8 research outputs found

    Aktivitas Antibakteri Asap Cair Tempurung Kenari (Canarium Indicum L.)

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi aktivitas antibakteri asap cairtempurung kenari terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli danmengetahui pengaruh asap cair pada kualitas mikrobiologi daging. Konsentrasi asap cair( 2, 4, 8, 12 dan 16% ) v/v diujikan pada bakteri S. aureus dan E. coli. Daging direndamlarutan asap cair (0, 4, 8 dan 12%) v/v selama 15 menit dan disimpan pada suhu kamarselama 0,2 dan 4 hari. Variabel yang diukur meliputi aktivitas antibakteri, total bakteridan Coliform. Rancangan penelitian untuk aktivitas antibakteri adalah analisis variansiCompletely Randomized Design (CRD) pola searah sedangkan total bakteri dan Coliformmenggunakan analisis CRD pola faktorial 4x3. Hasil penelitian menunjukkan bahwakonsentrasi asap cair tertinggi 12% pengaruh zona hambatnya lebih besar terhadap E. coli(8,10 mm) dibanding S. aureus (4,07 mm). Kesimpulannya adalah semakin tinggikonsentrasi asap cair dan waktu penyimpanan semakin singkat maka jumlah kolonibakteri serta total Coliform semakin rendah

    Identifikasi Daging Babi Menggunakan Metode PCR-RFLP Gen Cytochrome B dan PCR Primer Spesifik Gen Amelogenin

    Full text link
    Penelitian ini dilakukan untuk mengaplikasikan metode deteksi daging babi dalam campuan daging dengan sapi, kambing dan ayam melalui PCR-RFLP dan PCR dengan primer spesifik untuk babi. Level kontaminasi daging babi dibuat sebesar 1, 3, 5 dan 10% dari total daging dalam campuran. Metode PCR-RFLP menggunakan sepasang primer yaitu gen cytochrome b dari mitokondria yang menghasilkan fragmen DNA sebesar 359 bp. Untuk mengetahui ada tidaknya kontaminasi babi dalam adonan daging tersebut diaplikasikan enzim restriksi BseDI yang dapat memotong DNA dari gen cytochrome b babi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gen cytochrome b dari babi dapat terpotong menjadi dua fragmen yaitu sebesar 228 bp dan 131 bp. Untuk desain primer spesifik digunakan gen amelogenin yang mempunyai sekuen yang berbeda diantara ke empat spesies uji yaitu babi, sapi, ayam dan kambing. Primer spesifik didesain pada panjang fragmen sebesar 353 dan 312 bp. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontaminasi daging babi sebesar 1% masih dapat terdeteksi dengan metode PCR-RFLP tetapi pengujian dengan primer spesifik yang ditujukan hanya untuk deteksi DNA babi masih menunjukkan reaksi silang dengan spesies hewan lain yaitu sapi, kambing dan ayam. Pengujian dengan PCR-RLP pada gen cytochrome b menghasilkan hasil yang lebih baik dan jelas untuk pengujian kontaminasi babi dibandingkan dengan PCR dengan primer spesifik. Metode PCR-RFLP merupakan metode yang potensial untuk analisis deteksi keberadaan unsur babi pada produk olahan pangan khususnya untuk deteksi status kehalalan

    Kualitas DNA dari Bakso yang Beredar di Pasaran Kabupaten Bojonegoro

    Full text link
    Meatballs are one of the most popular processed meat products in Indonesia. As processed food produced by livestock, meatballs are susceptible to alduteration. The DNA-based detection method is the most widely used and the susceptibility depend on the DNA quality. The aim of this research was to investigate the DNA isolation procedure of commercial meatballs. The study was conducted by taking 36 samples of meatballs from meatball stalls in Bojonegoro Regency. Reference meatballs as a positive control were prepared in the laboratory. DNA isolation was carried out on the collected sample meatballs, reference meatballs, and 10 species of fresh meat for comparison. The concentration and purity of DNA were measured using a spectrophotometer and visualization of the isolation results was performed using agarose gel electrophoresis and UV transilluminator. The results of DNA isolation were compared descriptively qualitatively between samples of meatballs on the market, reference meatballs, and fresh meat. The results of DNA isolation showed that the meatball samples from the market were successfully isolated by showing the concentration values ​​and visualization with agarose gel electrophoresis. The results of electrophoresis and the value of the DNA purity index showed that the DNA was not pure

    Perbandingan Metode Isolasi pada Deteksi Kulit Sapi, Kerbau, Kambing, dan Babi sebagai Bahan Baku Rambak Kulit

    Full text link
    Kulit adalah hasil samping dari pemotongan ternak yang seiring waktu semakin meningkat permintaan konsumen bersamaan dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk. Hal ini yang mendorong produsen berinovasi menciptakan produk baru. Salah satu inovasi produk yaitu pada rambak kulit. Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi bahan dasar yang digunakan pada rambak kulit. Salah satunya dengan analisis genetik melalui penanda molekuler. Keberhasilan teknik molekuler ditentukan oleh tertangkapnya DNA genom dari sampel. Tahapan utama analisis genetik adalah isolasi DNA. Metode Sambrook dan metode Wasko yang telah dimodifikasi digunakan dalam penelitian ini. Sampel yang digunakan berupa kulit sapi, kerbau, kambing, dan babi dalam keadaan segar yang telah diawetkan dalam freezer dengan suhu -20oC. konsentrasi dan kemurnian DNA diukur dengan spektrofotometer pada λ260 dan λ280. Amplifikasi gen cytochrome b menggunakan primer universal. Elektroforesis menggunakan agarose sebesar 0,8% untuk isoalsi DNA dan 1,5% untuk amplifikasi PCR selama 30 menit dengan tegangan 100 volt. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa metode Sambrook yang telah dimodifikasi memberikan hasil yang baik, pita DNA yang dihasilnya terlihat secara jelas dibandingkan dengan menggunakan metode Wasko yang telah dimodifikasi. Konsentrasi dan kemurnian DNA metode Sambrook lebih baik dibandingkan dengan metode Wasko. Amplifikasi PCR gen cytochrome b menghasilkan produk PCR sebesar 359 bp pada kulit sapi, kerbau, kambing, dan babi
    corecore