51 research outputs found

    Household Characteristics and Potential Indoor Air Pollution Issues in Rural Indonesian Communities Using Fuelwood Energy

    Full text link
    Two rural communities using fuel wood energy in mountainous and coastal areas of Java island in Indonesia have been surveyed to know their household characteristics and the related potential indoor air pollution issues. By random sampling, we characterized fuel wood users only. The fuel wood use was mainly due to economic reason since some of the users were categorized as low-income families. Communities in the mountainous area were exposed to higher risk of indoor air pollution than those in coastal area due to their house characteristics and behavior during cooking. Both communities, however, were aware of indoor air pollution issues and indicated the sources. They also prioritized the factors to be controlled, which they perceived as the main cause of indoor air pollution problem

    Analisis Komposisi Unsur Pencemar (Si, Pb, dan Ca) dalam Total Suspended Particulate (Tsp) di Pembangungan Jalan (Studi Kasus: Pembangunan Jalan Kendal – Batas Kota Semarang, Jawa Tengah)

    Full text link
    Road construction is an activity that may have a substantial temporary impact on local air quality. Road construction projects in Kendal – Semarang City produce air pollution especially Total Suspended Particulate (TSP) and pollutant elements (Si, Pb, and Ca) in TSP. TSP and pollutant elements were analyzed to determine the concentration at the dredging of asphalt, the concreting phase, and the concrete cutting phase. The tool used in sampling the TSP is Dust Sampler and for the measurement of pollutant elements (Si, Pb and Ca) is AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer). The highest concentration of TSP is 1199.89 g / Nm3 that found in the concrete cutting phase, for the highest concentration pollutant elements is the concentration of Ca element contained in the concrete cutting phase that is equal to 23.7 g / Nm3, and the concentrations of Pb at the stage of concreting 0.08 mg / Nm3 is the lowest concentration of pollutant elements

    Studi Beban Emisi Pencemar Gas Rumah Kaca Dari Sektor Industri, Sektor Rumah Tangga, Dan Sektor Sampah Di Kota Semarang

    Full text link
    [Study of Green House Gas Emissions from Industrial Sector, Household Sector, and Municipal Solid Waste Sector in Semarang City]. Global warming has become an important issue today, where this phenomenon is caused by the increased concentrations of greenhouse gases. The determination of greenhouse gas emissions (CO2, N2O, CH4) is to use emission factors which are multiplied by fuel consumption, except for the waste sector which is an organic waste. Calculated greenhouse gas emissions in this study comes from the industrial sector, the household sector and the solid waste sector contained in the city of Semarang. The results from this study are that most of greenhouse gases come from the industrial sector at the amount of 194.412 Gg CO2 e for large point source and 2524.513 Gg CO2 e. for the source area. While the least greenhouse gases contributing is solid waste sector, at the amount of 54.21 tons of CO2. As for the household sector, its emissions equal to 212.774 Gg CO2 e

    Analisis Komposisi Unsur Pencemar (Si, Pb, Dan Ca) Dalam Total Suspended Particulate (Tsp) Di Pembangunan Gedung (Studi Kasus : Proyek Pembangunan Apartemen Paltrow City, Semarang, Jawa Tengah)

    Full text link
    [Composition Analysis Pollutant Elements ( Si , Pb , and Ca ) in Total Suspended Particulate (TSP) on Construction Building (Case Study : Construction Apartment Paltrow City, Semarang, Central Java )]. Construction of Apartment Paltrow City Semarang, Central Java, potentially resulting in air pollution mainly Total Suspended Particulate (TSP) and Pollutant Elements (Si, Pb, and Ca). TSP and pollutant elements were analyzed to determine the concentration of apartment construction activities, especially at the transport material track, the foot plate foundation and the mixing cement. The tools used in the sampling of TSP is Dust Sampler and for the measurement of pollutant elements (Si, Pb, and Ca) using AAS (Atomic Absorption Spectrofotometer). The highest concentration of TSP is 786,13 µg/m3 that found at the transport material track, the highest concentration pollutant elements is the concentration of Si element contained at the transport material track is equal to 0,103 µg/m3, the higest concentration of Pb element in the mixing cement point is equal to 0,061 µg/m3 and the higest concentration of Ca element in the mixing cement point is equal to 9,677 µg/m3

    Identifikasi Kontribusi Pencemaran Pm10 dengan Metode Reseptor Positive Matrix Factorization (Pmf) Studi Kasus : Kota Pekanbaru Provinsi Riau

    Full text link
    Partikulat merupakan salah satu indikator pencemar udara yang keberadaannya selalu dipantau. Keberadaan partikulat ini terutama partikulat dengan diameter 10 mikrometer atau dikenal dengan PM10 konsentrasinya selalu dipantau pada salah satunya adalah Stasiun Pemantauan Pencemar Udara Sukajadi, Kota Pekanbaru Provinsi Riau. Namun, hasil konsentrasi yang dipantau hanya akan menggambarkan besaran dari konsentrasi PM10 tersebut sehingga belum dapat menggambarkan kemungkinan sumber-sumber pencemar dari partikulat tersebut di Kota Pekanbaru. Penelitian ini akan membahas mengenai konsentrasi komposisi kimiawi yang terkandung di dalam partikulat melalui analisis kimia filter pemantauan yang terdapat pada Stasiun Pemantauan Sukajadi, Kota Pekanbaru dengan menggunakan metode Inductievly Coupled Plasma (ICP) dan Ion Chromatography (IC). Hasil analisis komposisi kimia yang didapatkan berupa unsur logam dan ion yang terdiri As, Bi, Cr, Cs, Cu, K, Li, Mn, Ni, Pb, Rb, Se, Ti, U, Zn, Fe, W, Mo, Hg, Cl-, NO3-, SO42-, K+, Mg2+, Ca2+ dan Na+. Hasil tersebut selanjutnya akan dianalisis dengan menggunakan software EPA-PMF untuk mengetahui sumber yang potensial serta besaran kontribusinya terhadap pencemar partikulat yang ada di Kota Pekanbaru. Hasil yang didapatkan adalah kemungkinan sumber-sumber dari pencemar PM10 adalah bersumber dari Pembakaran Vegetasi dengan kontribusi sebesar 39,86%, Kendaraan Bermotor 15,65%, Industri (Boiler Batubara) 17,11%, Lahan Pertanian 16,97% dan Debu Tanah 10,41

    Analisis Karakteristik Vocs (Volatile Organic Compounds) Pada Asap Kebakaran Lahan Gambut Fase Pembaraan (Smouldering) Dan Rekomendasi Pencegahan Kebakaran Lahan Gambut (Studi Kasus: Kabupaten Siak Dan Kabupaten Kampar Provinsi Riau)

    Full text link
    Salah satu sumber pencemaran udara adalah pembakaran biomasa (biomass burning). Di Indonesia, sulitnya mencari lahan untuk kegiatan perladangan menyebabkan sebagian masyarakat mulai beralih memanfaatkan lahan gambut untuk areal pertanian. Sebagian masyarakat mengambil jalan praktis untuk membuka areal pertanian dengan membakar lahan gambut. Kebakaran lahan gambut khsusnya fase smouldering menghasilkan lebih banyak gas berbahaya seperti volatile organic compounds (VOCs). Provinsi Riau di Indonesia merupakan salah satu provinsi yang sering mengalami kebakaran lahan gambut selama musim kemarau. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengidentifikasi VOCs yang diemisikan dari kebakaran lahan gambut (smouldering fire) dengan cara sampling langsung di titik api (sumber emisi) di Provinsi Riau tepatnya di Desa Langkai Kabupaten Siak dan Desa Rimbo Panjang Kabupaten Kampar, Indonesia. Dari hasil identifikasi terdapat 15 VOCs yang belum pernah teridentifikasi sebelumnya yaitu Hydrazinebenzene, 1-Propanethiol, Cholestadiene, Cholesteryl Butyrate, Cholesteryl Benzoate, 2-Ethyl Nitrobenzene, 1,2,3-Benzotriazin-4(3H)-One, Nonadecane, 2-Ethylacridine, Cholesterol Acetate, Hexacosane, 2-Nitrobenzaldehyde, 2-Pyridinepropanoic Acid, 4-Nitrobenzohydrazide dan Cholesteryl Caprate. Kemudian diketahui terdapat peningkatan persentase VOCs di Desa Langkai Kabupaten Siak dan Desa Rimbo Panjang Kabupaten Kampar jika dibandingkan dengan VOCs pada background. Konsentrasi maksimum TVOCs di Kabupaten Siak sebesar 391.880 µg/m3 sedangkan di Kabupaten Kampar sebesar 195.940 µg/m3. Konsentrasi TVOCs di Kabupaten Siak 130,63 kali lebih besar dibanding baku mutu yang ada, sedangkan di Kabupaten Kampar 65,31 kalinya. 4. Rekomendasi yang diberikan untuk pencegahan kebakaran lahan gambut dimasa mendatang berupa manajemen hidrologi di lahan gambut dengan cara penyekatan parit-parit eksisting (canal blocking) untuk mengatur ketinggian muka air tanah dan penanaman vegetasi tahan api di sekeliling areal pertanian yang tetap menghasilkan nilai ekonomis seperti pisang, pinang dan pepaya sebagai sekat bakar buatan

    Analisis Karakteristik Ion Inorganik dalam Emisi Pm2.5 dan Rekomendasi Perlindungan Lingkungan dari Emisi Pm2.5 Kebakaran Lahan Gambut secara Pembaraan (Smouldering) (Studi Kasus: Kabupaten Siak dan Kabupaten Kampar, Provinsi Riau)

    Full text link
    Penelitian ini membahas tentang karakteristik ion inorganik dalam PM2.5 yang diketahui sebagai salah satu polutan udara akibatkebakaran lahan gambut dan rekomendasi perlindungan lingkungan. Pelaksanan sampling menggunakan alat yaitu VOC Denuder dan pompa (Leland Legacy). Metode yang digunakan untuk mengetahui konsentrasi PM2.5 adalah gravimetri dengan bantuan alat Sartorius ME5-F dan metode analisa konsentrasi ion inorganik mengunakan metode pertukaran ion dengan bantuan alat yaitu dengan menggunakan alat Ion Chromatography Shimadzu. Konsentrasi rata-rata emisi PM2.5 akibat kebakaran lahan gambut terutama pada fase pembaraan adalah 996,71 ± 531,01 µg/m3 dengan konsentrasi PM2.5 tertinggi sebesar 2163,49 µg/m3. Peningkatan konsentrasi PM2.5 terjadi sebesar 40 kali dibandingkan pada saat tidak terjadi kebakaran (background). Konsentrasi rata-rata tertinggi ion inorganik pada Kabupaten Siak yaitu ion SO42- sebesar 5,31 µg/m3dipengaruhi oleh penggunaan pupuk pestisida pada perkebunan kelapa sawit, sedangkan konsentrasi rata-rata tertinggi ion inorganik pada Kabupaten Kampar yaitu ion Cl-sebesar 14,06 µg/m3yang dipengaruhi oleh akitifitas Teknologi Modifikasi Cuaca dengan metode penyemaian garam (NaCl). Lokasi penelitian Kabupaten Siak yang didominasi oleh vegetasi permukaan kelapa sawit mempengaruhi rasio SO42-/K+ pada penelitian ini sebesar 13,73 %. Sedangkan pada lokasi penelitian Kabupaten Kampar yang didominasi oleh vegetasi permukaan rumput liar mempengaruhi rasio SO42-/K+ pada penelitian ini sebesar 2,19 %. Perlindungan lingkungan dilakukan dengan 2 cara yaitu pencegahan penyebaran kebakaran dengan cara pembuatan parit di sekitar area gambut dengan pemberian sekat/tabat pada ujung saluran dan penurunan konsentrasi dengan cara pembuatan buffer zone menggunakan vegetasi khusus pada luas dan jarak tertentu
    • …
    corecore