EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK MELALUI SETTING PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD TERHADAP PRESTASI DAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP DI KECAMATAN NGAGLIK

Penelitian ini bertujuan 1) untuk mengetahui keefektifan pendekatan saintifik ditinjau dari prestasi dan motivasi belajar siswa kelas VIII, 2) untuk mengetahui keefektifan pendekatan saintifik melalui setting pembelajaran kooperatif STAD ditinjau dari prestasi dan motivasi belajar siswa kelas VIII, 3) untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan pendekatan saintifik melalui setting pembelajaran kooperatif STAD lebih efektif dibandingkan dengan pendekatan saintifik ditinjau dari prestasi dan motivasi belajar siswa kelas VIII. Jenis penelitian ini merupakan quasy experiment dengan non equivalent control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP di Kecamatan Ngaglik dengan sampel penelitian berjumlah 54 siswa secara acak sederhana (simple random sampling) yaitu kelas VIII A dan kelas VIII C di SMP PIRI Ngaglik. Kelas VIII A sebagai kelas kontrol dan kelas VIII C sebagai kelas eksperimen. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah angket motivasi belajar, tes uraian prestasi dan lembar keterlaksanaan pembelajran. Validitas instrumen menggunakan validitas isi oleh para ahli (expert judgment). Statistik uji dilakukan dengan menggunakan uji Hotelling’s Trace. Berdasarkan data yang diperoleh, posttest kelas kontrol dan eksperimen untuk nilai prestasi belajar memiliki rata-rata masing-masing 75,58 dan 80,83 dengan variansi 262,65 dan 185,58. Sedangkan motivasi akhir, kelas kontrol dan eksperimen memiliki nilai rata-rata masing-masing 81,23 dan 82,22 dengan variansi 30,74 dan 38,79. Berdasarkan pengujian hipotesis, diperoleh kesimpulan bahwa 1) Pendekatan saintifik terbukti efektif digunakan untuk kegiatan pembelajaran ditinjau dari prestasi dan motivasi belajar siswa, 2) Pendekatan saintifik melalui setting pembelajaran kooperatif STAD terbukti efektif digunakan untuk kegiatan pembelajaran ditinjau dari prestasi dan motivasi belajar siswa, 3) Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik melalui setting STAD lebih efektif dibandingkan dengan menggunakan pendekatan saintifik ditinjau dari prestasi dan motivasi belajar matematika siswa kelas VIII SMP di Kecamatan Ngaglik

A tale of two concessionaires: A natural experiment of water privatisation in Metro Manila

10.1177/0042098007085108Urban Studies451207-22

Impact of Temporary Trade Shocks on an Economy in Desequilibrium: Philippinhes, 1986-89

Trade Policy, Developing Countries EDIRC Provider-Institution: RePEc:edi:smlatau

GLAST Deficiency in Mice Exacerbates Gap Detection Deficits in a Model of Salicylate-Induced Tinnitus

Gap detection or gap pre-pulse inhibition of the acoustic startle (GPIAS) has been successfully used in rat and guinea pig models of tinnitus, yet this system has proven to have low efficacy in CBA mice, with low basal GPIAS and subtle tinnitus like effects. Here, we tested five mouse strains (CBA, BalbC, CD-1, C57BL/6 and sv129) for pre-pulse inhibition and gap detection with varying interstimulus intervals (ISI) and found the that mice from a CBA genetic background had the poorest capacities of suppressing the startle response in presence of a pre-pulse or a gap. CD-1 mice displayed variable responses throughout all ISI. Interestingly, C57BL/6, sv129 and BalbC showed efficient suppression with either pre-pulses or gaps with shorter ISI. The glutamate aspartate transporter (GLAST) is expressed in support cells from the cochlea and buffers the excess of glutamate. We hypothesized that loss of GLAST function could sensitize the ear to tinnitus-inducing agents, such as salicylate. Using shorter ISI to obtain a greater dynamic range to assess tinnitus-like effects, we found that disruption of gap detection by salicylate was exacerbated across various intensities of a 32 kHz narrow band noise gap carrier in GLAST KO mice when compared to their wild-type littermates. Auditory brainstem responses (ABR) and distortion products of otoacoustic emission (DPOAE) were performed to evaluate the effects on hearing functions. Salicylate caused greater auditory threshold shifts (near 15 dB) in GLAST KO mice than in wild-type mice across all tested frequencies, despite similarly reduced DPOAE. Despite these changes, inhibition using broad-band gap carriers and 32 kHz pre-pulses were not affected. Our study suggests that GLAST deficiency could become a useful experimental model to decipher the mechanisms underlying drug-induced tinnitus. Future studies addressing the neurological correlates of tinnitus in this model could provide additional insights into the mechanisms of tinnitus