4 research outputs found
PERANCANGAN SISTEM PEMROGRAM PROSESOR DSP TMS320C5000 MELALUI MATLAB/SIMULINK
TMS320C5000 adalah salah satu prosesor pengolah sinyal digital. Prosesor ini bersifat terprogram (programable). Selama ini pemrograman TMS320C5000 dilakukan melalui bahasa asembli atau C dengan kata lain bahwa pengembangan algoritma TMS320C5000 membutuhkan keahlian khusus tentang bahasa asembli/C Sserta perangkat keras DSP itu sendiri. Di sisi lain, dalam pengembangan sistem DSP, minimal ada 5 langkah yakni: munculnya ide, simulasi, desain perangkat lunak dan keras, uji sistem, dan aplikasi secara riil. Hal ini menyebabkan penembangan system DSP membutuhkan waktu yang cukup lama, bahkan sangat memungkinkan terjadinya penumpukan proses dalam satu tahap tertentu (bottle neck). Oleh karena itu perlu adanya sistem yang mampu memperpendek tahapan-tahapan diatas. Dalam penelitian ini diajukan alternative solusi “rapid prototyping”, dengan tujuan untuk mempermudah user serta memperpendek tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam mengembangkan aplikasi DSP secara nyata. “Rapid prototyping” akan mengintegrasikan antara Matlab-Simulink dengan TI tools (perangkat lunak yang dikembangkan oleh Texas Instruments prosesor DSP TMS320C5000). Fasilitas-fasilitas yang dimiliki oleh simulink dan TI tool digabungkan, di samping juga dibangun antar muka (interface) antara keduanya. Di lain pihak juga perlu dilakukan modifikasi/penyesuaian beberapa program/file header yang disediakan oleh simulink terhadap target perangkat keras yang digunakan (DSK5402). Makefile (GNU make), dalam penelitian ini, memegang peran yang sangat penting. Makefile akan menentukan berbagai tools yang diperlukan, file-file sumber, serta aturan-aturan yang diperlukan dalam eksekusi program. Bahasa pemrograman PERL juga dibutuhkan untuk membuat header tambahan dan penskalaan parameter. Di akhir penelitian, dilakukan pengujian terhadap sistem yang telah dibuat. Hasilnya menunjukkan bahwa sistem berjalan dengan baik, dapat mempermudah dan mempercepat pengembang¬an sistem DSP. Kata kunci: DSP, TMS320C5000, Matlab-simulink, real-time workshop, rapid prototyping FT, 2006 (PEND. TEK. ELEKTRONIKA
Klasifikasi Intonasi Wicara Berbasis Sinyal EMG otot Leher
Human voice intonation is affected by pitch and loudness. Pitch is related to the frequency of human
voice, while Loudness is related to the magnitude of human voice. Someone who does not have vocal
cords, He has no ability to produce voice and speech. This problem is suffered by laryngectomy
patients. Over half of all laryngectomy patients worldwide are using electrolarynx for the
rehabilitation of their speech ability. Unfortunately, the electrolarynx voice is monotonic and flatted
intonation. Small changes in pitch and loudness of electrolarynx will give a better expression in
laryngectomy patients. Previous researches have focused on utilization of Electromyography (EMG)
signal of neck muscle for only pitch control. In this research, the relationship between human voice
intonation (i.e., frequency and magnitude) and EMG signals of neck muscles was studied by looking
for their correlation and their mutual information. Human voice signal and EMG signal of neck
muscle were recorded simultaneuosly while subjects were saying “A” with varying intonation. The
EMG signal of neck muscle was processed using amplifying, filtering, rectifying and “moving
average” process. On the other hand, the human voice was processed by FFT Algorithm to obtain
magnitude and fundamental frequency. The result shows that the correlation coefficient between
human voice magnitudes and EMG signal of neck muscle is 0.93, while the correlation coefficient
between human voice frequency and EMG signal of neck muscle is 0.88. Moreover, the mutual
information between human voice magnitudes and EMG signal of neck muscle is 1.07, while the
mutual information between human voice frequency and EMG signal of neck muscle is 0.65. These
results show that the relationship between human voice magnitudes and EMG signal of neck muscle is
stronger than the relationship between human voice frequencies and EMG signal of neck muscle.
Therefore, it is more appropriate to use the EMG signal of neck muscle for controlling loudness of
electrolarynx than that of the pitch of electrolarynx
Alat Bantu Wicara Bagi Penderita Tuna Laring Berbasis Smart Phone Android
Untuk menyelamatkan para penderita kanker laring stadium lanjut, maka
dilakukanlah operasi pengangkatan laring secara total. Pengangkatan laring, otomatis
akan mengangkat pita suara, sehingga pasca operasi laring, pasien tidak dapat lagi
berbicara (bersuara) sebagaimana sebelumnya. Suara merupakan salah satu alat
komunikasi manusia yang utama. Tanpa suara, manusia tidak akan dapat lagi
berkomunikasi, menyampaikan kemauannya kepada orang lain secara bebas. Penelitian
ini ditujukan untuk menghasilkan alat bantú bicara bagi pasien tuna laring berbasis smart
phone android.
Pada tahun pertama telah dilakukan pengembangan sistem lip reading berbasis PC.
Sistem ini akan membaca video gerakan bibir dan mengenali beberapa kata dasar dalam
kehidupan sehai hari (daily life) yang diucapkan oleh penederita tuna laring. Setelah
direkam oleh kamera, video hasil perekaman akan dieksreaksi fitur khasnya menggunakan
metode Background Subtraction yang diikuti dengan proyeksi horizontal dan vertikal.
Selanjutnya dilakukan pengenalan fitur dengan menggunakan jaringa saraf tiruan. Pada
tahun kedua telah dilakukan perbaikan metode yang digunakan, yaitu melalui penggunaan
ekstraksi fitur double difference pada citra separuh bibir (folded lip image), dengan
classifier jaringan saraf tiruan tipe Multi Layer Perceptron, selanjutnya sistem
dimplementasikan dalam smartphone andoid.
Hasilnya pengujian tahun I diperoleh akurasi pengenalan 71 %, sedangkan hasil
pengenalan tahun II (setelah diperbaiki metodenya) meningkatkan menjadi 96,5%.
Perangkat lunak juga sudah berhasil diterapkan pada smartphone android dengan
pengujian terbatas
ALAT BANTU BICARA BERBASIS MICROCAMERA BAGI PASIEN TUNALARYNX
Penyembuhan kanker stadium lanjut pada daerah laring haruslah dilakukan operasi.Operasi ini
akan mengambil bagian tenggorokan yang terkena kanker sampai bersih. Dampak dari operasi ini akan
menjadikan trachea (saluran yang menghubungkan antara rongga mulut-hidung dengan paru)
terpisah dengan eshopagus dan pasien tidak dapat lagi bernapas dengan hidung, melainkan melalui
stoma (sebuah lubang di leher pasien).Pengangkatan laring, otomatis akan mengangkat perangkat suara
manusia. Sehingga pasca operasi laring, pasien tidak dapat lagi berbicara (bersuara) sebagaimana
sebelumnya.
Suara merupakan salah satu alat komunikasi utama manusia. Tanpa suara manusia tidak
dapat berbicara yang pada akhirnya, tidak akan dapat lagi menyampaikan kemauannya kepada orang
lain secara bebas. Bahasa tubuh atau tulis yang dapat dilakukan manusia, tetap akan membatasi
komunikasi. Karena kecepatan tulis atau bahasa tubuh tidak secepat dan sejelas bahasa suara. Oleh
karena itu diperlukan suatu terobosan agar para penyandang tuna laring bisa berbicara kembali secara
mudah dan murah. Pada penelitian ini dikembangkan model alat bantú wicara berbasis microcamera.
Microcamera akan memodelkan bentuk mulut ketika menghasilkan suara. Selanjutnya model
dari mulut ini digunakan untuk membangkitkan suara bagi para pasien tuna larynx.
Pada tahun pertama sistema telah dibangun dan hasilnya telah dikenali gambar diam
(ucapan vokal) dengan nilai validasi kebenaran 78,3 %. Pada tahun ke 2, sistema diperbaiki kualitasnya.
Hasilnya sistem telah dapat mengenali video pedek (ucapan dua suku kata) dengan nilai kebenaran
81 %. Proses pengolahan video dilakukan dengan menjadikan masing masing video menjadi beberapa
buah frame gambar diam. Selanjutnya dari masing masing gambar diam dilakukan proses pengubahan
RGB to gray, peningkatan intensitas gambar, pengubahan skala gambar, deteksi tepi, dan
penggambungan data masing masing frame. Data ini selanjutnya diolah oleh sistem pattern recognition
(jaringan syaraf tiruan)