2 research outputs found

    PERBANDINGAN STABILITAS BIOMEKANIKA ANTARA FIKSASI PLATE DAN SCREW DENGAN TENSION BAND WIRING DAN LAG SCREW PADA FRAKTUR STYLOID ULNA UJI PADA TULANG ULNA KADAVER

    Get PDF
    Pendahuluan : Fraktur styloid ulna sering berhubungan dengan fraktur distal radius (50%-65%) dan dapat memberikan dampak instabilitas, disabilitas, dan nyeri pada DRUJ. Selama ini tata laksana fraktur styloid ulna sering kurang mendapat perhatian yang cukup sebagaimana tulang di sampingnya, radius. Pilihan terapi pembedahan yang sering direkomendasikan yaitu antara lain fiksasi dengan fiksasi tension band atau lag screw kompresi, serta teknik yang relatif baru dibahas pada beberapa literatur yaitu osteosintesis dengan plate dan screw. Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan studi eksperimental in vitro pada 27 tulang ulna kadaver yang dibagi menjadi 3 kelompok perlakuan, yaitu fiksasi dengan tension band wiring, lag screw kompresi, serta plate dan screw. Uji biomekanik dilakukan untuk mengetahui stabilitas dari ketiga kelompok teknik fiksasi berdasarkan pergeseran fragmen fraktur setelah pemberian beban sebesar 150 N yang diulang berkala sebesar 10x, 20x, 50x, dan 100x. Hasil : Hasil uji gaya tarik dengan gaya 150 N menunjukkan bahwa fiksasi dengan plate dan screw memiliki nilai pergeseran fragmen fraktur yang paling rendah dibandingkan tension band wiring dan lag screw kompresi dengan rerata pergeseran 0.09 mm pada uji tarik 10x, sebesar 0.26 mm pada uji tarik 20x, 0.54 mm setelah uji tarik sebanyak 50x, serta 0.95 mm pada uji tarik 100x dengan p<0.05 pada masing-masing hasil. Diskusi : Secara biomekanik, fiksasi fraktur styloid ulna dengan plate dan screw paling stabil dibandingkan dengan tension band wiring dan lag screw kompresi secara bermakna. Pun demikian, hasil pengukuran ketiga teknik tersebut menunjukkan hasil pergeseran <2 mm sehingga masih dapat digunakan pada praktik klinis dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang disesuaikan pada setiap pasien. Kesimpulan : Fiksasi fraktur styloid ulna dengan plate dan screw paling stabil secara biomekanik dibandingkan dengan tension band wiring dan lag screw kompresi

    POTENSI PERIPHERAL BLOOD MONONUCLEAR CELLS (PBMCs) SEBAGAI PENCETUS APOPTOSIS JALUR SINYAL SITOKIN PADA STEM CELL OSTEOSARKOMA PENELITIAN EKSPERIMENTAL IN-VITRO

    Get PDF
    Pendahuluan: Osteosarkoma (OS) merupakan sarkoma primer tulang yang paling banyak terjadi. Pasien dengan OS lanjut, metastasis, dan kasus rekuren masih memiliki prognosis yang buruk setelah mendapat terapi agresif dengan pembedahan dan kemoterapi. Pada beberapa tahun terakhir, pendekatan imunoterapi berbasis sel dan antibodi telah cukup berhasil pada terapi keganasan anak. Salah satu yang menarik perhatian adalah potensi yang dimiliki oleh sel mononuklear darah perifer (PBMCs). Tujuan: Untuk menjelaskan apoptosis yang dicetuskan oleh PBMC's yang disensitivasi secretome dan GM-CSF pada kokultur dengan stem cell osteosarkoma melalui jalur sitokin. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian laboratoris in-vitro yang dilakukan dengan rancangan penelitian eksperimental murni dengan melakukan kokultivasi Osteosarcoma Mesenchymal Stem Cells (OS-MSCs) bersama PBMCs yang telah disensitivasi dengan secretome dan GM-CSF. Dilakukan evaluasi berupa kadar sekresi IL-2 (ELISA), ekspresi STAT-3 (Imunositokimia), dan caspase-3 (imunohistokimia). Hasil: PBMCs yang disensitivasi dengan kombinasi secretome dan GM-CSF mensekresi IL-2 paling tinggi. Kokultivasi OS-MSCs bersama PBMCs yang tersensitivasi dengan kombinasi secretome dan GM-CSF memiliki ekspresi caspase-3 yang paling tinggi, serta sekresi IL-2 dan ekspresi STAT-3 yang tidak terlalu berbeda dengan kelompok perlakuan lain. Diskusi: Kadar sekresi IL-2 yang tinggi menunjukkan potensi PBMCs yang meningkat setelah disensitivasi dengan secretome dan GM-CSF. Kokultivasi OS-MSCs bersama PBMCs yang tersensitivasi dengan secretome dan GM-CSF menunjukkan peningkatan caspase-3, sebagai komponen jalur apoptosis. Hal tersebut menunjukkan potensi PBMCs sebagai pencetus apoptosis. Apoptosis yang terjadi melalui sekresi IL-2 oleh PBMCs, yang merupakan apoptosis jalur sinyal sitokin. Kesimpulan: Kokultivasi secara in-vitro OS-MSCs bersama PBMCs yang tersensitivasi dengan secretome dan GM-CSF memiliki potensi induksi apoptosis yang lebih tinggi
    corecore