24 research outputs found
Mempromosikan Open Educational Resources Untuk Memperkaya Sumber Pembelajaran di Perguruan Tinggi di Indonesia
Artikel ini bersifat konseptual (conceptual paper) dan bertujuan untuk mempromosikan Open Educational Resources (OER) yang telah dikembangkan oleh berbagai perguruan tinggi dan organisasi dari seluruh dunia sebagai sumber pembelajaran di perguruan tinggi di Indonesia. Dengan promosi seperti ini, pihak-pihak yang terlibat dalam proses pembelajaran di perguruan tinggi di Indonesia akan semakin familiar dengan OER sehingga pada gilirannya akan terdorong untuk mengadopsi atau menggunakannya. Sesuai dengan tujuan tulisan ini, maka pada bagian awal, tulisan ini membahas konsep dasar inisiatif OER, dan definisi OER. Pengertian kata “Open” dieksplorasi dan dielaborasi dari berbagai pandangan pakar OER. Di bagian selanjutnya, tulisan ini menguraikan kategorisasi dan jenis-jenis OER, terutama yang relevan dengan pembelajaran di perguruan tinggi. Jenis-jenis OER yang dibahas di sini meliputi individual OER, Open Textbook, Open CourseWare (OCW), dan Massive Open Online Course (MOOC). Di bagian akhir, tulisan ini mengulas berbagai manfaat pengadopsian atau penggunaan OER dalam kontek perguruan tinggi, baik dari sisi mahasiswa, dosen, maupun lembaga perguruan tinggi, berdasarkan hasil penelitian dari berbagai negara)
Plagiarism dalam Karya atau Publikasi Ilmiah dan Langkah Strategis Pencegahannya
Dalam karya atau publikasi ilmiah, plagiarism bukan hanya berbentuk kesamaan kata-kata atau kalimat, tetapi juga dapat mewujud dalam beragam situasi. Artikel ini menguraikan beragam bentuk plagiarism dalam karya atau publikasi ilmiah, yang terentang mulai dari tingkat yang paling ringan sampai tingkat yang paling parah (seriousness) dan mulai dari yang paling jarang terjadi sampai sering terjadi (commonness). Selanjutnya, artikel ini juga mengemukakan beberapa langkah strategis untuk yang perlu dilakukan dalam rangka upaya pencegahan plagiarism
Strategi Pengembangan Open Access Institutional Repository
In order to formulate the vision, mission and objectives of repository development, the university's repository development team should comprehensively comprehend, among others: [1] the sense of institutional repository; [2] types of repositories other than institutional repository and their respective characteristics; [3] the relationship between scholarly communication, open access, and the idea of institutional repository development. The development of a repository is a new challenge and a very important role for college libraries. This role has been largely done by university libraries in developed countries. To embody this new role, the college library must provide some knowledge and technical skills related
Titik-titik perjumpaan scholarly communication dan information literacy
Makalah singkat ini bertujuan untuk mengeksplorasi titik-titik singgung antara scholarly communication dan information literacy. Dengan memahami wilayah-wilayah yang menjadi irisan antara keduanya diharapkan dapat lebih memperkaya pengembangan kurikulum dan materi-materi information literacy di perguruan tinggi.
Scholarly communication merupakan “wilayah” yang strategis untuk dimasuki perpustakaan perguruan tinggi (perpustakaan akademik). Pada awal 2003, Association of College and Research Libraries (ACRL) mengembangkan sebuah inisiatif untuk memasuki “wilayah” scholarly communication ini sebagai salah satu bentuk pengembangan tugas, fungsi dan peran perpustakaan akademik. Kemudian pada 2005, ACRL meluncurkan Scholarly Communication Toolkit yang bertujuan, pertama, membantu para pustakawan mengintegrasikan program dan layanan perpustakaan yang sinergis dengan scholarly communication framework dan, kedua, mengkaji dan menyajikan isu-isu penting terkait scholarly communication yang perlu difahami oleh para civitas akademi dan pustakawan akademik. Jadi melalui inisiatif ini, ACRL bermaksud membangun kesadaran dan pemahaman para pustakawan akademik terhadap ruang linkup scholarly communication sehingga dapat memacu keterlibatan dan sumbangsih mereka dalam mengembangkan scholarly communication environment yang kondusif bagi pengembangan ilmu pengetahuan
Peran pustakawan dan perpustakaan dalam peningkatan kualitas perguruan tinggi
Topik-topik tentang idealisasi peran dan fungsi pustakawan dan perpustakaan akademik (dalam konteks kekinian dan masa depan) telah banyak sekali diulas dalam berbagai saluran komuniksi ilmiah, baik melalui seminar, konferensi, tesis, maupun jurnal ilmiah, baik di luar negeri maupun dalam negeri. Dalam Semiloka Kepustakawan Nasional 2016 saat inipun, kita juga masih merasa perlu untuk membahas lagi peran dan fungsi tersebut dikaitkan dengan peningkatan kualitas perguruan tinggi. Tidak ada salah dan ruginya untuk selalu mengangkat topik ini dalam forum-forum mikro maupun makro nasional seperti saat ini sebagai upaya untuk melakukan revitalisasi peran dan fungsi pustakawan dan perpustakaan akademik di tengah perubahan yang sangat signifikan pada environment dan landscape sosial, ekonomi, teknologi dan lain-lain, termasuk dalam bidang pendidikan tinggi (higher education).
Makalah ini ditulis dengan asumsi bahwa rekan-rekan sejawat pustakawan akademik (peserta Semiloka Kepustakawan Nasional 2016) sedikit-banyak telah mengikuti discourse tentang idealisasi peran dan fungsi pustakawan dan perpustakaan akademik tersebut melalui berbagai saluran yang ada. Makalah ini bertujuan untuk mendiskusikan beberapa formula, kemasan dan saluran yang dipandang efektif guna mengejawantahkan peran dan fungsi pustakawan dan perpustakaan akademik yang diidealkan bersama
dalam rangka ikut-serta dalam peningkatan kualitas perguruan tinggi
Plagiarism dalam karya atau publikasi ilmiah dan langkah strategis pencegahannya
Dalam karya atau publikasi ilmiah, plagiarism bukan hanya berbentuk kesamaan kata-kata atau kalimat, tetapi juga dapat mewujud dalam beragam situasi. Artikel ini menguraikan beragam bentuk plagiarism dalam karya atau publikasi ilmiah, yang terentang mulai dari tingkat yang paling ringan sampai tingkat yang paling parah (seriousness) dan mulai dari yang paling jarang terjadi sampai sering terjadi (commonness). Selanjutnya, artikel ini juga mengemukakan beberapa langkah strategis untuk yang perlu dilakukan dalam rangka upaya pencegahan plagiarism
Australian and New Zealand Standard Research Classification (ANZSRC) sebagai bagan klasifikasi untuk institutional repository
A classification scheme has an important function in the organization of information. In its hierarchical structure, the classification chart can help users search for documents or items stored in an online database or repository through common subjects to more specific sub-subjects. Searching in this way will have significant benefits if the classification chart used is sufficiently adequate as a means of classifying documents or scientific work items stored in a repository. In this article the author will discuss the potential of Australian and New Zealand Standard Research Classification (ANZSRC) to serve as a classification chart in the repository; Advantages and disadvantages of ANZSRC in its function as a classification chart; Strategy for implementing ANZSRC as a classification chart in the repository; etc
Resource pengembangan keprofesian berkelanjutan untuk pustakawan akademik
Pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) atau continuing professional development (CPD) didefinisikan sebagai sebuah strategi belajar yang sistematis dan berkelanjutan untuk menuju kepada pertumbuhan dan perkembangan kecakapan profesional yang memadai sehingga memungkinkan seorang profesional berperan secara maksimal dan berhasil dalam lingkungan yang senantiasa berubah (Majid, 2004, p. 58). Tujuan CPD adalah untuk menjembatani kesenjangan pengetahuan dan kecakapan (knowledge gap) yang telah didapat melalui pendidikan formal dengan dunia nyata di lapangan.
Berdasarkan strategi pelaksanaannya, Corcoran dan McGuinnes (2014, p. 179) mengelompokkan kegiatan CPD ke dalam dua saluran dan metode, yaitu saluran formal dan informal (di satu sisi) dan metode structured dan self-directed (di sisi lain). Kegiatan CPD yang bersifat formal dijalankan secara ketat berdasarkan syarat dan ketentuan serta tujuan dan target yang telah ditentukan dan disepakati bersama. Kegiatan CPD yang bersifat informal dilakukan secara lebih fleksibel, longgar, dan tidak resmi. Metode CPD yang bersifat structured terdiri atas kegiatan-kegiatan dengan materi dan tugas-tugas serta evaluasi yang tersusun secara rapi yang harus diikuti dan dituntaskan tahap demi tahap oleh peserta yang secara resmi terdaftar (enrolled atau registered). Adapun metode CPD yang bersifat self-directed dapat dilakukan dengan jalan men-setting agenda dan kegiatan secara mandiri (individual) atau berkelompok (group collaboration). Pada umumnya, metode self-directed ini menuntut komitmen, ketekunan dan kedisiplinan yang tinggi agar dapat mencapai hasil (learning outcome) yang signifikan.
Sebagai contoh, kategori kegiatan CPD yang formal dan structured, antara lain pendidikan formal (undergradute, postgraduate), conference, shortcourse, workshop, dan lain-lain. Adapun kegiatan seperti peer mentoring, community of practice dan semacamnya dapat dikategorikan sebagai kegiatan CPD yang informal dan structured.
Ketika Anda melibatkan diri dalam kegiatan journal club, menjadi penyaji atau peserta dalam sebuah conference, mempublikasikan artikel dalam sebuah jurnal ilmiah, dan semacamnya, maka kegiatan ini masuk dalam kategori formal dan self-directed. Sementara kegiatan semacam membaca bacaan ilmiah dan profesional (academic/professional reading), menjadi follower atau subscriber pada akun media sosial tertentu, dan lain-lain dapat dikategorikan sebagai kegiatan yang informal dan self-directed.
Makalah ini bertujuan mengulas beberapa resource yang potensial untuk dijadikan materi kegiatan CPD yang lebih bersifat informal dan self-directed. Kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam kategori informal dan self-directed relatif melimpah dan murah, bahkan hampir tanpa memerlukan biaya. Jenis dan ragam resource yang akan diulas antara lain, scholarly journal (jurnal ilmiah), academic/professional book (buku-buku akademik maupun profesional), massive open online course (MOOC), Web conferencing, dan social media (Facebook, Twitter, Slideshare, dan lain-lain)
Permenpan 9/2014 dan dinamika peran perpustakaan perguruan tinggi di era digital
This paper discusses the elements, sub-elements and some activity items covered in the Permen-pan 9/2014, accompanied by Regulation of the Head of National Library of Indonesia Number 11 of 2015 on technical guidance on librarian functional and its credit. This reading aims to identify the opportunities and challenges of the implementation of such a rule focusing on the academic li-braries. This study is focused on several items that are considered new and important to extending roles of college libraries in this digital era. The two items discussed are information literacy and pathfinder. Information literacy and scholarly communication are discussed in specific sub-chap-ters to show the breadth of information literacy within the context of today’s university libraries, the digital ag
Scholarly communication dan peran perpustakaan perguruan tinggi
This paper presents an explanation of the understanding, the scope of scholarly communication and its relationship with the publishing business related to serial crises, open access, and the potential extension of the role (extended role) of academic libraries. Currently the role of the library only focuses on user education programs (library instruction) which aims to disseminate the collection/resources library and its search strategy, especially those that are online or electronic. This role is only alluding with a small area of scholarly communication, namely discovery and dissemination. A wider role is information literacy programs, whose materials are packaged, expanded and aligned with the dynamics and scores of scholarly communication. This role is expected to spur engagement and contribution in developing a scholarly communication environment that is conducive to the development of science