4 research outputs found

    Manfaat dan Tantangan Moral Penggunaan Internet dalam Budaya Digital di Dunia Pendidikan, serta Tanggapan Etis Kristen

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan menyelidiki manfaat dan tantangan moral yang umumnya terjadi dikalangan pengguna internet dalam konteks dunia pendidikan. Internet pada satu sisi memberikan manfaat yang baik, tetapi juga dapat menjerumuskan para penggunanya, khususnya para pelajar kepada penyimpangan moral. Beberapa penyimpangan moral yang sering terjadi di dunia pendidikan seperti plagiarisme, akses situs porno, cyber bullying, penyebaran berita bohong. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan, dan sumber pustaka yang digunakan adalah artikel jurnal online. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa penyalahgunaan internet yang tidak sesuai dengan manfaatnya menurut nilai-nilai etis Kristen merupakan penyimpangan moral dan terlebih lagi merupakan dosa. Untuk menyikapinya, diperlukan sikap etis Kristen dengan cara menanamkan nilai-nilai Kristen agar para pelajar sebagai pengguna internet dapat menggunakannya sesuai dengan kebenaran Allah.Penelitian ini bertujuan menyelidiki manfaat dan tantangan moral yang umumnya terjadi dikalangan pengguna internet dalam konteks dunia pendidikan. Internet pada satu sisi memberikan manfaat yang baik, tetapi juga dapat menjerumuskan para penggunanya, khususnya para pelajar kepada penyimpangan moral. Beberapa penyimpangan moral yang sering terjadi di dunia pendidikan seperti plagiarisme, akses situs porno, cyber bullying, penyebaran berita bohong. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan, dan sumber pustaka yang digunakan adalah artikel jurnal online. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa penyalahgunaan internet yang tidak sesuai dengan manfaatnya menurut nilai-nilai etis Kristen merupakan penyimpangan moral dan terlebih lagi merupakan dosa. Untuk menyikapinya, diperlukan sikap etis Kristen dengan cara menanamkan nilai-nilai Kristen agar para pelajar sebagai pengguna internet dapat menggunakannya sesuai dengan kebenaran Allah

    Tantangan Humanisme bagi Pendidikan Agama Kristen Abad 21 dan Tanggap Teologisnya

    Get PDF
    Education aims to shape human beings to grow in a better direction, in accordance with what is expected in social life. That is why educational institutions design curricula necessary for this purpose. However, in its development, a big challenge arises behind the good goals that were originally expected, namely from the ideology of humanism which makes humans become autonomous with all their abilities and advantages, so that humans no longer need God in all aspects of their life. This fact is a big challenge for Christian education which leads to the truth of God, so it is very necessary to be addressed. From these problems, the authors conducted research with a literature analysis approach. There are two dangers of humanism for Christian religious education. First, humans become the main center of education so that humans leave the importance of spiritual life and knowledge of God; Second, the misconception about sin, where sin is seen not as a big problem that needs to be resolved. In the midst of these challenges, Christianity must be critical of the curricula in force so as to maintain efforts to internalize Christian values ​​through education.Pendidikan bertujuan untuk membentuk manusia agar bertumbuh ke arah yang lebih baik, sesuai dengan yang diharapkan dalam hidup bermasyarakat. Karena itulah lembaga pendidikan merancang kurikulum-kurikulum yang perlu untuk tujuan tersebut. Meskipun demikian, dalam perkembangannya timbul tantangan yang besar dibalik tujuan baik yang semula diharapkan, yaitu dari ideologi humanism yang membentuk manusia menjadi otonom dengan segala kecakapan dan keunggulan yang dimilikinya, hingga manusia tidak lagi memerlukan Tuhan dalam seluruh aspek kehidupannya. Kenyataan ini menjadi tantangan yang besar bagi pendidikan Kristen yang bermuara pada kebenaran Allah, sehingga sangat perlu untuk disikapi. Dari masalah tersebut, penulis melakukan penelitian dengan pendekatan analisis pustaka. Ada dua bahaya humanism bagi pendidikan agama Kristen yaitu Pertama, manusia menjadi central utama pendidikan sehingga manusia meninggalkan pentingnya kehidupan spiritual dan pengenalan akan Allah; Kedua, Miskonsepsi tentang dosa, dimana dosa dipandang bukan sebagai masalah besar yang perlu diselesaikan. Di tengah tantangan tersebut kekristenan harus bersikap kritis terhadap kurikulum-kurikulum yang diberlakukan sehingga tetap menjaga upaya internalisasi nilai-nilai kekristenan melalui pendidikan

    Tanggung Jawab Misioner Guru Kristen Dalam Dunia Pendidikan

    Get PDF
    Education is an important part of the Christian mission because the Lord Jesus himself emphasized it in the Great Commission as a command that must be carried out. This task is for all Christians who are responsible for transmitting God's truth from generation to generation through teaching. The aim of this research is to focus on Christian teachers as a profession and part of all God's people, who are allowed to be preachers and teachers of God's truth to sinners. The hope is that Christian teachers will not only act as professional workers, but more than that they must carry out their missionary duties as a manifestation of God's call to them. The research method used is the library method. The results of this research are that teachers are a noble task because they carry out the main responsibility of the church, namely education as part of the mission. In this regard, the status as a Christian teacher is God's call which confirms his missionary function and responsibility, namely bringing students or students to the knowledge of the Lord Jesus Christ.Pendidikan merupakan bagian penting dari misi Kristen sebab Tuhan Yesus sendiri menegaskannya dalam Amanat Agung sebagai perintah yang harus dilakukan. Tugas tersebut diperuntukkan bagi semua orang Kristen yang bertanggungjawab meneruskan kebenaran Allah dari generasi ke generasi melalui pengajaran. Tujuan penelitian ini difokuskan pada guru Kristen sebagai salah satu profesi sekaligus bagian dari semua umat Allah, yang diperkenankan untuk menjadi pemberita dan pengajar kebenaran Allah kepada orang berdosa. Harapannya agar guru Kristen tidak hanya bertindak sebagai pekerja professional saja, tetapi lebih dari pada itu ia harus menjalankan tugas misionernya sebagai wujud dari panggilan Tuhan kepadanya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kepustakaan. Hasil dari penelitian ini adalah guru adalah tugas mulia sebab ia menjalankan tanggung jawab utama gereja yaitu Pendidikan sebagai bagian dari misi. Sehubungan dengan itu, status sebagai guru agama Kristen adalah panggilan Allah yang menegaskan fungsi dan tanggung jawab misionernya, yaitu membawa murid atau nara didik kepada pengenalan akan Tuhan Yesus Kristus

    Pendekatan Kotekstualisasi Misi Bagi Kaum Milenial

    No full text
    Topik kontektualisasi misi selalu relevan untuk dibahas, karena setiap era memiliki budaya masing-masing, termasuk era Milenial sudah pasti di dalamnya terdapat generasi di era tersebut. Ini penting untuk dipahami oleh gereja sebagai agen misi Allah bagi dunia. Kontekstualisasi juga merupakan upaya untuk memahami cara-cara komunitas Kristen menghayati Injil di tengah budaya non-Kristen dan tentang bagaimana menyeberangkan Injil ditengah-tengah konteks. Karena itu, tujuan artikel ini, adalah mengusulkan atau mengupayakan pendekatan kontekstualisasi yang relevan bagi generasi milenial. Metode penelitian yang digunakan dalam artikel ini menggunakan studi lieratur. Penelitian studi literatur adalah penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mengidentifikasi sumber-sumber primer dan sekunder baik berupa buku, skripsi, tesis dan artikel-artikel terkini. Untuk memfokuskan pembahasan maka penulis membuat dua pertanyaan untuk mengarahkan pembahasan: apa yang dimaksud dengan kaum milenial atau generasi milenial? dan pendekatan kontekstualisasi misi apa yang akan diusulkan? Berdasarkan kajian yang sudah dilakukan maka temuan yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah bahwa generasi milenial memiliki karakteristik yang unik, karena pengaruh kemajuan teknologi dan informasi dunia digital, sehingga masyarakatnya pun disebut sebagai masyarakat nitizen dengan budaya popular yang berkembang. Disamping itu juga, pandangan dunia yang mereka miliki inheren dengan pengaruh dunia maya sebagai tempat mengaktualisasi diri. Itulah sebabnya diperlukan pendekatan relasionalitas, inkarnatif dan eklesiastik, termasuk memanfaatkan media teknologi informasi untuk memberitakan Injil keselamatan
    corecore