4 research outputs found

    Studi Tentang Bcs Dan Produksi Susu Pada Berbagai Bulan Laktasi Sapi Perah PFH Di Peternakan Rakyat Ngantang, Malang, Jawa Timur

    Get PDF
    Body Condition Score (BCS) merupakan metode untuk memberikan nilai terhadap kondisi tubuh ternak baik secara visual maupun dengan perabaan timbunan lemak tubuh di bawah kulit sekitar tulang punggung, pinggul, dan pangkal ekor. BCS adalah salah satu faktor yang mempengaruhi produksi susu, karena BCS merupakan suatu visualisasi dari manajemen pemberian pakan. Selain BCS, bulan laktasi juga mempengaruhi produksi susu. Laktasi sapi perah dibagi menjadi tiga bagian yaitu, awal laktasi, tengah laktasi, dan akhir laktasi. Pola kurva produksi susu yang sedang laktasi mengalami perubahan yang terlihat tidak tetap, setelah beranak produksi susu sedikit rendah kemudian mencapai puncaknya sekitar bulan kedua dan mencapai titik terendah pada bulan laktasi kedelapan sampai kesepuluh. Penurunan nilai BCS sampai puncak produksi dapat diminimalisir dengan pemberian pakan yang cukup nutrisinya serta diperlukan pemeliharaan kondisi tubuh secara ideal sesuai dengan status fisiologis laktasi sekaligus untuk mempersiapkan fase laktasi berikutnya. Tujuan dari penulis ini adalah untuk mengetahui nilai BCS sapi perah pada berbagai bulan laktasi dan untuk mengetahui produksi susu langsung pada berbagai bulan laktasi. Penelitian ini dilaksanakan pada 7 Januari sampai 7 Maret 2019 di salah satu peternakan rakyat anggota daerah Ngantang. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 66 ekor sapi perah yang sedang laktasi yang kemudian ditentukan nilai BCS dan dihitung produksi susu pada saat sapi diperah pagi dan sore hari. Analisis data statistik yang digunakan dalam metode penelitian ini yaitu menggunakan uji regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil persamaan regresi dari BCS (X) dengan produksi susu (Y) adalah Y = 27,27-4,29X dengan koefisien determinasi (R2) sebesar 15,21% dan koefisien korelasi (r) sebesar 0,39 yang menunjukkan adanya hubungan prositif dan cukup kuat antara nilai BCS dengan produksi susu. Hasil persamaan regresi dari bulan laktasi (X) dengan produksi susu (Y) adalah Y = 22,87-1,31X dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,85 dan koefisien determinasi (R2) sebesar 72,25%, nilai tersebut menunjukkan bahwa bulan laktasi berkontribusi sebesar 72,25% terhadap produksi susu dan selebihnya berasal dari faktor lain. Kesimpulan penelitian ini adalah BCS dan produksi susu memiliki hubungan negatif yang artinya kenaikan nilai BCS dapat menurunkan produksi susu, namun keeratan dan kontribusi BCS bernilai sedang terhadap produksi susu. Hubungan bulan laktasi terhadap produksi susu adalah negatif yang artinya setiap pertambahan bulan laktasi dapat menurunkan produksi susu, tapi keeratan dan kontribusi bulan laktasi terhadap produksi susu cukup kuat

    PENGARUH GENOTIPE GEN β-LACTOGLOBULIN TERHADAP PRODUKSI SUSU PADA KAMBING SENDURO

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji genotipe dari gen β-lactoglobulin dan pengaruhnya terhadap produksi susu pada Kambing Senduro. Sebanyak 60 Kambing Senduro yang sedang laktasi berumur 2 sampai 4 tahun digunakan dalam penelitian ini. Produksi susu dan sampel darah dikoleksi dari peternakan kambing perah di desa Burno dan Kandangtepus. Gen β-lactoglobulin memiliki panjang 480 pb. Fragment DNA diampflifikasi menggunakan metode PCR dan genotipe gen β-lactoglobulin ditentukan menggunakan teknik RFLP dengan enzim restriksi Sac II. Assosiasi dari genotipe gen β-lactoglobulin dengan produksi susu dianalisis menggunakan ANOVA test. Hasil menunjukkan telah ditemukan SNP pada posisi c.497 G>A. Gen β-lactoglobulin bersifat polimofrik pada kambing Senduro. Keseimbangan Hardy-Weinberg menunjukkan populasi kambing Senduro berada dalam keseimbangan. Terdapat tiga genotipe (AA, AG, GG) dan dua alel (A dan G). Frekuensi genotipe AA, AG, GG masing-masing 0.4, 0.52, 0.08, sedangkan frekuensi alel A dan G masing-masing 0.66 dan 0.34. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tidak terdapat asosiasi antara keragaman gen β-lactoglobulin yang ditemukan dengan produksi susu

    Body and Head Morphometric of Kacang Goat under Semi Intensive Management at Fishpond Area in Sidoarjo Regency, Indonesia

    No full text
    Morphometric characterization is the basis of conservation strategies, performance improvement, breeding, and sustainable utilization plan. The purpose of this research was to determine the morphometrics of the Kacang Goats at the fishpond area in Sidoarjo Regency based on different ages and sex. The fishpond area in Sidoarjo is a closed area where goats are raised and have the potential for inbreeding with the consequence of smaller-sized offspring than normal.  Morphometric measurements included the head, ears, neck, body, legs, tail, and horns. This research used a descriptive analysis approach, presenting data in form of mean, standard deviation, and coefficient of variation. The result showed that the average face length of male vs. female Kacang goats was 16.73 ± 2.40 cm vs. 19.68 ± 2.44 cm; with a face width of 11.25 ± 2.91 cm vs. 19.52 ± 3.18 cm; ear length of 14.62 ± 1.38 cm vs. 16.46 ± 1.47 cm; neck length of 15.53 ± 2.65 cm vs. 15.35 ± 2.14 cm; horn length of 7.41 ± 4.10 cm vs. 6.59 ± 2.89 cm; chest circumference of 59.33 ± 8.18 cm vs. 67.80 ± 6.32 cm; body length of 51.45 ± 6.70 cm vs. 56.91 ± 6.54 cm; body height of 54.41 ± 7.22 cm vs. 62.01 ± 5.53 cm; tail length of 13.21 ± 2.01 cm vs. 14.77 ± 3.37 cm; hind leg length of 39.20 ± 5.26 cm vs. 47.74 ± 5.47 cm; and front leg length of 37.00 ± 8.84 cm vs. 44.63 ± 8.65 cm. This research concludes that Kacang Goats in Sidoarjo has characteristics according to SNI standard, and the morphometric size was larger in female than male goats

    Reproductive Performance of Kacang Goats in Closed Population Areas of Sidoarjo Regency, East Java, Indonesia

    No full text
    The objective of this study was to determine the reproductive performance of Kacang goats in a closed population area of Oro-Oro Farm located in Sawohan Village, Buduran Subdistrict, Sidoarjo Regency. We used 146 Kacang goat with a range of parity from 1 to > 7. Data analysis was carried out using the ANOVA test, Least Significant Difference (LSD) test, coefficient of variation test and descriptive test to measure litter size, pre-weaning mortality, kidding interval (KI), days open (DO) and Kacang goat reproduction index. The results showed that the highest litter size was 1.69 ± 0.63 at parity 6, the lowest pre-weaning mortality at parity > 7 was 11.76%, the shortest kidding interval and days open was at parity 4 for 7.35 ± 1.22 and 2.35 ± 1.22 months, respectively. The best Kacang goat reproduction index was 2.22 at parity 6 with coefficient of variation of 38.06%, 41.08% and 13.36% for litter size (LS), days open (DO), kidding interval (KI). Conclusively, there was a diverse reproductive performance of Kacang goats in the closed population area of Oro-Oro Farm located in Sawohan Village, Buduran Subdistrict, Sidoarjo Regency based on parity 1 to > 7, in which the higher the parity, the higher the reproductive performance. However, parity 5 onwards saw a declining reproductive performance due to weakened livestock conditions
    corecore