3 research outputs found

    Pengaruh proporsi tepung labu kuning dan tepung terigu terhadap sifat fisikokimia dan organoleptik cake kukus

    Get PDF
    Labu kuning kaya akan β-karoten, gula, dan serat. Upaya diversifikasi pengolahan labu kuning adalah tepung labu kuning. Tepung labu kuning dapat dimanfaatkan dalam pembuatan cake kukus sebagai bahan pensubstitusi tepung terigu. Penggunaan tepung labu kuning diharapkan dapat meningkatkan kadar β-karoten dalam cake kukus. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan proporsi tepung labu kuning dan tepung terigu yang tepat untuk menghasilkan cake kukus dengan sifat fisikokimia dan organoleptik yang dapat diterima oleh konsumen. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan satu faktor, yaitu faktor proporsi tepung labu kuning dan tepung terigu dengan lima level, yaitu: 0%:100%; 10%:90%; 20%:80%; 30%:70%; 40%:60%, yang diulang sebanyak lima kali. Parameter pengujian meliputi volume spesifik, firmness, dan organoleptik kesukaan warna, kemudahan digigit, moistness, dan rasa. Data dianalisis dengan ANOVA (Analysis of Variance) pada α = 5% untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh proporsi tepung labu kuning dan tepung terigu terhadap sifat fisikokimia dan organoleptik cake kukus. Apabila terdapat pengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan's Multiple Range Test) pada α = 5%. Penentuan perlakuan terbaik dilakukan dengan uji pembobotan. Cake kukus dengan perlakuan terbaik diuji kadar β-karoten. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan proporsi tepung labu kuning : tepung terigu memberikan pengaruh nyata (α = 5%) terhadap volume spesifik, firmness, dan tingkat kesukaan terhadap warna, kemudahan digigit, moistness, dan rasa. Semakin besar proporsi tepung labu kuning, semakin kecil nilai volume spesifik, firmness, dan kesukaan warna cake, namun semakin besar nilai kesukaan kemudahan digigit, moistness, dan rasa cake. Proporsi tepung labu kuning : tepung terigu 20%:80% merupakan perlakuan terbaik dengan kadar β-karoten sebesar 8,569 µg β- karoten/g cake kukus

    Characterization of GB/hTERT MSCs.

    No full text
    <p>(A) Schematic representation of a Glucose Biosensor (GB) gene used for the genetic modification of MSCs. The gene encodes a chimeric protein consisting of a signal peptide allowing protein secretion followed by Cyan Fluorescent Protein (CFP), a glucose binding domain and Yellow Fluorescent Protein (YFP). (B) Optical and YFP fluorescence microscopy of GB/hTERT MSCs (scale bar: 100μm). (C) Flow cytometry of GB/hTERT MSCs for mesenchymal CD29, 73, 90, 105 markers. Unstained cells were used as control. (D) Staining of control or differentiated GB/hTERT cells with Alizarine Red/Oil Red O indicative of osteogenic/adipogenic differentiation, respectively (scale bar: 100μm).</p

    Self-renewal potential of genetically modified MSCs.

    No full text
    <p>(A) Immunoblots for hTERT in control, GB and GB/hTERT MSC extract using an anti-hTERT antibody. GAPDH was used as a loading control (B) Relative telomerase activity in GB and GB/hTERT MSCs at passage 20. (C) Cumulative population doublings of GB and GB/hTERT MSCs over time. GB MSCs reached replicative senescence at passage 28. (D) mRNA levels of Oct-4, Sox-2 and Nanog pluripotency markers in GB and GB/hTERT MSCs (***: p<0.001, **: p<0.01). Results in (B) and (D) are shown as mean ± SD of 3 independent experiments.</p
    corecore