16 research outputs found

    3,5-Thietanopentofuranoside <i>S</i>-oxides and <i>S,S</i>-dioxides – preparation and structural characterization

    No full text
    <p></p> <p>Methyl 3,5-anhydro-3-thiopentofuranosides (“3,5-Thietanopentosides”) of the D-<i>xylo</i>, L-<i>lyxo</i> and 2-deoxy-D-<i>threo</i> series were oxidized to the corresponding <i>S</i>-oxides (sulfoxides) and/or <i>S,S</i>-dioxides (sulfones) by use of hydrogen peroxide or <i>meta</i>-chloroperbenzoic acid. The diastereoisomers resulting from the additional chiral sulfur center in the sulfoxides could be separated. Their configuration was assigned by NMR spectroscopy and in one case unequivocally corroborated by an X-ray structure analysis. The observed stereoselectivity of the oxidation can be attributed to the specific steric requirements in the different thietano sugars. X-Ray structural analyses of three crystalline sulfones were also performed. Attempts to generate carbanions of the sulfoxides and sulfones and to use these for reactions with electrophiles were not successful.</p

    3,5-Thietanopentofuranoside S

    No full text

    STUDI PUSTAKA: PERBANDINGAN STREAK RETINOSKOPI DAN AUTOREFRAKTOMETER DALAM MENENTUKAN KELAINAN REFRAKSI

    No full text
    Kelainan refraksi atau ametropia adalah penyebab umum gangguan penglihatan yang dibagi menjadi miopi, hipermetropi, astigmatisma, dan presbiopia. Kelainan refraksi tidak dapat dicegah, namun dapat didiagnosis dari pemeriksaan mata dan dapat dikoreksi dengan menggunakan lensa kacamata, lensa kontak dan juga dengan tindakan operasi. Sampai saat ini standar baku emas untuk menghitung status refraksi seseorang masih menggunakan retinoskopi dan refraksi subjektif. Studi pustaka ini bertujuan untuk membahas mengenai perbandingan keakuratan antara hasil retinoskopi dan autorefraktometer untuk menentukan status refraksi seseorang. Retinoskopi merupakan suatu metode objektif yang paling sering digunakan oleh dokter mata dalam menentukan optical power seseorang dengan menggunakan alat yaitu retinoskop. Namun, sekarang ini autorefraktometer telah digunakan secara luas untuk menghitung status refraktif seseorang. Autorefraktometer atau automated objective refractor adalah metode elektronik otomatis untuk mengukur kelainan refraksi secara objektif yang telah banyak digunakan di klinik maupun toko-toko kacamata dikarenakan hanya membutuhkan waktu yang singkat dan prosedur pemeriksaan yang sederhana. Terdapat 5 penelitian yang membandingkan keakuratan retinoskopi dan autorefractometer dalam menentukan status refraksi. Studi Pustaka ini ini menyimpulkan bahwa pemeriksaan dengan menggunakan retinoskopi memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan autorefraktometer dalam menentukan status refraksi seseorang

    PERBANDINGAN STREAK RETINOSKOPI DAN AUTOREFRAKTOMETER DALAM MENENTUKAN KELAINAN REFRAKSI

    No full text
    Kelainan refraksi atau ametropia adalah penyebab umum gangguan penglihatan yang dibagi menjadi miopi, hipermetropi, astigmatisma, dan presbiopia. Kelainan refraksi tidak dapat dicegah, namun dapat didiagnosis dari pemeriksaan mata dan dapat dikoreksi dengan menggunakan lensa kacamata, lensa kontak dan juga dengan tindakan operasi. Sampai saat ini standar baku emas untuk menghitung status refraksi seseorang masih menggunakan retinoskopi dan refraksi subjektif. Studi pustaka ini bertujuan untuk membahas mengenai perbandingan keakuratan antara hasil retinoskopi dan autorefraktometer untuk menentukan status refraksi seseorang. Metode yang digunakan adalah literature review dengan mencari artikel dengan kata kunci retinoscopy, autorefractometer, dan refractive errors dengan kriteria inklusi meliputi artikel dalam 10 tahun terakhir, akses teks lengkap, baik dalam bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia. Kami menemukan 5 penelitian yang membandingkan keakuratan retinoskopi dan autorefraktometer dalam menentukan status refraksi. Autorefraktometer dapat menentukan status refraksi dengan cepat, namun hasilnya dapat overestimated, sedangkan retinoskopi dengan siklopegik memberikan hasil yang lebih akurat namun memerlukan keterampilan dan pengalaman pemeriksa. Studi pustaka ini menyimpulkan bahwa pemeriksaan dengan menggunakan retinoskopi memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan autorefraktometer dalam menentukan status refraksi seseorang
    corecore