11 research outputs found

    Pengaruh Jenis Sumber Nitrogen Pada Pembuatan Olyhydroxybutyrate Dari Glukosa Menggunakan Bakteri Bacillus Cereus

    Get PDF
    Polyhydroxybutyrate (PHB) adalah salah satu bahan baku plastik biodegradabel. Bakteri memproduksi PHB di dalam selnya, sebagai cadangan sumber carbon dan energi untuk pertumbuhannya, pada saat pasokan nutrisi tidak seimbang. Sifat PHB mirip dengan sifat polypropylene (PP) yang merupakan bahan baku plastik berbasis petrokimia. Selain itu PHB juga bersifat renewable, ramah lingkungan dan biokompatibel. Salah satu nutrisi untuk pertumbuhan bakteri adalah Nitrogen. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh jenis sumber Nitrogen terhadap pertumbuhan sel bakteri dan kadar PHB yang diperoleh.Pembuatan PHB dilakukan secara proses fermentasi. Mula-mula glukosa sebagai sumber karbon dan larutan Mineral Salt Medium (MSM), ditambah dengan sejumlah sumber nitrogen (Tripton, Pepton, Ammonium Sulfat, Ammonium Chlorida). Larutan selanjutnya disterilisasi menggunakan autocalve. Setelah medium dingin ditambahkan sejumlah 10% vol bakteri Bacillus cereus. Selanjutnya medium dilakukan proses fermentasi selama 96 jam. Setelah fermentasi selesai dilakukan pemanenan untuk pemisahan sel biomass dari filtratnya dengan cara centrifugasi. Filtrat yang diperoleh dianalisa kandungan gula reduksi, sedangkan sel biomass dianalisa kadar PHB. Hasil penelitian menunjukkan fermentasi oleh bakteri Bacillus cereus menggunakan sumber nitrogen Tripton, menghasilkan berat sel kering yang banyak, yaitu 5,391 g/L, dan produksi PHB sedikit, yaitu 11,2%. Sedangkan pada fermentasi menggunakan sumber nitrogen Pepton, menghasilkan berat sel kering sedikit (3,031g/L), tetapi produksi PHB banyak (19,6%)

    Technique for Immobilization of Lipase Within Membrane Pores as Nanoreactor

    Full text link
    The objective of this study was to design of nanoscale biocatalyst system by utilizing the membrane as nanoporous media. The nanostructure was modified by two step methods: simple adsorption and continue with pressure driven filtration. Two types of polymeric membranes Mixed Cellulose Ester (MCE) and Polyethersulfone (PES) were used asmatrices for immobilization of lipase from Pseudomonas fluorescens. The lipase solution was allowed to permeate through the membrane and lipase molecule adsorbed on the inner wall of pores. The porosity and membrane matrices influenced the enzyme loading. The best result for enzyme loading inmembrane matric is 3.75 g.m-2 using PES membrane with incubation time of 18 hours. PES membrane was selected for further continuous transesterification studies. We evaluated the transesterification activity by converting triolein and methanol to methyl oleate and glycerol. The reaction was carried out in situ within the pores of membrane matric, so that its pores act kind of nanoreactor during formation of product material. The degree of triolein conversion using this kind of nanoreactor was about 80% with 30 minutes of residence time. The productivity of immobilized lipase within the pores were 40 fold higher than that of native free lipase

    Biomass Production Chlorella Vulgaris Buitenzorg Using Series of Bubble Column Photo Bioreactor with a Periodic Illumination

    Full text link
    Chlorella vulgaris Buitenzorg cultivation using three bubble column photo bioreactors arranged in series with a volume of 200 mL for 130 hours shows an increase of biomass production of Chlorella vulgaris Buitenzorg up to 1.20 times and a decrease of the ability of CO2 fixation compared to single reactor at a periodic sun illumination cycle. The operation conditions on cultivation are as following: T, 29.0oC; P,1 atm.; UG, 2.40 m/h; CO2, 10%; Benneck medium; and illumination source by Phillip Halogen Lamp 20W /12V/ 50Hz. Other research parameters such as microbial carbon dioxide transferred rate (qco2), CO2 transferred rate (CTR), energy consumption for cellular formation (Ex), and cultural bicarbonate species concentration [HCO3] also give better results on series of reactor

    Perilaku Homoseksual: Mencari Akar Pada Faktor Genetik Prof. Dr. Ing. Ir. Misri Gozan, M.tech. Universitas Indonesia

    Full text link
    The study based on literatures on this article presents data that is critical discourses ofhomosexuality and genetics. This article does not disclose the direction of Islam in termsof homosexuality because it is so obvious expressed in the Koran and explained by therighteous mufassir, muslim clerics and scholars. There is no strong data linking specificgenetic factors with the emergence of homosexual behavior. Research conducted by theproponents of homosexual showed no single gene that govern human behavior which is avery complex phenomena. In other words, the genes do not determine behavior ofhomosexuality in particular. Expressed genes responsible for the nature of homosexualityis also interpreted as genes responsible for other mental problems. The experts furtherrevealed that homosexual orientation is strongly affected by the events and stimuliexperienced by either of the environment with a growing degree of openness tohomosexual behavior as well as due to the availability of information, especially incyberspace. Some chemicals are suspected of causing physical changes and influence onsexual orientation. Efforts of healing through action or medical intervention are notimpossible. Some researches suggest that homosexual behavior is more aggressive thanmen hetersexual both in individual and family scale. The author sees the belief thatgenetic factors are the reason for accepting homosexual behavior has no strong scientificroots. Behavior of homosexuality thus can actually be, or should be, repaired and healed

    Pengaruh Kecepatan Agitasi pada Media Sintesis untuk Produksi Α-Amilase dari Bacillus Amyloliquefaciens T1

    Full text link
    Enzim yang berasal dari mikroorganisme merupakan enzim yang paling banyak digunakan dalam dunia industri karena ekonomis dan lebih stabil dibandingkan dengan enzim yang berasal dari tanaman dan hewan. Pasar global industri enzim bernilai 3,1 milyar USD pada tahun 2009 dan mencapai 3,6 milyar USD pada 2010. Produksi enzim pada fermentor skala besar perlu dilakukan optimasi pada skala bench karena sulitnya mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja proses fermentasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan kondisi optimal komposisi media dan kecepatan agitasi untuk produksi α-amilase dengan menggunakan Bacillus amyloliquefaciens T1 pada skala bench. Pada penelitian ini dilakukan produksi enzim α-amilase pada skala 50 ml menggunakan media molase dan media sintesis untuk mengidentifikasi pengaruh penggunaan media pada aktivitas enzim. Media molase menghasilkan aktivitas α-amilase 154,0 U/ml sedangkan pada penggunaan media sintesis dihasilkan aktivitas α-amilase 108,6 U/ml. Optimasi agitasi dilakukan dengan variasi agitasi 100 rpm, 150 rpm, dan 200 rpm pada media sintesis di fermentor 10 l. Kecepatan agitasi optimum pada penelitian ini adalah 150 rpm dengan aktivitas enzim maksimum adalah 38,96 U/ml pada 37°C

    Produksi Biosurfaktan oleh Pseudomonas Aeruginosa dengan Substrat Limbah Biodiesel Terozonasi untuk Peningkatan

    Full text link
    Biosurfaktan bekerja menurunkan tegangan antarmuka sehingga dapat diaplikasikan dalam peningkatan perolehan minyak bumi. Biosurfaktan dapat diproduksi dari Pseudomonas aeruginosa dengan substrat limbah biodiesel. Sayangnya, limbah ini masih memiliki kandungan senyawa yang kompleks, oleh karena itu perlu dilakukan penyederhanaan senyawa. Metode yang digunakan adalah metode ozonasi. Waktu optimum ozonasi substrat adalah 30 menit. Pemilihan waktu ini berdasar pada uji pendahuluan biosurfaktan yaitu uji oil spreading, indeks emulsifikasi dan Total Plate Count. Hasil yang diperoleh dari produksi biosurfaktan dengan substrat yang diozonasi selama 30 menit dapat menurunkan tegangan antarmuka 99,1% dan tegangan permukaan 27,7%. Meskipun terjadi penurunan kedua tegangan secara signifikan, namun nilai kedua jenis tegangan tersebut masih perlu diturunkan lagi agar memenuhi kriteria biosurfaktan yang dapat digunakan untuk peningkatan perolehan minyak bumi

    Utilization of Bagasse Cellulose for Ethanol Production through Simultaneous Saccharification and Fermentation by Xylanase

    No full text
    Bagasse is a solid residue from sugar cane process, which is not many use it for some product which have more added value. Bagasse, which is a lignosellulosic material, be able to be use for alternative energy resources like bioethanol or biogas. With renewable energy resources a crisis of energy in Republic of Indonesia could be solved, especially in oil and gas. This research has done the conversion of bagasse to bioethanol with xylanase enzyme. The result show that bagasse contains of 52,7% cellulose, 20% hemicelluloses, and 24,2% lignin. Xylanase enzyme and Saccharomyces cerevisiae was used to hydrolyse and fermentation in SSF process. Variation in this research use pH (4, 4,5, and 5), for increasing ethanol quantity, SSF process was done by added chloride acid (HCl) with concentration 0.5% and 1% (v/v) and also pre-treatment with white rot fungi such as Lentinus edodes (L.edodes) as long 4 weeks. The SSF process was done with 24, 48, 72, and 96 hour's incubation time for fermentation. Variation of pH 4, 4,5, and 5 can produce ethanol with concentrations 2,357 g/L, 2,451 g/L, 2,709 g/L. The added chloride acid (HCl) with concentration 0.5% and 1% (v/v) and L. edodes can increase ethanol yield, The highest ethanol concentration with added chloride acid (HCl) concentration 0.5% and 1% consecutively is 2,967 g/L, 3,249 g/L. The highest ethanol concentration with pre-treatment by L. edodes is 3,202 g/L.<br
    corecore