2 research outputs found

    Pemanfaatan Sistem Microbial Fuel Cell (Mfc) sebagai Sumber Energi Listrik Alternatif pada Pengolahan Cod dalam Lindi Menggunakan Rumput Belulang (Eleusine Indica)

    Full text link
    Lindi TPA Jatibarang memiliki kandungan senyawa organik yang tinggi dan adanya kandungan tersebut dapat mencemari lingkungan apabila langsung dikembalikan ke lingkungan tanpa adanya pengolahan. Pengolahan lindi menggunakan metode menggabungkan sistem evapotranspirasi dan MFC dapat dijadikan sebagai alternatif pengolahan lindi TPA Jatibarang karena selain dapat mengurangi kandungan senyawa organik, pengolahan ini juga dapat menghasilkan alternatif energi terbarukan Penelitian ini dilakukan menggunakan tanaman Rumput Belulang untuk mengolah atau mengurangi kandungan COD dalam lindi, tujuannya untuk mengetahui seberapa besar efisiensi penurunan COD yang dapat dilakukan oleh rumput belulang. Proses pengurangan konsentrasi COD oleh tanaman ini, akan dihasilkan bakteri-bakteri yg keluar di akar dan kemudian bakteri ini akan digunakan oleh elektroda untuk menghasilkan listrik. Penelitian ini menggunakan 3 reaktor, dimana reaktor pertama berupa reaktor kontrol, dan dua reaktor lainnya merupakan reaktor duplo. Penelitian dilakukan dalam skala laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi penyisihan COD terbesar terdapat pada reaktor tanaman rumput belulang yaitu sebesar 90,34%, dan hasil daya listrik terbesar terdapat pada reaktor kontrol sebesar 44,55 µW

    Pengolahan Limbah Domestik Kawasan Pesisir Dengan Subsurface Constructed Wetland Menggunakan Tanaman Jatropha Curcas L.

    Get PDF
    Indonesia sebagai negara maritim seharusnya mampu memanfaatkan sumber daya maritimnya secara berkelanjutan. Namun, pemanfaatan sumber daya maritim selama ini cenderung mengabaikan kelestarian lingkungan. Akibatnya, perairan Indonesia banyak mengalami pencemaran yang salah satu sumber utamanya berasal dari limbah domestik pemukiman pesisir. Sementara itu, salah satu cara untuk mengolah limbah domestik adalah dengan sistem Subsurface Constructed Wetland. Sistem ini lebih dianjurkan karena mampu mengolah berbagai jenis limbah dengan efisiensi tinggi serta ekonomis dari segi biaya. Jarak Pagar adalah salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai fitoteknologi untuk meremediasi lingkungan tercemar. Selain itu, Jarak Pagar juga merupakan tanaman adaptif yang dapat tumbuh pada kondisi lingkungan beragam. Penelitian ini menggunakan 10 reaktor Subsurface Constructed Wetland dengan tanaman Jarak Pagar aliran continue yang terdiri atas 9 reaktor menggunakan variasi debit dan jarak penananaman serta 1 reaktor tanpa tanaman sebagai kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem Subsurface Constructed Wetland dengan tanaman Jarak Pagar mampu menyisihkan COD sebesar 38-85% dan TSS sebesar 75-91%. Sementara itu, kinerja terbaik ditunjukkan oleh Reaktor 3 dengan debit 8 ml/menit dan jarak penanaman 10 cm yang mencapai efisiensi penyisihan COD (84, 75%) dan TSS (87,5%). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sistem Subsurface Constructed Wetland dengan tanaman Jarak Pagar dapat menjadi salah satu solusi untuk mengelola lingkungan pesisir sehingga akan terwujud pembangunan maritim berkelanjutan
    corecore