4 research outputs found

    Comparison Between Taichi Chuan and Jacobson\u27s Progressive Muscular Relaxation in Decreasing Cortisol Concentration on Pre-Hypertension Patients

    Full text link
    Nowadays, the prevalence of hypertension and its concomitant risk of cardiovascular and kidney disease development is increasing as the disability evidence in the society also rises. One of the potential risk factors of prehypertension is anxiety and it has already well-known that cortisol is a marker of anxiety. There are some nonpharmacologic methods to relieve anxiety: exercise and relaxation. Taichi Chuan is a low intensity aerobic exercise that also gives a relaxation effect.This study is organised to find out the effect of Taichi Chuan (TCC) and Jacobson\u27s Progressive Muscular Relaxation (JPMR) on cortisol level in pre hypertension patients. This is a pre and post-test design study with a total of 26 pre hypertension patients included. They were randomly divided into 2 groups. Group I performed Taichi Chuan exercise, while group II performed JPMR for 18 times. The intervention frequency was 3x/week for 6 weeks with 30 minutes duration for each session. In the study, which was held in April-June 2015, there was a decrease but no significant difference of cortisol concentration in both group.The comparison between groups also did not show statistical difference. However there were significant difference noted on the blood pressure before and after intervention in both groups

    Peran Latihan Terapeutik pada Pasien Wanita 23 Tahun dengan Lupus Eritematosus Sistemik (LES)

    Full text link
    Lupus eritematosus sistemik (LES) merupakan penyakit autoimun yang heterogen yang  melibatkan banyak organ dengan gambaran klinis yang beragam. Penyakit ini ditandai oleh produksi antibodi terhadap komponen-komponen inti dan umumnya terjadi pada wanita (rasio 9:1),  setelah masa pubertas  (pada usia 20-30 tahun) serta dipengaruhi oleh faktor genetika. Pada LES didapatkan keterlibatan kulit dan mukosa, sendi, darah, jantung, paru, ginjal, susunan saraf pusat (SSP) dan sistem imun. Dilaporkan bahwa pada 1000 pasien LES di Eropa yang diikuti selama 10 tahun, manifestasi klinis terbanyak berturut-turut adalah arthritis sebesar 48,1%, ruam malar 31,1%, nefropati 27,9%, fotosensitivitas 22,9%, keterlibatan neurologik 19,4% dan demam 16,6%. Kami melaporkan pasien LES wanita usia 23 tahun dengan arthritis yang mengakibatkan limitasi lingkup gerak sendi (LGS) bahu dan jari tangan sehingga kesulitan dalam melakukan aktivitas  sehari-hari (AKS) menggunakan tangan antara lain menggenggam dan memakai pakaian dalam, gangguan pola jalan akibat kekakuan lutut kiri. serta keterbatasan ambulasi (jarak tempuh) akibat nyeri sendi ekstremitas bawah. Pasien diberikan program latihan aerobik dan LGS ekstremitas bawah menggunakan static ergocycle,  latihan LGS ekstremitas atas dengan Mechanical Therapy Unit (MTU) serta latihan motorik halus dan latihan AKS. Setelah satu bulan, pasien mengalami perbaikan dalam menggenggam dan memakai pakaian dalam  serta dapat berjalan dalam jarak sekitar 100m  tetapi  pasien masih berjalan jinjit pada kaki kiri akibat kekakuan lutut dan pergelangan kaki kiri

    Perbedaan Efektivitas Chair-Based Exercise dan Senam Lansia dalam Meningkatkan Fleksibilitas Lumbal Lanjut Usia

    Full text link
    Latar belakang: Fleksibilitas adalah kemampuan sendi bergerak melalui lingkup gerak tanpa nyeri. Senam Lansia (SL) merupakan salah satu usaha untuk mempertahankan dan meningkatkan fleksibilitas lumbal lanjut usia, yang dilakukan dalam posisi berdiri dan memberikan hasil yang baik terhadap fleksibilitas. Beberapa masalah terjadi pada lanjut usia seperti arthritis (khususnya pada sendi lutut) dan penurunan kekuatan otot yang menyebabkan mereka kesulitan untuk beraktivitas dalam posisi berdiri. Chair-Based Exercise (CBE) yang dilakukan dalam posisi duduk, merupakan alternatif latihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan fleksibilitas lumbal lanjut usia. Tujuan: Membuktikan tidak ada perbedaan efektivitas CBE dan SL dalam meningkatkan fleksibilitas lumbal. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian Quasi experimental design. Dua puluh dua lansia dari 3 panti werdha yang berusia 60-74 tahun dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok CBE (n=12) mendapatkan Chair-Based Exercise dan kelompok SL (n=10) mendapatkan senam lansia. CBE merupakan latihan aerobik yang dilakukan dalam posisi duduk, terdiri dari 3 tahapan: pemanasan, inti dan pendinginan. Sedangkan Senam lansia adalah latihan aerobik yang dilakukan dalam posisi berdiri, terdiri dari 3 tahapan: pemanasan, inti, pendinginan. Kedua latihan berdurasi 30 menit untuk 1 sesi latihan, dilakukan sebanyak 5 kali seminggu selama 6 minggu. Fleksibilitas lumbal dinilai sebelum dan setelah perlakuan dengan menggunakan Modified Back Saver Sit and Reach Test (MBSSRT). Hasil: Tidak terdapat perbedaan yang bermakna delta nilai MBSSRT tungkai kanan dan kiri antara kelompok CBE dan SL setelah diberikan latihan. Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan antara CBE dan SL dalam meningkatkan fleksibilitas lumbal lanjut usia. Kata kunci: Chair-Based Exercise, Senam Lansia, fleksibilitas lumbal, lanjut usia

    Perbedaan Efektivitas Latihan Core dengan Swissball dan Resistance Band terhadap Peningkatan Endurance Otot Core Remaja Obesitas

    Get PDF
    Latar belakang : Otot core berperan penting dalam aktivitas sehari-hari. Individu yang mengalami obesitas cenderung memiliki endurance otot core yang rendah. Remaja adalah masa dimana seseorang banyak melakukan aktivitas fisik seperti naik turun tangga di sekolah dan masa kritis pertumbuhan untuk menjdi dewasa. Remaja obesitas dengan endurance otot core yang rendah berisiko mengalami cedera otot saat aktivitas atau nyeri punggung bawah pada jangka panjang. Endurance otot core dapat ditingkatkan dengan latihan core menggunakan Swissball atau resistance band. Tujuan : membuktikan perbedaan efektivitas latihan core dengan Swissball dan resistance band terhadap endurance otot core remaja obesitas. Metode : Penelitian ini merupakan randomized controlled trial. Sebanyak 36 remaja obesitas yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dirandomisasi dan dibagi kedalam dua kelompok latihan core dengan Swissball (n=18) dan resistance band (n=18). Kelompok latihan core dengan Swissball dan resistance band masing-masing menjalani latihan selama 6 minggu dengan frekuensi 3 kali per minggu, dengan durasi latihan 40 menit tiap sesi. Endurance otot core dinilai dengan McGill Core Endurance test. Kesimpulan : Latihan core dengan resistance band dapat meningkatkan endurance otot core remaja obesitas lebih tinggi dibandingakan dengan latihan core dengan menggunakan Swissball
    corecore