4 research outputs found

    Pertumbuhan Ikan Patin Siam (Pangasianodon Hypopthalmus) Yang Dipelihara Dengan Sistem Bioflok Pada Feeding Rate Yang Berbeda

    Get PDF
    Ikan patin membutuhkan pakan dengan kandungan protein 28-30%, dan Feeding rate berkisar antara 2–5% perhari. Namun keseluhuran pakan yang diberikan hanya 25% dikonversi sebagai biomasa dan sisanya terbuang sebagai limbah (amoniak dan feses). Hal ini mengakibatkan penurunan kualitas air sehingga pertumbuhan ikan terganggu. Bioflok salah satu alternatif mengatasi masalah kualitas air. Dengan memanfaatkan kemampuan bakteri heterotrof untuk memanfaatkan limbah dalam air budidaya diubah menjadi pakan alami tambahan yang bermanfaat sebagai sumber energi dan meningkatkan pertumbuhan ikan. Perbedaan jumlah pakan yang diberikan diduga mengakibatkan perbedaan jumlah kepadatan bioflok dalam suatu perairan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Feeding Rate yang berbeda terhadap pertumbuhan ikan patin siam yang dipelihara dalam sistem bioflok. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan empat perlakuan dan tiga kali ulangan. Perlakuan berupa pemberian pakan dengan FR yang berbeda (1%, 3%, 5%, 5% + non bioflok). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian FR yang berbeda berpengaruh terhadap pertumbuhan ikanpatin siam. Pertumbuhan ikan tertinggi ditunjukkan pada pemeliharaan dengan menggunakan sistem bioflok pada FR 5% dan pertumbuhan ikan terendah diperole

    Fenomena Harmful Algal Blooms (HABs) Di Pantai Ringgung Teluk Lampung, Pengaruhnya Dengan Tingkat Kematian Ikan Yang Dibudidayakan Pada Karamba Jaring Apung

    Full text link
    Fish mortality in the Bay of Lampung not only wild fish, but also fish farmed in cages, especially Ringgung Beach. One which caused by harmful algal abundance that occur was increased input contaminants by both natural and anthropogenic sources. This study aims to analyze the influence of harmful algal blooms (HABs) the amount and frequency of fish mortality in cage Ringgung Lampung Bay. The study was conducted at three research stations based KJA density. The results of the study found 33 species of phytoplankton, 14 species have potential as HABs can cause the death of fish. The highest abundance was kind Cochlodinium that reach 63.738 cells/liter. Phytoplankton diversity index value with the lowest value occurred at station 3 on June 19, 2013 ie the date of 0705. The highest phytoplankton diversity values occurred at Station 2 on June 12, 2013 is 2,451. Uniformity values of phytoplankton in the waters of Beach Ringgung obtained in the high category with a value above 0.5 or close to 1, which indicates that the spread of the individual any kind of relatively evenly. Except at station 3 which has a relatively low value (0.228 on June 19, 2013, 0291 on June 26, 2013, and 0446 on July 3, 2013). Effect of HABs on the fishing mortality rate is indicated by regression analysis. Correlation coefficient at station 1 shows the value of 0.5208. While on station 2 shows 0.6937. Harmful algal blooms shown to affect mortality rates of fish in floating net Ringgung Beach. They have triggered reduced oxygen levels in the water that could potentially cause the death of wild fish and farmed in floating ne

    Kajian Pertumbuhan Ikan Tembakang (Helostoma Temminckii) Di Rawa Bawang Latak Kabupaten Tulang Bawang, Lampung

    Full text link
    Tembakang Fish (Helostoma temminckii) is one of the fish that have high economic value in Rawa Bawang Latak. Overfishing and the introduction of fish resulted tembakang number of fish populations decline, so it takes the efforts of domestication. This study aims to determine the growth pattern that includes tembakang fish length and weight relationships, growth parameters, and factor conditions. Research carried out for four months, ie in October 2013 - January 2014. Tembakang fishing done at two stations in Rawa Bawang Latak. The sampling frequency of fish is done only once a month using Sero. The results showed that the pattern of growth tembakang fish is allometric positive, condition factor values male and female fish were not significantly different, female tembakang fish growth faster than the male fish, fish tembakang males on the size of 180.6 mm was 21 months, while females in size 191.1 mm 8 months old

    Efektifitas Kijing Air Tawar ( Pilsbryoconcha Exilis ) Sebagai Biofilter Dalam Sistem Resirkulasi Terhadap Laju Penyerapan Amoniak Dan Pertumbuhan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias Gariepinus)

    Get PDF
    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh penggunaan kijing air tawar (Pilsbryoconcha exilis) terhadap perbaikan kualitas air dan laju pertumbuhan lele sangkuriang. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan empat perlakuan dan tiga ulangan. Penelitian menggunakan perbedaan jumlah hewan kijing air tawar yaitu 100, 150, 200 ekor/ keranjang berukuran 0,6 m3 dan perlakuan kontrol yaitu tanpa menggunakan perlakuan sistem resirkulasi dan tanpa penambahan kijing air tawar. Parameter utama dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ikan dan konsentrasi amoniak, dengan parameter pendukung antara lain yakni suhu, pH, dan oksigen terlarut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan kijing air tawar berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele sangkuriang. Pertumbuhan mutlak tertinggi terdapat pada perlakuan 200 individu dengan berat 19.71 gr dan tingkat kelangsung hidup tertinggi terdapat perlakuan 200 individu (80.14 %). Hasil penelitian juga menunjukan bahwa penambahan kijing air tawar dengan jumlah yang berbeda memberikan pengaruh nyata terhadap penurunan amoniak. Berdasarkan hasil uji Beda Nyata Terkecil (BNT) perlakuan dengan penambahan kijing air tawar sebanyak 200 ekor/ keranjang berukuran 0,6 m3merupakan perlakuan terbaik dalam penurunan amoniak pada sistem resirkulasi
    corecore