59 research outputs found

    Cascade Aerator dan Bubble Aerator dalam Menurunkan Kadar Mangan Air Sumur Gali

    Full text link
    Konsentrasi mangan di dalam sistem air alami umumnya kurang dari 0,1 mg/l. Jika melebihi 1 mg/l maka perlu pengolahan air. Air sumur gali di Kelurahan Kumai Hilir Kalimantan Tengah, mempunyai kadar Mn 2,02 mg/l, melebihi baku mutu berdasarkan Kepmenkes No 907/Menkes/VII/SK/2002. Masalah penelitian adalah bagaimana menurunkan kadar Mn dalam air sumur gali menggunakan cascade dengan proses aerasi. Tujuan penelitian ini adalah menurunkan kadar Mn dalam air sumur gali dengan proses aerasi dan mengetahui efektivitas cascade aerator dan bubble aerator dalam menurunkan kadar Mn dalam air sumur gali. Metode penelitian adalah Quasy Experiment dengan rancangan Pre and Post Test Design. Sampel penelitian diambil dengan teknik grap sampling, proses aerasi dilakukan di salah satu rumah warga dan pemeriksaan kadar Mn di laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan cascade aerator memberikan hasil yang lebih baik dalam menurunkan kadar Mn air sumur gali dengan rata-rata 0,02 mg/l, telah sesuai dengan baku mutu dengan efektivitas sebesar 98,74%. Bubble aerator dapat menurunkan kadar Mn air sumur gali dengan rata-rata 0,43 mg/l, dan efektivitas 76,47%. Hasil ini belum sesuai dengan baku mutu menurut Kepmenkes No 907/Menkes/VII/SK/2002, yaitu 0,1 mg/l. Simpulan penelitian adalah cascade aerator lebih efektif dalam menurunkan kadar Mn air sumur gali. The concentration of manganese in natural water systems is generally less than 0.1 mg /l, if it exceeds 1 mg/l, water treatment is needed. Water wells dug in Kumai Hilir village in Central Kalimantan, has Mn concentration of 2.02 mg/l, exceeded the standard quality based Kepmenkes No. 907/Menkes/VII/SK/2002. The research problem was how to reduce Mn levels of dug well water using the cascade aeration process. Research purpose was to reduce Mn levels of dug well water with aeration process and determine the effectiveness of cascade aerator and bubble aerator in reduce Mn levels of dug well water. The research method was queasy experiment with pre and post test design. Samples were taken with grap sampling techniques, aeration process was done in one of the houses and Mn levels in the laboratory examination. The results showed that cascade aerator gives better results in reduce Mn levels of dug well water (average of 0.02 mg/l, fit with standard quality (effectiveness of 98.74%). Bubble aerators can reduce Mn levels of dug well water with an average of 0.43 mg/l, and the effectiveness of 76.47%. This result is not fit with standard quality according to Kepmenkes No. 907/Menkes/VII/SK/2002 , was 0,1 mg/l. Conclusion, cascade aerator was more effective to reduce Mn levels of dug well water

    Strategi Pemeliharaan Komponen pada Sistem Pendingin RSG-GAS Berdasarkan Estimasi Interval Waktu Perawatan

    Full text link
    STRATEGI PEMELIHARAAN KOMPONEN PADA SISTEM PENDINGIN RSG-GAS BERDASARKAN ESTIMASI INTERVAL WAKTU PERAWATAN. Proses penuaan akan menyebabkan penurunan keandalan dan kinerja reaktor, oleh karena itu diperlukan pemeliharaan sistem/komponen reaktor yang optimal. Pemeliharaan korektif terhadap sistem/komponen berdampak pada frekuensi kerusakan dan biaya perawatan yang tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan proses pendekatan manajemen keandalan dengan melakukan perencanaan interval pemeliharaan. Skenario pemeliharaan dapat dilakukan berdasarkan penggantian komponen sesuai dengan mean time to failure (MTTF) dan ketika keandalan komponen memenuhi presentase yang ditargetkan. Metodologi yang digunakan adalah uji distribusi data dan estimasi parameter untuk menetukan interval waktu perawatan dan keandalan komponen. Data yang dievaluasi adalah data perawatan komponen dari sistem pendingin RSG-GAS teras 81 sampai 94 tahun 2013-2017. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa untuk meminimalkan jumlah downtime berdasarkan interval waktu perawatan dan nilai keandalan komponen, maka strategi perawatan yang dapat dilakukan adalah untuk komponen Pompa Primer (JE-01 (AP01-02)) interval perawatan 245,27 hari dengan peluang keandalan komponen (R(t)) = 35,2%. Untuk komponen Instrumentasi Pengukuran Aktivitas γ (PA01-02/CR001) interval perawatan 203,57 hari dengan peluang keandalan komponen (R(t)) = 51,1%. Sedangkan jika diinginkan keandalan komponen sebesar 60% maka dapat dilakukan interval waktu perawatan 144,23 hari untuk komponen JE-01 (AP01-02) dan 160,35 hari untuk komponen PA01-02/CR001

    Kontaminasi Residu Pestisida dalam Buah Melon (Studi Kasus pada Petani di Kecamatan Penawangan)

    Full text link
    Salah satu penyebab rendahnya konsumsi buah adalah rendahnya mutu buah terutama disebabkan oleh tingginya kontaminasi residu pestisida. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisa residu pestisida dalam buah melon di Kabupaten Grobogan sebagai salah satu sentra produksi melon di Jawa Tengah dengan penggunaan pestisida yang cukup beragam. Jenis penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan cross secsional. Penggunaan pestisida oleh petani diukur dengan observasi dan wawancara, sedangkan kadar residu pestisida diukur dengan metode Gas Cromatography (GC) dan High Performance Liquid Cromatography (HPLC). Kadar residu pestisida dalam buah melon yang diperoleh dianalisis secara deskriptif, dibandingkan dengan baku mutu SNI 7313:2008 tentang Batas Maksimum Residu (BMR) hasil pertanian. Sampel dalam penelitian ini adalah 3 buah melon yang menggambarkan perbedaan jenis dan frekuensi penggunaan pestisida selama masa tanam melon, yaitu tingkat tinggi (sampel A), sedang (sampel B) dan rendah (sampel C). Hasil pengukuran residu pestisida golongan organophosphat (diazinon, parathion, ethion, profenofos, malathion dan chlorpyrifos) pada 3 buah melon, semuanya masih dibawah Limit Of Detection (LOD). Kadar residu karbamat (carbofuran) pada sampel A sebesar 0,09 ppm, sampel B sebesar 0,05 ppm dan sampel C < 0,097 LOD. Disarankan petani untuk mengurangi penggunaan pestisida untuk keamanan residu pestisida dalam buah melon. The quality of fruits are not good because the pesticides residue contamination is high. It makes the consumption of fruits are low. Melon usualy consume in fresh condition, so the residue of pesticides inside are very dangerous for food safety and public health. This study aims to identify and analyze pesticides residu in melon fruit in Grobogan, as the one of melon production center in Central Java, with many types of pesticides use.It is observa-tional study with cross sectional approach. The use of pesticides by farmers measured by observation and interviews, while the levels of pesticides residue were measured by High Performance Liquid Cromatography (HPLC) method and Gas Cromatography (GC). The residue level of pesticides in the melon fruit were analyzed descriptively, compared with the ISO 7313:2008 quality standard on the Maximum Residue Limit (MRL) on agricultural product. Samples in this study were 3 melons represented the levels of pesticides use, they were high (sample A), moderate (sample B) and low (sample C). The results of measure-ments of organophosphat group (diazinon, parathion, ethion, profenofos, malathion and chlorpyrifos) residues at 3 melons were not detected, because it was below of the Limit of Detection (LOD) of the testing tools in laboratory. The level of carbamate (carbofuran) residue in sample A was 0.09 ppm, 0.05 ppm in sample B and sample C < 0.097 LOD. The recomendations farmers should decrease the pesticides use to make the safety level of pesticides residue

    Pemanfaatan Polistirena Limbah Bungkus Makanan dan Zeolit Alam sebagai Membran Komposit Polistirena Tersulfonasi/kitosan Vanilin/zeolit untuk Aplikasi Membran Polimer Elektrolit dalam Sel Bahan Bakar (Fuel Cell)

    Full text link
    Research the manufacture of composite membranes waste sulfonated polystyrene, vanillin chitosan, polyethylene glycol and natural zeolites have been carried out. This study aimed to determine the effect of sulfonation and the addition of natural zeolite on the value of cation exchange capacity, swelling degree, and thermal properties of the composite membrane. Polystyrene sulfonated polystyrene was made by sulfonation method that was isolated from sterofoam wrap food waste. Composite membranes made with the addition of natural zeolite and polyethylene glycol variation (w/w). Cation exchange capacity analysis results showed an increases in the value of the variation of the addition of natural zeolite and polyethylene glycol. Fourier Transform Infra Red analysis showed the entry of sulfonate groups on polystyrene characterized by the absorption at a wavelength of 1180.44 cm-1 indicating the presence of symmetric vibrations of functional groups S=O. Inclusion of vanillin in chitosan group characterized by vibrational C=N (imine) at wave number 1636.76 cm-1 and loss of C=O absorption peaks at wave numbers aldehyde group in vanillin at 1666.50 cm-1. All membranes variations have low homogenity. All variation on the thermal test showed that the more the composition of the zeolite or PEG increases the thermal resistance of the membrane. Membrane that has the potential to be applied to the fuel cell is the addition of zeolite membranes with 3% and 6% polyethylene glycol by cation exchange capacity of 0.957 meq/g, 28.75% Swelling Degree and thermal resistance to a temperature of 250oC

    Peranan Heat Shock Protein Pada Patogenesis Penyakit Infeksi Dan Penyakit Autoimun

    Full text link
    Heat shock proteins (Hsp)merupakan suatu chaperones yang tersebar luas dalam sel manusia maupun patogen, yang penting sebagai salah satu sarana untuk beradaptasi terhadap Perubahan lingkungan hidupnya. Semua patogen akan meningkatkan produksi Hsp-nya selama proses infeksi dan akan terdeteksi sebagai antigen oleh sistem imun manusia. Sehingga akan memicu respons imun yang kuat Hsp juga terlibat dalam proses patologis lain misalnya proses autoimun, karena ternyata Hsp manusia dan patogen sangatlah mirip. Sel T dapat mengenali kehadiran Hsp patogen, namun dapat pula bereaksi silang dengan self-Hsp yang mirip dengan Hsp patogen, yang kemudian menyebabkan terjadinya penyakit autoimun. Dapat dikatakan bahwa Hsp patogen merupakan antigen yang lebih penting dari antigen yang lain untuk sistem imun manusia dan memegang peranan penting dalam patogenesis pada penyakit infeksi dan penyakit autoimun tertentu

    Analisis Lingkup Business Architecture Enterprise ( Studi Kasus: Universitas Adiwangsa Jambi )

    Full text link
    Arsitektur enterprise bertujuan untuk menciptakan keselarasan antara bisnis dan teknologi informasi bagi kebutuhan organisasi. Keberhasilan penerapan arsitektur enterprise tidak terlepas dai bagaimana suatu organisasi merencakan dan merancang arsitektur enterprise terse Dalam paradigma merencanakan arsitektur enterprise, perlu dilakukan tahapan analisis lingkup bisnis architecture enterprise guna untuk mengetahui fungsi-fungsi bisnis dalam organisasi serta hubungan fungsi bisnis dengan stakeholder, yang kemudian dapat diperoleh gambaran atau blue print yang diperlukan pada proses pengembangan arsitektur enterprise. Pemodelan lingkup bisnis architecture enterprise organisasi dapat menggunakan value chain diagram dan use case diagram
    • …
    corecore