3 research outputs found

    APLIKASI DAUN SAMBILOTO SEBAGAI BAHAN AKTIF DIPPING DALAM PROGRAM KONTROL MASTITIS PADA SAPI PERAH

    No full text
    Mastitis merupakan inflamasi pada jaringan ambing yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen. Mikroorganisme yang biasa menyebabkan mastitis adalah bakteri yang masuk dalam ambing, berkembangbiak dan memproduksi toksin dalam glandula ambing seperti Staphylococcus aureus dan E.Coli. Macam mastitis secara garis besar ada 2 (dua) yaitu mastitis klinis dan mastitis subklinis. Deteksi mastitis subklinis masih sulit dilakukan karena tidak ada gejala klinis pada penderita. Kerugian ekonomi secara umum yang diakibatkan mastitis subklinis meliputi penurunan produksi antara 10-40% dan penurunan kualitas susu. Kerugian ekonomi dapat dilakukan dengan pengendalian mastitis secara tepat dan efisien. Pengendalian yang sering dilakukan peternak Jawa Timur terhadap mastitis adalah dengan mencuci tangan sebelum memerah dengan larutan desinfektan, melakukan pemerahan dengan baik dan benar tanpa bahan pelicin dengan pemerahan sampai kosong, sapi yang menderita mastitis diperah terakhir dan harus dikeluarkan dari kandang bila tidak sembuh dengan pengobatan, melakukan pencegahan dengan pemberian antibiotika selama masa kering kandang, melakukan pemeriksaan secara rutin terhadap kejadian mastitis, mengukur produksi sapi per ekor per hari secara teratur dan melakukan pencelupan atau dipping puting kedalam larutan desinfektan setelah selesai pemerahan. Daun sambiloto merupakan tanaman yang mempunyai kasiat anti radang dan antiinfeksi terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan E. Coli. Zat yang terkandung dalam sambiloto berupa Andrographis paniculata efektif sebagai antiinflamatori dan antiinfeksi. Bahkan enterotoksin yang diproduksi Staphylococcus aureus pada mencit jantan dapat direduksi oleh zat ini . Pada penelitian ini akan diselidiki tentang aplikasi daun sambiloto terhadap kasus mastitis subklinis yang disebabkan Staphylococcus aureus dan E. Coli untuk program kontrol mastitis pada sapi perah di daerah Sidoarjo. Screning terhadap sapi penderita mastitis subklinis, identifikasi untuk memperoleh Staphylococcus aureus dan E. Coli yang selanjutnya dilakukan dipping 3 menit selama 1 minggu pada puting penderita dengan larutan daun sambiloto. Ambing yang telah dilakukan dipping dengan larutan daun sambiloto diperiksa lagi kandungan Staphylococcus aureus dan E. Coli untuk mengetahui efektifitas dawn sambiloto. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana efetifitas daun sambiloto sebagai bahan aktif dipping puting dalam program kontrol mastitis pads sapi perah terutama yang disebabkan Staphylococcus aureus dan E. Coli. Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi dunia peternakan sapi perah dalam program kontrol mastitis. Penelitian ini merupakan penelitian observasional lapangan yang menggunakan pendekatan survey untuk pencarian kasus mastitis dan diikuti uji laboratorium untuk identifikasi Staphylococcus aureus dan 1. Coli serta melihat efek dari daun sambiloto dalam mengontrol kasus mastitis pads sapi perah yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan E, Coli.Populasi target adalah sapi perah yang menderita mastitis Sidoarjo. Sampel yang digunakan adalah 16 ekor sapi. Tehnik pengambilan sampel susu merupakan susu yang diambil dari puting penderita mastitis dan telah didipping dengan larutan daun sambiloto. Parameter yang diamati adalah penurunan jumlah Staphylococcus aureus dan E. Coli. Hasil penelitian ini menunjukkan daun sambiloto efektif digunakan sebagai bahan aktif dipping dalam program kontrol mastitis yang disebabkan Staphylococcus aureus dan E.Coli pada sapi perah. Persentase penurunan jumlah Staphylococcus aureus setelah dilakukan dipping puting 3 menit selama 1 minggu adalah 68,03% sedangkan persentase penurunan jumlah E.Coli setelah dilakukan dipping putting 3 menit selama 1 minggu adalah 54,67%. Penurunan jumlah bakteri Staphylococcus aureus dan E.Coli ini karena larutan ekstrak sambiloto dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan E.Coli. Daun sambiloto dapat disarankan sebagai bahan dipping untuk kontrol mastitis pada sapi perah sehingga dapat menekan kerugian ekonomis akibat mastitis

    PREV ALENSI FLU BURUNG MELALUI IDENTIFIKASI DAN ISOLASI VIRUS AVIAN INFUENZA PADA PETERNAKAN AYAM RAS DI JAWA TIMUR

    Get PDF
    "Adanya wabah penyakit Avian Influenza di Indonesia sejak tahun 2003, serta belum adanya data tentang prevalensi adanya isolat virus avian influenza di petemakan ayam ras JawaTimur pada khususnya dan di Indonesia pada umumnya. Sehingga timbul permasalahan tentang bagaimana prevalensi flu burung melalui identifikasi dan isolasi virus avian influenza pada petemakan ayam ras di Jawa Timur. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sampai seberapa tinggi prevalensi ditemukannnya virus Avian Influenza pada petemakan ayam ras di Jawa Timur. Penelitian ini dilaksanakan menggunakan sarana di Laboratorium Virologi Bagian Mikrobiologi Veteriner Fakultas Kedoklteran Hewan Universitas Airlangga. Penelitian dilaksanakan melalui 4 (empat) tahap yaitu (I) tahap penentuan desain penelitian, (2) tahap pengambilan sampel di lapangan, (3) tahap pemeriksaan laboratoris dan (4) tahap pengolahan data dan pembuatan laporan.Tahap penentuan desain penelitian dan penentuan besaran sample meliputi desain penelitian yang dipakai adalah survey dan penentuan lokasi petemakan ayam ras, sebagai tempat pengambilan sample menggunakan metode stratified random sampling, masingmasing lima petemakan dari 4 wiIayah yaitu Blitar, Mojokerto, Jember dan Lamongan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa petemakan ayam ras di Jawa Timur positip terdeteksi adanya virus Avian Influenza sebesar 20% dari .100 sam pel. Hasil penelitian juga menunjukkan dari empat (4) daerah terdapat dua (2) daerah yang positip terdeteksi virus Avian Influenza yaitu Blitar dan Lamongan. Berarti 50% dacrah yang diambil sampclnya positip terdeteksi virus Avian Influenza sehingga dapat dikatakan bahwa wilayah di Jawa Timur sudah terinfeksi virus Avian Infuenza. Kedua daerah ini merupakan lumbung tcmak ayam ras Jawa Timur dengan produksi yang bcsar untuk daging dan telur ayam ras. Produksi ayam ras berupa daging dan telur ayam dari Lamongan dan Blitar dikirim kedaerah-daerah lain yang tidak menutup kemungkinan bertindak sebagai pembawa penyakit flu burung yang tidak menutup kemungkinan daerah lain tertular. Berdasarkan hasil penelitian dari 100 sam pel ekor ayam ras dengan 4 daerah yaitu Lamongan, Blitar, Jember dan Mojokerto disimpulkan bahwa terdeteksi adanya virus Avian Influenza subtipe H5 pada ayam ras sebcsar 20%. Terdapat 50% wilayah yang diperiksa terdeteksi adanya virus Avian Influenza sUbtipe H5 pada ayam ras yaitu daerah Lamongan dan Blitar. Saran dari penelitian ini adalah penerapan biosecurity secara ketat di tingkat petemak mulai dari transportasi DOC, manajemen kandang, transport ayam hidup sampai pengolahan pasca panen. Perlu kerjasama antar instansi terkait terhadap sosialisasi pada masyarakat tentang virus Avian Influenza mulai dari penyebaran sampai penanggulangannya sehingga kasus.inLdapat dicegah.

    KAJIAN CEMARAN BAKTERI TERHADAP PENGAMANAN TATA NIAGA AYAM RAS DI JAWA TIMUR

    Get PDF
    Peternakan ayam ras mempunyai potensi yang besar terhadap cemaran bakteri yang dapat merugikan bagi peternakan ayam dan konsumen daging dan telur ayam ras. Sehingga timbul permasalahan tentang sejauh mana tingkat cemaran bakteri pada ayam ras berpengaruh terhadap pengamanan tata niaga ayam ras di JawaTimur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh tingkat cemaran bakteri terhadap pengamanan tata niaga ayam ras di Jawa Timur. Penelitian ini berlangsung selama enam bulan. Kegiatan penelitian dilaksanakan menggunakan sarana di Laboratorium Diare Tropical Disease Centre (TDC) Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya. Desain penelitian menggunakan observasional dan diikuti pemeriksaan laboratoris. Metode pengambilan sample menggunakan stratified random sampling. Tempat pengambilan sample ayam ras hidup dari 4 wilayah kota Jawa Timur yang merupakan lumbung peternakan ayam ras Jawa Timur yaitu Blitar, Jember, Mojokerto dan Lamongan masing-masing wilayah diambil 5 peternakan dan dari tiga peternakan tersebut diambil masing-masing 5 sampel dan karkas ayam diambil di 4 kota yaitu di Surabaya, Sidoarjo, Mojokerto dan Blitar yang mempunyai rumah potong unggas atau tempat potong unggas masing-masing 5 sampel. Sampel usap kloaka diuji mikrobiologi dengan cara diinokulasikan pada media pertumbuhan baktopepton dan dilanjutkan ke nutrien agar (NA) diinkubasi selama 2x24 jam. Sclanjutnya dilakukan perhitungan bakteri yang tumbuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat cemaran bakteri pada karkas ayam di Jawa Timur diatas Standar Nasional Indonesia (SNI) nomer 01 6366 2000 tentang mutu karkas dan daging ayam, baik itu Total Plate Count (jumlah bakteri) atau E. Coli dan bakteri lain. Keadaan ini disebabkan karena jumlah bakteri pada ayam hidup yang tinggi ataupun karkas ayam sudah terkontaminasi oleh bakteri di sekitarnya. Tata-niaga (pemasaran) ayam ras di Jawa Timur, mencakup beberapa channel atau mata rantai distribusi sebelum sampai kepada konsumen di Jawa Timur, maupun di luar Jawa Timur. Semakin banyak mata rantai ini tentu semakin banyak resiko bagi keamanan pangan dan kualitas sebelum sampai pada konsumen. Oleh karena itu perlu dipikirkan bagaimana meningkatkan kompetensi tata-niaga (food chain) mulai dari produsen (breeders dan farms) sampai dengan konsumen, agar resiko terhadap keamanan dan kualitas pangan, keutuhan (wholesomeness) khususnya daging ayam ras dapat ditingkatkan. Berdasarkan hasil penelitian ini, disimpulkan bahwa :Tingkat cemaran bakteri ayam ras baik dari ayam hidup dan karkas ayam di Jawa Timur cukup tinggi sehingga resiko konsumen ayam dan peternakan ayam di Indonesia cukup besar. Sehingga perlu adanya perbaikan sistem peternakan ayam ras, penanganan, pengolahan, pemasaran ayam ras
    corecore