19 research outputs found

    Carrageenan cytotoxic effects in human cells

    Get PDF
    博士(医学)福島県立医科大

    Propagation of Gaharu Plant Gyrinops Versteegii Species Provenant Beringin Throught in Vitro Culture

    Get PDF
    Grynops verstegii is a non-timber forest product commodity that has a very high economic value. People know this tree as the agarwood tree. In Lombok, the Beringin provenance is one of the leading provenances, so it is very important to conserve its germplasm. This study aims to find alternatives for gaharu development through seed production using in vitro culture techniques. This research was carried out in July 2021 at the Tissue Culture Unit of the Immunobiology Laboratory, University of Mataram. In this experiment there were 8 media treatments with different concentrations of BAP (Ssitokini) and NAA (auxin). The results showed that callus growth occurred on MS 1, MS 3, MS 4, MS 6, and MS 7 media. However, the best growth was obtained in MS 1 treatment with a combination of 1.0 ppm BAP and 0.5 ppm NAA. While most of the samples experienced browning and contamination

    Effect of Solid and Liquid Extracts of Lombok Sargassum cristafolium on Growth and Yield of Rice Plants (Oryza sativa L.)

    Get PDF
    An exessive use of inorganic fertilizers in agriculture cultivation system causes many disadventages, such as increase cost production, reduce farmerââ¬â¢s income and soil fertility, and harm our environment. Therefore, it is needed to find out raw materials for development of organic biostimulant and biofertilizer inducing essential element absorption, growth and yield of plants, which are adaptive to our environment as well. Previous researchres reported that seaweed contained plant growth hormones and essential elements in liquid and solid extracts respectively. This article reports effect of solid and liquid extracts of Sargassum cristafolium on growth and yield of rice plants. The extracts were extracted according to modified procedure.. Solid extract (350 gr) of Sargassum cristafolium was mixed with soil (6650 gr) to become 7 kg soil media. Moreover, liquid extract (10%) of Sargassum cristafolium was sprayed to rice plants once a week during vegetative growth. The results shown that addition of 350 gr of solid extract to soil media increased growth (plant high, tiller number, shoot dry weight and root dry weight) and yield (penicle number and grain weight per plants) significantly compared with those of plants which were not supplied with solid extract. However, spraying liquid extract of Sargassum cristafolium did not affet significantly growth and yield of rice plants, even small change happen in growth and yield parameters of the rice plants supplied with solid extract. This indicates that solid extract is a potential source for development of biofertilizer which is adaptive to our environment to support sustainable agriculture system

    Condition of Coral Diversity in Kuta Mandalika Coastal, Central Lombok Regency

    Get PDF
    Development and operational activities in KEK Mandalika can increase sedimentation of waters caused by erosion of construction material activities, this have an impact on coral reef ecosystems. Coral reef ecosystems have several important roles in support life of various aquatic organisms, Damage to the coral reef ecosystem directly and indirectly, sooner or later will threaten the sustainability of the use of these resources (social economy) and the safety of the community. Observations were conducted in KEK Mandalika coastal at 6 observation points less than 10 m. The results showed that the highest percentage of live coral cover was found in Kuta Mandalika coastal at PIT 4 area (30%, damaged category, moderate status). While the lowest percentage of coverage was at PIT 5, which was 2% (damaged category, bad status). Overall the percentage of coral cover in the Kuta Mandalika area is included in the damaged category. One of the reasons is because at the lowest tide on the beach, the volume of water is very small so that many hard corals are exposed to solar radiation. This limits the types of hard corals that can grow in the intertidal zone of Mandalika coastal. Genus diversity at this location is low, ranging from 0.0782 to 0.1288. Several genera of the Nephtheidae family dominate the observation sites and form colonies of the same genus with a fairly large distribution. The average value of environmental parameter measurements in the Mandalika coastal is included in the good category for soft coral habitat and growth

    Pelatihan yang Dibarengi dengan Demontrasi Teknik Budidaya Eucheuma cottonii dan Eucheuma striatum dengan Sistim Rakit Apung untuk Meningkatkan Kualitas Hasil Rumput Laut di Teluk Ekas Lombok Timur

    Get PDF
    Rumput laut yang secara ilmiah dikenal dengan nama makroalga, merupakan komoditi ekspor bernilai ekonomi tinggi, karena mengandung senyawa hidrokoloid seperti karaginan, agar dan alginat, yang merupakan bahan baku industri pangan dan farmasi. Karena itu, mutu rumput laut ditentukan oleh kualitas senyawa hidrokoloid yang dihasilkan. Mutu Eucheuma cottonii NTB rendah karena kadar karaginan dan kekerasan gel yang rendah, disamping kadar kotoran di atas 2%. Artikel ini melaporkan penyuluhan dibarengi dengan demonstrasi teknik budidaya Eucheuma cottonii dan Eucheuma striatum kepada pembudidaya rumput laut di Teluk Ekas bertujuan untuk meningkatkan mutu rumput laut E. cottonii dan E. striatum untuk dapat memenuhi standar mutu ekspor. Pengabdian dilakukan dalam bentuk penyuluhan dan demontransi teknik budidaya dengan metode rakit selama satu musim tanam (45 hari), awal mei-pertengahan juni tahun 2020. Selama periode tersebut, didemonstrasikan laju pertumbuhan, berat rendemen dan kadar kotoran rumput laut yang dihasilkan. Penyuluhan yang dibarengi dengan praktek langsung tersebut dapat dicontoh oleh pembudidaya rumput laut pada musim tanam berikutnya untuk dapat mencapai standar mutu ekspor rumput Eucheuma yang dihasilkan. Dengan demikian, penyuluhan ini dapat mendorong peningkatan harga jual rumput kering pada tingkat pembudidaya dari sekitar 14.000 rupiah per kilogram berat kering menjadi 22.000 rupiah per kilogram berat kering. Kata Kunci:  Teknik budidaya; rumput laut; rendemen; Teluk Eka

    Diversifikasi Pengembangan Tanaman Tumpangsari dengan Budidaya Rumput Laut untuk Meningkatkan Pendapatan Masyarakat di Teluk Ekas Lombok Timur

    Get PDF
    Eucheuma cottonii dan Eucheuma striatum, merupakan rumput laut bernilai ekonomi timggi, yang disebabkan oleh kandungan karaginannya, senyawa hidrokoloid yang merupakan bahan baku industri pangan dan farmasi. Meskipun demikian, budidaya rumput laut tersebut belum dapat meningkatkan pendapatan pembudidaya rumput laut di Teluk Ekas Lombok Timur. Hal ini disebabkan karena rumput laut dipanen pada umur sekitar 30 hari, yang menyebabkan rendemen, kadar karaginan dan harga jual per kilogram kering rendah yang pada akhirnya pendapatan pembudidaya rumput laut menjadi rendah. Karena itu, perlu adanya diversifikasi usaha untuk meningkatkan pendapatan masyarakat di Teluk Ekas. Artikel ini melaporkan pelatihan diversifikasi tanaman tumpangsari dengan budidaya Eucheuma cottonii dan Eucheuma striatum di Teluk Ekas Lombok Timur. Pembudidaya rumput laut diajarkan menanam tanaman tumpangsari cabe, jagung manis dan bayam, yang umurnya panjang (satu tahun), menengah (2 bulan) dan pendek (2 minggu). Kegiatan ini, dapat menambah penghasilan pembudidaya dalam jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang, serta rumput lautnya dipanen pada umur minimal 45 hari, mutunya bagus dan harga jualnya mencapai 20.000 rupiah per kilogram kering. Dengan demikian, akhirnya kegiatan yang dilakukan secara berkesinambungan ini, diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat pembudidaya rumput di Teluk Ekas Lombok Timur.per kilogram berat kering menjadi 22.000 rupiah per kilogram berat kering. Kata Kunci:  Diversifikasi; tanaman tumpangsari; Eucheuma cottonii; Eucheuma   striatum; pendapatan masyarakat

    Introduksi Teknologi Budidaya Sargassum sp. di Gerupuk Kabupaten Lombok Tengah

    Get PDF
    Sargassum sp. merupakan alga coklat yang hidup di perairan laut tropis dan menempel pada subtrat dasar perairan. Sargassum sp. memiliki kandungan alginat dan dapat dimanfaatkan sebgaai bahan baku dan bahan tambahan untuk industri pangan, farmasi, kosmetik dan bahan laboratorium. Sargassum sp. yang dimanfaatkan saat ini masih di ekplorasi dari alam yaitu pada perairan laut hingga kedalaman 7 m dan daerah pasang surut. Untuk kelestraian ketersedian Sargassum sp. dan pemenuhan kebutuhan industri maka diperlukan upaya budidaya. Tujuan kegiatan ini adalah adalah untuk mengintroduksi teknologi budidaya Sargassum sp. kepada pembudidaya rumput laut di Gerupuk Kabupaten Lombok Tengah. Kegiatan dilaksanakan di Gerupuk, Desa Sengkol, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah. Kegiatan dilaksanakan selama 8 Agustus sampai dengan 9 Oktober 2022. Kelompok sasaran kegiatan adalah pembudidaya rumput laut yang ada di Gerupuk. Metode pelaksanaan kegiatan adalah demplot budidaya Sargassum sp. dan Focus Group Discussion (FGD) Teknologi Budidaya Sargassum sp. Hasil kegiatan ini adalah demplot teknologi budidaya Sargassum sp. dengan menggunakan metode rakit apung dan metode patok dasar. Sargassum sp. pada kedua metode budidaya tersebut dapat tumbuh dengan baik namun pertumbuhan optimum diperoleh pada metode patok dasar. FGD diikuti oleh pembudidaya rumput laut, tim kegiatan, dan aparat pemerintahan desa. Hasil dari FGD adalah diperolehnya pemikiran bersama untuk keberlanjutan budidaya Sargassum sp., Kappaphycus alvarezii dan Eucheuma spinosum. Kesimpulan kegiatan ini adalah introduksi teknologi budidaya Sargassum sp. telah dilakukan pada pembudidaya rumput laut di Gerupuk dan keberlanjutan budidaya Sargassum sp. telah dilakukan oleh pembudidaya

    Diseminasi Perbandingan Produksi Rumput Laut Menggunakan Teknologi Metode Rakit dan Long line di Teluk Ekas Lombok Timur

    Get PDF
    Rumput laut yang dikenal dengan nama ilmiah makroalga merupakan salah satu komoditi bernilai ekonomi tinggi karena kandungan senyawa hidrokoloid seperti karaginan dan agar. Rendahnya kadar senyawa hidrokoloid yang dihasilkan rumput laut menyebabkan rendahnya harga jual komoditi tersebut. Sistim teknologi budidaya yang digunakan menentukan kualitas rumput laut yang dihasilkan. Artikel ini melaporkan diseminasi teknologi budidaya Eucheuma cottonii dan Eucheuma striatum sistim rakit apung dan long line kepada pembudidaya rumput laut di Teluk Ekas Lombok Timur untuk memacu peningkatan hasil rumput laut baik secara kuantitas maupun kualitas. Diseminasi teknologi dengan dua metode tanam, rakit apung dan long line, dilakukan bersama pembudidaya rumput laut di Teluk Ekas. Diseminasi teknologi yang dibarengi dengan praktek langsung, dapat melihat langsung hasil yang diperoleh dengan penerapan telnologi tersebut, yang pada akhirnya pembudidaya rumput laut mudah memahami dan secara sadar dapat meniru teknologi budidaya tersebut pada musim tanam berikutnya. Dengan demikian, diseminasi teknologi tersebut dapat meningkatkan mutu hasil, harga jual, yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan pembudiday

    Pembimbingan Pembuatan Pupuk Organik Rumput Laut Sederhana dan Pentingnya Kualitas Sanitasi Lingkungan dalam Rangka Pencegahan Stunting

    Get PDF
    Rumput laut coklat Nusa Tenggara Barat, seperti Sargassum dan Turbinaria yang melimpah keberadaannya diketahui mengandung hormonpertumbuhan tanaman dengan kadar yang cukup tinggi. Penggunaan pupuk kimia yang berlebihan pada budidaya tanaman menyebabkan meningkatnyabiaya produksi, menurunkan kesuburan tanah, dan mencemari lingkungan yang berpotensi menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan dankeamanan pangan. Oleh karena itu, substitusi pupuk kimia dan perangsang tumbuh sintetis dengan bahan alam. merupakan solusi terbaik untukmengatasi masalah tersebut. Substitusi pupuk organik akan menurunkan kontaminasi bahan kimia berbahaya pada air tanah sehingga kualitas sanitasair dan lingkungan dapat dibenahi. Menjaga kebersihan sanitasi dan memenuhi kebutuhan air bersih merupakah salah satu tindakan pencegahanstunting yang digalakkan oleh Kementerian Kesehatan. Desa Puyung menjadi target dalam program ini mengingat prevalensi kejadian gizikurang dan stunting di wilayah tersebut terbilang cukup tinggi dan memerlukan perhatian. Terlebih Desa Puyung merupakan salah satu desabinaan Universitas Mataram. Program ini dikemas dalam bentuk penyuluhan dan demonstrasi serta pembimbingan langkah-langkah aplikasipupuk organik berbahan dasar rumput laut NTB. Materi edukatif disampaikan oleh tiga orang narasumber yaitu Eka Sunarwidhi Prasedya, M.Sc., Ph.D., dan Dr. H. Ahmad Jupri, M.Eng selaku perwakilan Pusat Unggulan IPTEK Biosains dan Bioteknologi Universitas Mataram, serta dr. Dewi Puspitorini Husodo, Sp.An. selaku pimpinan CV. Organik Medika Biotek yang menjadi mitra dalam kegiatan kali ini. Materi penyuluhan edukatif yang disampaikan meliputi substansi berikut : (1) Eksplorasi rumput laut sebagai bahan dasar pupuk organik; (2) Peran pengaplikasian PORL dalam langkah preventif pencegahan stunting; (3) Tahapan pembuatan PORL sederhana

    Phylogenetic relationship of Kappaphycus and Eucheuma in Indonesia / Eka Sunarwidhi Prasedya

    Get PDF
    Kappaphycus and Eucheuma are highly valued for the carrageenan hydrocolloid they produce. The production of these carrageenophytes is generally on the uptrend throughout the globe, with the supplies originating mainly from the Southeast Asian countries such as Indonesia, the Philippines and, Malaysia and etc. Indonesia is currently the largest producer of Kappaphycus and Eucheuma in the world, generating massive incomes from the carrageenan marketed. Despite the massive carrageenan yields, the technologies involved in farming are conventional and taxing, with many still collecting Kappaphycus and Eucheuma from wild populations. However, with recent fundings and support from the local government, the seaweed industry in Indonesia stands a chance in really striving to become an advanced, high income and efficient entity. One of the aims for the improvement of the industry involves taxonomic studies on the morphologically plastic Kappaphycus and Eucheuma from Indonesia, to reduce misidentification and misplantation by farmers, thereby also reducing losses in overall carrageenan yields. Earlier studies have shown the effectiveness of genetic markers in elucidating the phylogeny of Kappaphycus and Eucheuma. This study employs similar methodologies, with a main objective which is to phylogenetically reconstruct and elucidate the relatedness and ancestry of Kappaphycus and Eucheuma in Indonesia, as compared to those from elsewhere. The study also attempts to supplement morphological observations of these carrageenophytes in Indonesia with molecular data, which hopefully will help with the pre-existing taxonomic confusions, particular those associated with local varieties. gene had also suggested the potential use of these genetic markers as DNA barcodes for Kappaphycus and Eucheuma in the future. Considering the relatively limited gene pool associated with commercial cultivars of K. alvarezii, K. striatum and E. denticulatum, further studies should emphasize on the collection of wild Kappaphycus and Eucheuma specimens revolving around the numerous Indonesian islands to better represent the distribution as well as species diversity of these economically important red algae. This is especially true considering the richness in biodiversity around the Coral Triangle
    corecore