509 research outputs found

    Toxicity determination of three sturgeon species exposed to glyphosate

    Get PDF
    Glyphosate, N–(phosphonomethyl) glycine, has been widely used to control agricultural weeds in the north of Iran. However, it is also supposed to have adverse effects on natural sturgeon population. The present study was undertaken to evaluate the acute toxicity of glyphosate to three different sturgeon species (Huso huso, Acipenser stellatus, and A. persicus) under laboratory conditions. Fish were exposed to one of ten glyphosate concentrations (10 to 100 mg l–1 with 10 mg l–1 intervals), along with a control group. The values of the median lethal concentration (LC50) for each experimental species were estimated using a standard probit regression analyses after each 6, 12, 24, 48, 96, and 168 hours as exposure times. Results showed that increase in glyphosate exposure times up to 168 hours was simultaneous to decrease of the lethal concentration (LC50). 96–h LC50 of glyphosate for H. huso , A. stellatus and A . persicus were 26.4, 23.2 and 27.5 mg l–1, respectively. Glyphosate exhibited a slight to moderate toxicity in sturgeon species . However, it may negatively affect the natural population of sturgeons through decreasing of fry mass, smaller size of yolk sac and the initiation of unsafe behaviors

    Tumour-necrosis factor-A polymorphisms and gastric cancer risk: a meta-analysis

    Get PDF
    Inflammation is one of the early phases in the development of gastric cancer. Therefore, several studies have examined the association of polymorphisms in tumour-necrosis factor-A gene (TNF-A) with gastric cancer risk. This meta-analysis reviews and summarises published evidence for these associations. Searching several databases yielded 24 independent studies that reported on the associations between TNF-A polymorphisms and gastric cancer risk. We analysed available data for the most commonly investigated polymorphisms: TNF-A –308G>A (23 studies), TNF-A –238G>A (9 studies), and TNF-A –857C>T (5 studies). Summary odds ratios (ORs) and 95% confidence intervals (95% CIs) were calculated in the random-effects model using the DerSimonian–Laird method. Q-statistic and I2-statistic were calculated to examine heterogeneity, and funnel plots were plotted to examine small study effects. The overall ORs (95% CIs) for AG and AA genotypes vs GG genotype for TNF-A –308 were 1.09 (0.94–1.27) and 1.49 (1.11–1.99), respectively. For TNF-A –238, the corresponding ORs (95% CIs) were 1.05 (0.84–1.33) and 1.25 (0.30–5.26), respectively. The overall ORs (95% CIs) for CT and TT genotypes (vs CC) for TNF-A –857 were 1.06 (0.89–1.27) and 1.57 (0.91–2.70), respectively. The statistically significant association between TNF-A –308GG and gastric cancer was limited to western populations. This association showed little heterogeneity (I2=0) and remained consistently strong when analyses were limited to anatomic and histologic subtypes of gastric cancer, or limited to studies in which genotype frequencies were in Hardy–Weinberg equilibrium, or limited to larger studies. These same subgroup analyses did not change results associated with other polymorphisms. In conclusion, TNF-A –308AA genotype was associated with a statistically significant increased risk of gastric cancer, whereas other studied polymorphisms were not. The association between TNF-A –857TT genotype and gastric cancer was near significant, and may become significant if more studies are published

    Pengaruh Dosis Pupuk Anorganik Dan Pengendalian Gulma Pada Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Tebu (Saccharum Officinarum L.) Varietas Ps. 881

    Get PDF
    Kebutuhan gula semakin meningkat dengan bertambahnya jumlah penduduk dan beraneka ragamnya jenis makanan (Fatimah, 2010). Hal ini belum bisa dipenuhi oleh beberapa industri gula dalam negeri. Ini disebabkan oleh produktivitas tebu yang rendah. Penyebabnya adalah keberadaan gulma. Selain itu, pupuk juga berpengaruh terhadap pertumbuhan gulma di sekitarnya. Penggunaan dosis pupuk anorganik yang tepat dibutuhkan pula agar dapat mengurangi gulma. Penelitian yang bertujuan untuk menentukan dosis pupuk dan pengendalian gulma yang tepat pada pertumbuhan tanaman tebu telah dilaksanakan di lahan milik PG Kebon Agung, Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Juni-September 2012. Penelitian ini menggunakan percobaan faktorial di-rancang secara acak kelompok (RAK) dengan 2 faktor yaitu dosis pupuk (A) dan pengendalian gulma (G) yang diulang 3 kali. Pada dosis pupuk ada pupuk majemuk NPK 200 kg ha-1 dan pupuk ZA 600 kg ha-1 (A1), pupuk majemuk NPK 400 kg ha-1 dan pupuk ZA 800 kg ha-1 (A2); dan pupuk majemuk NPK 600 kg ha-1 dan pupuk ZA 1000 kg ha-1 (A3) dan pada pengendalian gulma ada penyiangan pada 30 hst (G1), aplikasi herbisida 2,4-D (G2), aplikasi herbisida Ametrin dosis (G3), dan aplikasi herbisida 2,4-D dosis dan herbisida Ametrin dosis (G4). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pem-berian pupuk majemuk NPK dosis 400 kg ha-1 dan pupuk ZA 800 kg ha-1 menghasilkan diameter batang yang lebih besar. Kombinasi perlakuan pupuk majemuk NPK dosis 200 kg ha-1 dan pupuk ZA 600 kg ha-1 yang diikuti oleh aplikasi herbisida Ametrin (A1G3) menghasilkan bobot kering gulma yang lebih rendah

    Inventarisasi Ektoparasit pada Ikan Patin (Pangasius Hypophthalmus) yang Diberi Pakan Day Old Chick di Sungai Kelekar Desa Segayam

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis, prevalensi, intensitas dan dominasi ektoparasit pada Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) yang diberi pakan DOC di Sungai Kelekar Desa Segayam. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2014. Sampel Ikan Patin diambil dari tiga lokasi budidaya Ikan Patin yaitu dibagian hulu, tengah dan hilir Desa Segayam. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan mengambil sampel secara acak maupun gejala klinis sebanyak 60 ekor. Analisis data jenis parasit, prevalensi, intensitas dan dominasi parasit pada Ikan Patin di analisis secara deskriptif. Parasit yang teridentifikasi selama penelitian ini yaitu Dactylogyrus sp dengan nilai prevalensi 20%, intensitas 1,38 ind/ekor, dominasi 37,4%; Ichtyophthirius multifiliis dengan nilai prevalensi 15% intensitas 1,19 ind/ekor, dominasi 23,3% dan Trichodina sp dengan nilai prevalensi 16,7% intensitas 1,75 ind/ekor, dominasi 38,9%. Frekuensi kejadian parasit tergolong often (sedang). Kualitas air selama penelitian yaitu suhu 27-29 0C, pH 6-6,5, DO 3,89-4,10 mg/l dan amoniak 0,14-0,27 mg/l. kisaran tersebut masih dalam batas toleransi untuk kehidupan Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus)

    Pengaruh Macam Bahan Organik Dan Inokulum Rhizobium Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine Max (L.) Merril)

    Get PDF
    Kedelai (Glycine max (L.) Merril) merupakan tanaman pangan yang penting di Indonesia. Sebagai tanaman golongan Leguminoceae, tanaman kedelai mampu mengadakan simbiosis dengan bakteri tertentu sehingga dapat langsung memfiksasi nitrogen dari udara. Tujuan penelitian ini ialah mempelajari pengaruh interaksi macam bahan organik dan dosis legin terhadap peningkatan pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merril). Hipotesis yang diajukan ialah macam bahan organik dapat mempengaruhi kebutuhan dosis legin untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merril). Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian desa Jatikerto, kecamatan Kromengan, kabupaten Malang. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2014 sampai bulan September 2014. Alat yang digunakan pada penelitian ialah Leaf Area Meter (LAM), timbangan analitik, meteran dan oven. Bahan yang digunakan adalah benih kedelai varietas Grobogan. Perlakuan yang diberikan yaitu faktor satu adalah pemberian bahan organik yang terdiri dari: B1=tanpa aplikasi bahan organik, B2=residu biochar dan B3= kompos 10 ton ha-1. Faktor kedua adalah penggunaan legin yang terdiri dari: L1 = tanpa legin, L2 = dosis legin 8 g kg-1 dan L3 = dosis legin 12 g kg-1. Hasil penelitian menunjukkan penambahan bahan organik kompos 10 ton ha-1 dan residu biochar tidak mempengaruhi kebutuhan dosis legin. Kompos 10 ton ha-1 nyata untuk meningkatkan jumlah polong per tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merril) sebesar 71,21 %. Dosis legin tidak nyata terhadap hasil panen tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merril)

    Effects of dietary vitamin E on growth performance, body composition, antioxidant capacity, and some immune responses in Caspian trout (Salmo caspius)

    Get PDF
    This study was conducted to evaluate the effect of dietary vitamin E on growth performance, feed utilization, biochemical properties and some immune responses in Caspian trout, Salmo caspius. Six experimental diets were formulated with semi-purified ingredients supplemented with vitamin E in the form of DL-α-tocopherol acetate to provide the actual vitamin E concentrations of 4.9 (the basal diet), 8.6, 17.4, 35.4, 78.8 and 137.0 mg kg−1 diet, respectively. Each diet was assigned to three replicate groups of Caspian trout (initial average weight of 9.73 ± 0.34 g) for eight weeks. Weight gain ratio (WGR), specific growth rate (SGR), and protein efficiency ratio (PER) were found to be significantly enhanced by increasing dietary vitamin E level and reached to the highest values in fish fed with 78.8 mg kg−1 vitamin E supplemented diet (P < 0.05). A significantly linear increasing trend was recorded in crude protein, fat content, superoxide dismutase (SOD) activity, liver vitamin E concentration, immunoglobulin M (IgM), and alternative complement activity (ACH50), while glutathione peroxidase (GPX) activity was linearly and quadratically enhanced in response to increasing dietary vitamin E supplementations (P < 0.05). There were also linearly and quadratically decreasing trend in alkaline phosphatase (ALP), aspartate aminotransferase (AST), alanine aminotransferase (ALT) activities as well as serum glucose (GLC) and malondialdehyde (MDA) levels by supplementing dietary vitamin E (P < 0.05). Analysis by the polynomial regression of SGR, GLC, and SOD activity against varying levels of dietary vitamin E revealed that the optimum dietary vitamin E requirements in Caspian trout were 79.44, 78.73, and 82.16 mg kg−1, respectively

    Pengaruh Waktu Penyiangan Gulma Pada Sistem Tanam Tumpangsari Kacang Tanah (Arachis Hypogaea L.) Dengan Ubi Kayu (Manihot Esculenta Crantz.)

    Get PDF
    Suatu penelitian telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh waktu penyiangan gulma pada tumpangsari antara kacang tanah dan ubi kayu. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Jatikerto FP-UB di Desa Jatikerto, Kec. Kromengan Kabupaten Malang pada bulan April 2013 sampai dengan Juli 2013. Percobaan ini disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) sederhana dengan 9 perlakuan dan 3 ulangan, yaitu (G1) : tidak disiang, (G2) : penyiangan umur 2 mst, (G3) : penyiangan umur 4 mst, (G4) : penyiangan umur 6 mst, (G5) : penyiangan umur 2 mst dan 4 mst, (G6) : penyiangan umur 2 mst dan 6 mst, (G7) : penyiangan umur 4 mst dan 6 mst, (G8) : penyiangan umur 2 mst, 4 mst dan 6 mst dan (G9) : bebas gulma sampai panen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gulma yang dominan adalah gulma dari golongan berdaun lebar seperti Heliotropium indicum L., Cleome rotidospermae, Hedyotis corymbosa L. Lamk., Phyllanthus niruri serta Eclipta prostrata dan gulma dari golongan teki yaitu Cyperus rotundus. Penyiangan gulma yang dilakukan umur 2 mst dan 4 mst berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, bobot kering, jumlah polong dan jumlah biji kacang tanah (Arachis hypogaea L.) pada sistem tumpangsari dengan ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.) apabila dibandingkan dengan tanpa penyiangan
    • …
    corecore