sumatra barb color quality using Photoshop CS 5 software and chromatophore cell calculations. The results of color quality analysis after 28 showed that the (M) treatment had the highest percentage of color quality was 48.81 ± 1.57% for orange color and 32.26 ± 0.07% for black color. The highest number of chromatophore cells was in M treatment with 147 ± 3.7 cells mm-². The red light spectrum (M) treatment showed the best physiological response and improvement of color quality and the glucose level was 23.00 ± 1.00 mg dL−1. The best color quality of the Sumatra barb is produced by exposure to the red light spectrum (M)

    Analisis Kesesuaian Perairan untuk Pengembangan Tambak Udang Vaname (Litopenaeus Vannamei) di Kelurahan Sungai Geniot Kota Dumai

    Full text link
    Kelurahan Sungai Geniot merupakan salah satu Kelurahan di Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai yang memiliki potensi perikanan budidaya yang besar untuk dikembangkan khususnya udang vaname dengan tradisional dan semi intensif. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengkaji dan menganalisis kesesuaian lahan dan kesesuaian perairan pada pengembangan tambak udang vaname (Litopenaeus vannamei) di Kelurahan Sungai Geniot. Metode penelitian yang digunakan adalah purposive sampling. Analisis data yang digunakan adalah scoring dalam penilaian tingkat kesesuaian perairan untuk budidaya udang vaname, Kemudian penilaian kualitas perairan menggunakan metode matching untuk membandingkan karakteristik fisika, kimia, dan biologi perairan suatu lokasi dengan kriteria kesesuaian yang diinginkan untuk budidaya udang vaname. Hasil penelitian menunjukan kondisi kualitas perairan muara sungai maupun di bibir pantai berada dalam kondisi optimal dan masih sesuai untuk budidaya udang vaname. Status kesesuaian lahan untuk pengembangan tambak udang vaname di Kelurahan Sungai Geniot, Kota Dumai sangat berpotensi untuk kegiatan budidaya udang vaname dan pemanfaatan lahan untuk tambak dapat ditingkatkan dari 110,6 Ha menjadi 627 Ha dengan mengoptimalisasi pemanfaatan lahan yang ada. Kesesuaian lahan di Kelurahan Sungai Geniot dalam kelas sesuai yaitu dengan kisaran 48 – 51 sehingga layak dalam kegiatan pengembangan kawasan tambak udang vaname dan memiliki kontur tanah lempung liat berpasir

    Color Quality, Behavioral Response, and Blood Glucose Levels of Guppies Poecilia Reticulata (Peters, 1859) with the Addition of Indian Almond Leaves (Terminalia Catappa) in Fish Containers

    Full text link
    Ikan guppy termasuk ikan hias yang memiliki nilai ekonomis dan dapat dibudidayakan. Salah satu masalah dalam budidaya ikan guppy yaitu kualitas warna tubuhnya yang tidak bagus. Upaya yang dapat dilakukan yaitu memperbaiki lingkungan budidaya ikan guppy. Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi Perubahan kualitas warna, respons tingkah laku, dan kadar glukosa ikan guppy menggunakan rendaman air daun ketapang pada media pemeliharaan. Evaluasi ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap yang terdiri atas lima perlakuan. Media pemeliharaan diisi air dengan total volume 10 L dari setiap perlakuan dengan konsentrasi yang berbeda yaitu, perlakuan Kontrol (100% air tawar), A (75% air tawar + 25% air daun ketapang), B (50% air tawar + 50% air daun ketapang), C (25% air tawar + 75% air daun ketapang) dan D (100% air daun ketapang). Setiap perlakuan diamati beberapa parameter uji seperti persentase kualitas warna, tingkat sintasan, jumlah sel kromatofora, tingkah laku, kadar glukosa, dan parameter fisik kimiawi perairan. Respons tingkah laku ikan guppy secara umum mengalami Perubahan yang meningkat dalam setiap perlakuan selama tujuh hari. Persentase kualitas warna tertinggi pada perlakuan D yaitu sebesar 73,93±2,29% dan nilai kadar glukosa tertinggi pada perlakuan Kontrol yaitu 24,11±0,41 mg dL-1. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa rendaman air daun ketapang berbeda nyata terhadap kualitas warna, respons tingkah laku dan kadar glukosa darah melalui uji Duncan (p0,05)

    Penambahan Shelter Untuk Pengendalian Respons Fisiologi Dan Produksi Kepiting Bakau Scylla Serrata Pada Sistem Resirkulasi Akuakultur

    Full text link
    Ketersediaan shelter (tempat perlindungan) pada kepadatan spesifik diharapkan dapat meningkatkan produksi kepiting bakau (Scylla serrata) dalam sistem resirkulasi. Shelter sebagai salah satu faktor abiotik berperan penting dalam mengurangi kematian yang disebabkan oleh kanibalisme kepiting dan menekan tingkat stres biota. Sistem Resirkulasi Akuakultur (RAS) dengan bak kotak kultur berkapasitas 60 L yang didukung oleh shelter diperkirakan menghasilkan respons fisiologis dan pertumbuhan kepiting bakau yang paling baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dampak penambahan shelter pada lingkungan dengan sistem resirkulasi terhadap respons fisiologis dan produksi kepiting bakau S. serrata dengan kepadatan 10 kepiting per satu bak kultur yang berisi 60 L air laut. Penelitian ini dilakukan dengan tiga perlakuan penambahan shelter, yaitu 2 shelter (S2), 4 shelter (S4), 6 shelter (S6), dan kontrol tanpa shelter (C). S6 adalah perlakuan terbaik dengan tingkat kelangsungan hidup 73,33±5,8%, laju pertumbuhan spesifik 0,886±0,014%, pertumbuhan lebar karapas 0,024±0,004 cm/hari, dan rasio konversi pakan terendah dibandingkan dengan perlakuan lain. Perlakuan S6 secara signifikan mempengaruhi jumlah hemosit total kepiting pada awal budidaya (P <0,05). Penambahan 6 shelter dapat mengoptimalkan pertumbuhan kepiting lumpur dengan kepadatan 10 kepiting dalam satu bak kotak kultur
    corecore