4 research outputs found
Perancangan Smart Home Berbasis Jaringan Sensor Nirkabel
- Keamanan rumah menjadi hal yang sangat penting ketika pemilik rumah meninggalkan rumah dalam keadaan kosong. Selain pencurian, kebakaran juga merupakan masalah yang sering kali terjadi ketika rumah ditinggal pemiliknya. Sebagai alternatif solusi untuk menjaga dan mengawasi rumah yang diajukan pada penelitian ini ialah menggunakan teknologi Jaringan Sensor Nirkabel yang terintegrasi dengan jaringan internet, sehingga pemilik rumah tetap dapat mengawasi keadaan rumah dari jarak jauh. Pada penelitian ini dirancang prototype sistem rumah pintar atau Smart Home yang memanfaatkan teknologi Jaringan Sensor Nirkabel menggunakan standard Zigbee. Beberapa node sensor ditempatkan pada peralatan rumah, dimana setiap node dapat saling berkomunikasi secara wireless dan terpusat di node kordinator. Selanjutnya node kordinatior akan terhubung ke jaringan internet sehingga pemilik rumah dapat membuka aplikasi smart home kapan saja dan dimana saja. Rancangan sistem Smart Home disimulasikan menggunakan rumah model untuk menguji kinerja perangkat Smart Home. Pengujian kinerja Smart Home dimulai dengan pengujian keakurasian masing masing data sensor hingga waktu respon komunikasi dari sensor ke pusat monitoring. Tingkat error pembacaan suhu disetiap ruangan ialah 1 - 4.27%. Sensor PIR berhasil mendeteksi keberadaan orang di suatu ruangan dengan waktu delay adalah 2.8 detik dengan jarak maksimal 5 meter. Fungsi kendali dan monitoring (on/off) perangkat elektronik bekerja dengan baik, dengan waktu respon kurang dari 1 detik. Dari hasil pengujian komunikasi nirkabel antar node, diperoleh bahwa jarak maksimal antar node ialah sekitar 20 m, dengan rata-rata waktu respon pengiriman data ialah 1-2 detik. Adapun waktu respon mengalami delay mencapai 2 detik apabila beberapa perintah kendali dilakukan pada waktu yang bersamaan. Kata Kunci - Smart Home, Jaringan Sensor Nirkabel, Zigbee
Identifikasi Awal Risiko Kecelakaan Seaplane pada Bandar Udara Perairan
Negara. Pergerakan seaplane selama proses keberangkatan dan kedatangan menggunakan bandar udara perairan. Fase penerbangan meliputi phase standing dan taxiing, approach dan landing, en route dan take off. Setiap aktivitas operasi penerbangan tidak lepas dari resiko. Oleh karena itu, identifikasi awal resiko kecelakaan pada seaplane di bandar udara perairan perlu dilakukan. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan faktor resiko yang mempegaruhi keamanan dan keselamatan Seaplan di bandar udara perairan. Data yang digunakan bersumber dari Aviation Safety Network. Teknik analisa menggunakan metode analisis statistik dan cause Effect. Dari data tahun 2000 – 2020 tercatat 374 kecelakaan seaplane. Fase approach dan landing yang tertinggi sebesar 141 kecelakaan, enroute sebesar 114 kecelakaan, Take Off sebesar 76 kecelakaan dan Standing dan Taxiing sebesar 30 kecelakaan. Penyebab kecelakaan terbesar karena kehilangan kendali seaplane sebesar 122 kecelakaan