4 research outputs found

    Aplikasi Ekstrak Biji Pinang (Areca Catechu L) Sebagai Zat Antibakteri Pada Kain Kapas

    Full text link
    Kepedulian masyarakat mengenai kesehatan semakin berkembang, dibuktikan dengan banyaknya penelitian mengenai antibakteri khususnya pada material tekstil. Penambahan finishing agent antibakteri pada kain kapas akan mencegah tumbuhnya bakteri yang akan menimbulkan bau, gatal, dll pada kulit yang bersentuhan langsung dengan kain. Pada penelitian ini dilakukan penambahan zat aktif antibakteri dari ekstrak biji pinang pada kain kapas. Kain kapas antibakteri ini dibuat dari kain kapas yang dilapisi larutan ekstrak biji pinang (variasi konsentrasi 1 g/l, 5 g/l dan 10 g/l) dan binding agent (variasi jenis agent polivinil alkohol, poliuretan dan binder 722). Proses pelapisan dilakukan menggunakan metoda rendam peras-pemanasawetan (pad-dry-cure) dan hasil proses dibandingkan dengan kain kapas blanko. Karakterisasi pada kain hasil proses meliputi pengamatan morfologi (SEM), analisa gugus fungsi (FTIR) dan uji aktivitas antibakteri. Hasil penelitian menunjukan bahwa pinang dapat digunakan sebagai antibakteri pada kain kapas, berdasarkan hasil uji antibakteri. Binder 722 merupakan crosslinking agent yang paling baik untuk mengikat pinang pada kain, hal ini dapat dilihat dari efektivitas dan durabilitasnya dalam mencegah pertumbuhan bakteri. Setelah 9 kali pencucian rumah tangga, efisiensi pencegahan pertumbuhan bakteri E. coli hanya menurun dari 99,5% menjadi 97,4% dan S. aureus menurun dari 95,1% menjadi 92,2%. Dari hasil SEM kain tanpa pinang terlihat tidak ada partikel yang menempel. Semakin besar konsentrasi ekstrak pinang, maka makin banyak pinang yang menempel pada kain. Dari hasil uji FTIR dapat dilihat adanya puncak serapan pada pangan gelombang 1579 dan 1502 cm-1, yang menunjukkan adanya pinang yang menempel pada kain yang telah diproses

    Preparasi dan Karakterisasi Membran Serat Nano Polivinil Alkohol/gelatin dengan Antibiotika Topikal Menggunakan Metode Electrospinning

    Full text link
    Pada penelitian ini dilakukan proses electrospinning membran serat nano dari polivinil alkohol (PVA) dan gelatin dengan penambahan antibiotika topikal (Bacitracin dan Neomycin). Membran serat nano ini berpotensi untuk dijadikan sebagai produk pembalut luka atau media penghantar obat. Membran serat nano paling optimum diperoleh pada konsentrasi larutan PVA 10% (w/w) dan gelatin 5% (w/w) dengan rasio komposisi berat 70/30. Kondisi ini menghasilkan serat nano dengan ukuran ≤300 nm dan keseragaman serat yang cukup baik berdasarkan analisis morfologi menggunakan SEM. Penambahan antibiotika topikal dilakukan pada kondisi pembuatan membran serat nano paling optimum. Berdasarkan hasil analisis gugus fungsi menggunakan FTIR, pada grafik terlihat gabungan antara spektra PVA, gelatin, dan antibiotika topikal. Hal ini menandakan adanya interaksi antara molekul PVA, gelatin, dengan antibiotika topikal

    Aplikasi Kitosan-fosfat untuk Meningkatkan Sifat Tahan Api Kain Kapas

    Full text link
    Penggunaan zat tahan api pada tekstil yang bersifat ramah lingkungan sangat diperlukan untuk menggantikan zat tahan api yang bersifat toksik. Pada penelitian ini telah dilakukan aplikasi kitosan-fosfat sebagai zat tahan api yang bersifat ramah lingkungan untuk meningkatkan sifat tahan api kain kapas. Metode penelitian meliputi pelapisan kitosan dan amonium polifosfat pada kain kapas yang dilakukan dengan 2 tahapan proses. Tahap 1 pelapisan kitosan pada serat kapas dengan cara perendaman, dilanjutkan tahap 2 pelapisan amonium polifosfat pada kain kapas yang telah mengandung kitosan dengan cara pad-dry-cure. Evaluasi dan pengujian dilakukan terhadap sifat tahan api kain kapas sebelum dan sesudah diproses dengan kitosan dan amonium polifosfat dengan metode SNI 0989:2011, uji morfologi permukaan kain kapas menggunakan SEM (Scanning Electron Microscope), serta uji sifat termal kain kapas menggunakan TGA. Melalui 2 tahap proses pelapisan kitosan dan amonium polifosfat pada kain kapas, diperoleh kain kapas yang bersifat tahan api dengan kondisi optimum pelapisan kitosan 1% dan amonium polifosfat 2%. Hasil uji menunjukkan bahwa waktu perambatan nyala api 0 detik, dekomposisi termal pada temperatur 298oC jauh lebih rendah daripada kain kapas kontrol yaitu 374oC, dan pada temperatur 500oC menyisakan residu sampel sebesar 38,7% jauh lebih besar dibandingkan residu kain kapas kontrol sebesar 8,9%. Penurunan temperatur dekomposisi termal dan peningkatan jumlah residu pada sampel kain kitosan-fosfat menunjukkan bahwa kain kapas kitosan-fosfat hasil penelitian ini telah tebukti memiliki sifat tahan api
    corecore