7 research outputs found

    Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Tinea Pedis pada Mahasiswa Tamtama di Resimen Induk KODAM VII Wirabuana Makassar

    Get PDF
    Latar belakang: Tinea pedis merupakan penyakit urutan pertama dari 10 penyakit terbesar di Poliklinik Resimen Induk Kodam VII Wirabuana Makassar 2015, beban latihan siswa Tamtama yang cukup lama menggunakan sepatu setiap harinya dan juga sengatan matahari dapat menyebabkan gangguan kesehatan termasuk infeksi kulit, serta kondisi lingkungan latihan siswa Tamtama Makassar  yang panas dan lembab dapat menimbulkan produksi keringat berlebih, termasuk di daerah sekitar kaki. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk, menganalisa faktor yang berpengaruh terhadap kejadian Tinea Pedis di Resimen Induk Kodam VII Wirabuana Makassar. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dan sampel adalah seluruh siswa Tamtama yang memenuhi karakteristik yang berjumlah 225 orang dan sampel digunakan dalam penelitian ini sebanyak 60 siswa tamtama. Data dikumpulkan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Komponen kuesioner meliputi kebersihan kulit dan kebersihan kaki. Hasil: Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa setelah dilakukan uji statistik didapatkan bahwa kebersihan kulit (p=0.000) merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian Tinea Pedis, kebersihan handuk (p=0.002)merupakan faktor yang berhubungan terhadap kejadain Tinea Pedis. Kesimpulan: Faktor-faktor yang berhubungan dengan Tinea Pedis adalah  kebersihan kulit dan kebersihan handuk

    Improving the Access of the Indonesian Community to Qualified Health Services

    Get PDF
    Health development is faced with a variety of important issues including health status disparities; double burden of disease; quality, equity and affordability of health services; community protection in the field of medicine and food; and clean and healthy life behavior. Methods: The method used in this short communication is descriptive-comparative where we review Safety Culture in Indonesian Health Services in five aspects, namely Health Services for the Poor, nutritional problems that are never complete, Extraordinary Events of Communicable Diseases, Poor health in Disaster areas, and finally the number of health workers still lacking and comparing the problem of Human Resources Health problems in Indonesia according to WHO (2011) and the Indonesian Ministry of Health (2009). Results: The results obtained in this brief communication are that we get new information in the form of problems encountered in Safety Culture in Indonesian Health Services, examples of cases that occur, policies taken by the government in handling them and the results obtained after the implementation of the policy. All of these are reviewed in five aspects. Conclusion: The conclusion we can take in this brief communication is that health problems that occur in Indonesia have not been resolved even though the government has implemented policies related to these problems but has not been resolved to date

    Karakteristik Penderita Demam Tifoid di RS. Ibnu Sina Kota Makassar Tahun 2016 - 2017

    Get PDF
    Latar Belakang: Demam Tifoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi dan merupakan masalah utama kesehatan masyarakat Indonesia. Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) diperkirakan 11-20 juta orang di dunia terkena penyakit demam tifoid dan menyebabkan kematian sekitar 128.000 - 161.000 jiwa. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk melihat karakteristik penderita demam tifoid di rumah sakit Ibnu Sina kota makassar pada tahun 2016-2017. Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif dengan metode total sampling menggunakan data sekunder dari rekam medik. Pada penelitian ini didapatkan jumlah penderita demam tifoid tahun 2016–2017 sebanyak 233 orang. Hasil: Kejadian demam tifoid tertinggi adalah tahun 2016 bulan April sebanyak 26 orang (14,8%) dengan kelompok usia terbanyak yaitu 21-30 sebanyak 80 orang (34,3%), jenis kelamin terbanyak perempuan sebanyak 124 orang (53,2%). Jenis pekerjaan penderita demam tifoid terbanyak yaitu kelompok mahasiswa sebanyak 62 orang (26,6%) dengan gejala subjektif demam sebanyak 233 orang (100%). Pada pemeriksaan lidah kotor positif sebanyak 80 orang (34,3%). Pemeriksaan penunjang diagnosis yaitu pemeriksaan darah rutin didapatkan yang mengalami anemia sebanyak 38 orang (12,5%). Kesimpulan: Gejala subjektif tertinggi yaitu demam dengan pemeriksaan fisis yaitu lidah kotor. Pemeriksaan penunjang diagnosis terbanyak adalah pemeriksaaan darah rutin dan pemeriksaan laboratorium yang sering dilakukan adalah tes widal

    Pengaruh Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap Konsumsi Obat Cacing pada Murid Sekolah Dasar MI DDI Gusung Kota Makassar

    Get PDF
    Latar belakang:. Infeksi cacing yang ditularkan melalui tanah adalah salah satu infeksi paling umum di seluruh dunia. Infeksi cacing dapat berdampak pada tingkat kecerdasan dan produktivitas. Ibu merupakan garis terdepan dalam tahap pencegahan cacingan pada anak yang salah satu perannya adalah memastikan anak mengonsumsi obat cacing secara rutin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap Konsumsi Obat Cacing pada Murid Sekolah Dasar MI DDI Gusung. Sampel penelitian adalah ibu dari murid SD Kelas 1,2 dan 3 MI DDI Gusung Kota Makassar. Metode: Penelitian merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di MI DDI Gusung Kota Makassar pada bulan Maret - April 2019. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu dari murid di MI DDI Gusung Periode Maret 2019 dan sampel yang diambil adalah ibu dari murid SD kelas 1, 2 dan 3 di MI DDI Gusung Kota Makassar Periode Maret 2019. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan pengetahuan baik memiliki persentase lebih tinggi (66.7%) dalam mengonsumsi obat cacing secara rutin dibandingkan responden dengan pengetahuan kurang (0%). Hasil uji statistik chi-square didapatkan p=0.000 yang berarti terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan konsumsi obat cacing. Untuk variabel sikap menunjukkan bahwa responden dengan sikap yang baik memiliki persentase lebih tinggi  (47.5%) dalam mengonsumsi obat cacing secara rutin dibandingkan responden dengan sikap kurang (33.3%). Hasil uji statistik chi-square didapatkan p=0.019, ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara sikap dengan konsumsi obat cacing. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap ibu terhadap konsumsi obat cacing pada murid sekolah dasar MI DDI Gusung Kota Makassa

    Hubungan Personal Hygiene dan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Penyakit Kecacingan

    Get PDF
    Latar belakang: Kecacingan merupakan masalah kesehatan yang tersebar luas didaerah tropis dan subtropis. Personal hygiene dan sanitasi lingkungan yang kurang baik pada anak-anak merupakan faktor yang mempermudah penularan kecacingan. Salah satu cara untuk memberantas kecacingan adalah dengan menghilangkan faktor-faktor yang memudahkan terjadinya penularan salah satunya adalah keadaan hygiene atau perilaku hidup dan sanitasi lingkungan. Metode: Penelitian ini menggunakan desain  analitik obsevasioanal, dengan pendekatan cross sectional.  Sampel pada penelitian ini adalah total sampling dengan mengambil seluruh siswa-siswi di salah satu sekolah dasar, wilayah kerja puskesmas Tabaringan. Terdiri dari  kelas 4 dengan jumlah siswa 25 orang; kelas 5 dengan jumlah siswa 20 dan kelas 6 dengan jumlah siswa 20 orang. Alat ukur yang digunakan adalah kuisioner, lembar observasi dan pemeriksaan laboratorium feses diperoleh dengan cara kunjungan ke sekolah dasar, tempat tinggal subyek, dan puskesmas Tabaringan. Hasil: Adanya hubungan antara kebiasaan mencuci tangan (ρ=0,048), kebersihan kuku (ρ=0,014), kebiasaan jajanan (ρ=0,035), kebiasaan BAB (ρ=0,009), penggunaan air bersih (ρ=0,002), pembuangan air limbah (ρ=0,025), pembuangan kotoran (ρ=0,048) dengan kejadian cacingan pada siswa. Kesimpulan: Ada hubungan personal hygiene dan sanitasi lingkungan dengan kejadian cacingan pada siswa sekolah dasar di wilayah kerja Puskesmas Tabaringan Makassar

    Analisis Faktor-Faktor Risiko Terjadinya TB Paru pada Pasien DM Tipe 2 DI RS Ibnu Sina Makassar

    Get PDF
    Latar Belakang : Peningkatan prevalensi DM, sebagai faktor risiko TB juga disertai dengan peningkatan prevalensi TB. Peningkatan kasus TB pada pasien DM terutama pada negara-negara berpenghasilan rendah-menengah, juga terjadi di Indonesia. Cukup banyak pasien DM yang mengalami TB dan hal tersebut meningkatkan morbiditas maupun mortalitas TB maupun DM. Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian analitik deskriptif dengan pendekatan cross sectional dengan menggunakan teknik total sampling. Sampel yang digunakan berupa rekam medik dengan jumlah 60 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi di RS Ibnu Sina Makassar pada tahun 2015-2016. Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil data secara langsung pada bagian rekam medik RS Ibnu Sina Makassar. Analisa data menggunakan uji chi-square. Hasil Penelitian : Didapatkan subjek penelitian ini yaitu rekam medik pasien DM Tipe 2 di RS Ibnu Sina Makassar tahun 2015-2016 berjumlah 60 orang, dengan prevalensi kejadian TB Paru pada pasien DM Tipe 2 adalah 50% dari jumlah sampelyang digunakan. Berdasarkan hasil analisis bivariat, didapatkan faktor resiko yang berpengaruh terhadap kejadian TB Paru adalah status gizi dan riwayat kontak TB. Setelah dilakukan analisis multivariat, faktor yang memiliki hubungan bermakna dengan TB Paru pada pasien DM Tipe 2 yaitu riwayat kontak TB (OR 145; p=0,000;[IK95% 15,8-1325,3]). Kesimpulan : Hasil penelitian di RS Ibnu Sina Makassar tahun 2015-2016 didapatkan pasien DM Tipe 2 dengan komplikasi TB Paru berjenis kelamin wanita lebih banyak dibandingkan dengan pria dan terbanyak pada rentang usia 50-60 tahun. Faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian TB Paru pada pasien DM Tipe 2 yaitu status gizi dan riwayat kontak TB Paru. Sedangkan faktor risiko kejadian TB pada pasien DM yang paling berpengaruh adalah riwayat kontak TB

    Glaucoma Risk Factors

    Get PDF
    Background: Glaucoma is the second leading cause of blindness for over 70 million people worldwide. Bilateral blindness occurs with an estimated 10%. In Indonesia, the prevalence of glaucoma is 0,46%. That means, that 4 to 5 out of 1.000 people suffer from glaucoma. Content: The aim of this study was to analyze four risk factors that can affect the occurrence of glaucoma, namely age factor with diabetes and hypertension history, gender, family medical history, and race. This research used a literature review from 20 journals containing four risk factors for glaucoma. The results showed that diabetes and hypertension are often found in the elderly and that glaucoma symptoms can be exacerbated by increased intraocular pressure. Moreover, glaucoma patient with a positive family medical history of glaucoma has a higher value of intraocular pressure than glaucoma patients without a positive family medical history of glaucoma. Other results showed that men are more at risk because they have a different axial length than women, and Asians are considered riskier than Europeans because Asians’ awareness of eye health is very low. Conclusion: Based on the review, four risk factors could greatly affect the occurrence of glaucoma
    corecore