4 research outputs found

    Pemberdayaan Pemuda Dalam Meningkatkan Sumber Daya Manusia di Kawasan Perbatasan

    Get PDF
    Problem yang dihadapi masyarakat kawasan perbatasan di Indonesia, antara lain dimulai dari kemiskinan, minimnya infrastruktur, lunturnya nasionalisme, sampai rendahnya kualitas sumber daya manusia, perlu menjadi pehatian utama pemerintah maupun bangsa Indonesia. Hal inipun sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang RPJM-Nasional 2004-2009, yang telah menetapkan arah dan pengembangan wilayah Perbatasan Negara sebagai salah satu program prioritas pembangunan nasional. Problem tersebut disebabkan oleh perubahan yang terjadi terus menerus sebagai konsekwensi arus pergaulan global yang dapat mengikis nilai-nilai Pancasila. Kondisi rendahnya sumber daya manusia (SDM) ditunjukkan dengan rendahnya tingkat pendidikan dan kualitas kesejahteraan masyarakat kawasan perbatasan. Demikian pula beberapa masyarakat kawasan perbatasan terutama pemudanya yang bekerja di Malasya, Singapore, Filipina, Vietnam dan Australia, yang bekerja hanya sebagai buruh, pembantu rumah tangga dan pekerja kasar lainnya, yang jelas-jelas menggambarkan rendahnya kualitas SDM pada umumnya. Namun tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki keadaan saat ini untuk menjadi lebih baik. Untuk itu tulisan ini mencoba mengkaji problematika dan solusi masyarakat di kawasan perbatasan terutama dari sisi kualitas sumber daya manusia yang rendah. Strategi pembudayaan nilai-nilai Pancasila dapat memberi kontribusi untuk meningkatkan kualitas pendidikan serta mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat perbatasan. Harapannya bahwa pendidikan karakter berbasis peningkatan wawasan kebangsaan akan menumbuhkan nasionalisme warga perbatasan khususnya para pemuda untuk lebih mencintai negaranya sendiri

    Revitalisasi Nilai-nilai Pancasila untuk Mereduksi Konflik Sosial Studi Kasus dI Sampang, Madura

    Get PDF
    Salah satu kebanggaan bangsa Indonesia bahwa bangsa ini hidup di negara yang memiliki keberagaman budaya dan agama. Negara senantiasa mengapresiasi keberagaman budaya dan agama (pluralisme). Meskipun untuk mewujudkan sikap toleransi, dialog lintas budaya dan agama, selalu mendapat berbagai tantangan, negara selalu mempunyai niat dan iktikad baik. Keinginan negara yang senantiasa mengedepankan toleransi, multikultural, sering bertolak belakang dengan kondisi faktual terkini, karena masih banyaknya bukti-bukti intoleransi dalam kehidupan. Intoleransi ini menimbulkan pertentangan/konflik, seperti konflik di Sampang, Madura. Kekerasan yang dialami komunitas Syiah di Sampang, Madura, telah terjadi sejak tahun 1980. Rentetan kekerasan ini terus berlangsung hingga terjadi ledakan kekerasan dan penyerangan pada Agustus 2012 lalu yang memakan korban jiwa dan harta benda. Konflik ini muncul karena rendahnya implementasi nilai-nilai keagamaan yang berwawasan multikultur di Sampang, Madura. Pemicu munculnya aksi kekerasan berawal dari konflik individu, namun meletus menjadi konflik kolektif. Puncak aksi kekerasan massal terjadi ketika masjid dan rumah komunitas Syi’ah dibakar oleh komunitas anti Syi’ah. Saat ini 400 warga Syiah yang mengungsi di GOR Sampang sejak Agustus 2012 menolak relokasi dan ingin kembali ke kampung halaman. Sementara mayoritas warga dari dua Desa bekas konflik (anti Syiah) menuntut tetap menolak pengungsi Syiah kembali ke Desanya. Bila tetap memaksa kembali ke kampungnya, pengikut aliran Tajul Muluk tersebut (Syi’ah) harus kembali ke Ahli Sunnah Wal Jamaah. Tulisan ini membahas bagaimana merevitalisasi nilai-nilai Pancasila untuk mereduksi konflik masyarakat, terutama yang terjadi di Sampang, Madura

    Revitalisasi Nilai-nilai Agama untuk Mereduksi Konflik Sosial dI Sampang, Madura

    Get PDF
    Konflik sosial bernuansa agama di Sampang terjadi dalam dua tahap, yang pertama terjadi pada 29 Desember 2011 dan yang kedua terjadi pada 26 Agustus 2012. Konflik Sampang tersebut termasuk konflik horizontal dan vertikal yang melibatkan dua komunitas, Syiah-Sunni. Fokus penelitian ini menjawab dua permasalahan, yaitu: pertama, faktor-faktor apa yang mempengaruhi terjadinya konflik di Sampang, Madura? Kedua, bagaimana revitalisasi nilai-nilai agama untuk mereduksi konflik sosial di Sampang, Madura?. Penelitian ini merupakan library research yang ditunjang oleh wawancara, dengan meneliti peristiwa konflik di Sampang, Madura dan referensi-referensi yang terkait konflik. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosial-normatif, dengan analisis kualitatif. Hasil penelitian, adalah: pertama, faktor yang mempengaruhi terjadinya konflik Sampang teridentifikasi pada aspek-aspek: pemahaman agama, karakter sosial, kepentingan politik dan ekonomi, sementara masalah keluarga hanyalah sebagai pemicu. Kedua, Strategi merevitalisasi nilai-nilai Agama untuk mereduksi konflik sosial di Indonesia khususnya di Sampang, Madura, antara lain melalui: musyawarah atau dialog, mediasi, pendidikan pluralisme, penegakan hukum dan pembinaan akhlak /etika. Kontribusi penelitian ini berimplikasi teoritik terhadap konsep konflik dan integrasi Lewis A. Coser dan konsep maqāṣid asy-syarῑ’ah, yakni adanya benang merah antara konsep harmonisasi sebagai salah satu budaya Madura dengan konsep Integrasi Coser dan maqāṣid asy-syarῑ’ah. Penelitian ini dapat dijadikan sumber inspirasi dan dapat dijadikan kerangka teoritik terhadap peristiwa konflik yang terjadi di Indonesia

    PENGANTAR FILSAFAT ILMU

    Get PDF
    Judul buku “Pengantar Filsafat Ilmu” ini sesungguhnya berisi filsafat pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa istilah filsafat ilmu saat ini jauh lebih popular dari filsafat pengetahuan, walaupun pengertian ilmu (science) berbeda dengan pengetahuan (knowledge). Istilah “ilmu” khusus pada judul buku ini dimaknai sebagai pengetahuan ilmiah. Buku ini berisi paradigma keilmuan yang dijadikan kerangka dasar, yaitu paradigma integrasi-interkoneksi. Buku ini membahas konsep teoritik tentang ruang lingkup filsafat ilmu, perkembangan dan karakteristik ilmu pengetahuan di dunia Barat dan Islam, kebenaran ilmiah dan non-ilmiah, pengertian dan bentuk pendekatan ilmiah, dimensi etis keilmuan, dan cara kerja ilmu alam, ilmu sosial-humaniora, dan ilmu-ilmu agama. Mahasiswa yang telah membaca buku ini diharapkan akan mampu mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari, mampu membandingkan karakteristik antara kebenaran ilmiah dan non-ilmiah, antara ilmu alam, ilmu sosial-humaniora dan ilmu keagamaan, sehingga dapat mengaplikasikannya dalam pengembangan ilmu
    corecore