10 research outputs found

    Tradisi Fenomenologi Pada Penelitian Komunikasi Kualitatif: Sebuah Pengalaman Akademis

    Full text link
    As a communication quantitative research, a phenomenological tradition in communication qualitative research has been divided in three important steps, such as preparation, implementation and reporting step. Researcher in the preparation step has a lot of philosophical basic\u27s knowledge such as ontology, epistemology and acciology. Researcher in the implementation step has not only known how do the research better, but how to get some literatures for his/her own knowledge from other researcher. Researcher in the reporting step has developed a research reporting format in its own institution tradition. Every educational institution has developed a research reporting format on its own traditions; depend on level of education and particular scientific specification

    Efektivitas Komunikasi Organisasi

    Full text link
    Terdapat dua aspek penting yang mempengaruhi efektivitas komunikasi organisasi. Pertama, masalah proses pengolahan informasi dalam organisasi, yaitu menyangkut masalah pemaknaan pesan (informasi) dan jumlah informasi; kedua, masalah gaya komunikasi organisasi. Pemahaman kedua hal tersebut menjadi bekal bukan saja bagi para (calon) pemimpin organisasi, manajer, akan tetapi juga bagi semua yang terlibat dalam organisasi. Kegagalan komunikasi adalah menjadi pertimbangan terpenting dari setiap proses komunikasi organisasi, dengan maksud dapat diprediksi, dianalisis, dan ditanggulangi jika hal itu terjadi

    Aspek Keterbatasan Akses Informasi Penghidupan Orang Miskin Pedesaan

    Full text link
    This study aims to assess the meaning of poor from the perspectives of poor people in rural areas, specifically in the context of the limited access to livelihood information. The method used in this research is qualitative phenomenological tradition. Data collected by unstructured interview technique, involving 65 informants whom originated from rural poor in the southern part of West Java. The study conducted during 2014-2016. The results illustrate that the meaning of poor and poverty from the perspective of the poor are: those who do not feel fast enough to get information about their livelihood; who feel that there were no another party that tells information about their livelihood; people who feel that nothing can be done to increase their income; who feel that they have no information and knowledge in entrepreneurship; who feel that no need to put effort in seeking of information about livelihood; a person who feels sad to see people scramble around to get information about a living; persons who are not able to compete in getting information related to livelihood; people who do not have information about other parties who can help them out of poverty; people who feel that there are no books and other sources of information ona better technique of entrepreneurship; people who feel that there was inadequate time to read books and other reading materials about entrepreneurship; and, those who feel that they only have limited experience in finding and using information about livelihoods

    Message Platform Atribut Siger Lampung Di Dalam Kebhinekaan Multikultur

    Get PDF
    Penelitian ini fokus pada pengelolaan keberagaman dan kebinekaan di tengah masyarakat Lampung yang multikultur. Aspek yang dikaji yakni pesan komunikasi dan negosiasi nilai keragaman untuk mencapai kebbinekaan yang terdapat pada makna Siger. Menggunakan studi kasus dengan paradigma konstruktivis, penelitian ini menemukan bahwa bentuk Siger sebagai lambang kebesaran gelar yang dimiliki masyarakat adat Saibatin Lampung. Siger dengan 7 lekukan menggambarkan tentang posisi, perang dan tanggung jawab setiap gelar atau Juluk Adok. Lekukan pertama berukuran paling tinggi, artinya posisi paling depan menggambarkan posisi gelar tertinggi. Lekukan berikutnya dengan ukuran semakin pendek artinya posisi gelar yang berada di bawah posisi gelar sebelumnya dan seterusnya. Adat Saibatin mempunyai 7 gelar dengan pembagian dua wilayah Ke-Bandandakhan dan Ke-Sebatinan. Ke-Bandakhan terdiri dari gelar Sultan, Pangikhan, Dalom/Batin, Khaja, Khadin, Minak dan Kimas. Ke-Sebatinan meliputi gelar Dalom/Batin, Khaja, Khadin, Minak, Kimas, Mas, dan Layang. Message Platform yang ada pada atribut siger menonjolkan tentang identitas budaya yang menghasilkan integrasi budaya melalui pernikahan antar suku yang harus dikelola oleh setiap penerima gelar. Tanggung jawab untuk mengelola keberagaman adat istiadat di tengah kebinekaan masyarakat multikultur. Reputasi bahwa masyarakat Lampung ramah dan terbuka menjadi salah satu faktor perekat keberagaman menjadi kebinekaan

    Factor Analysis That Effect University Student Perception in Untirta About Existence of Region Regulation in Serang City - Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Mahasiswa Untirta Terhadap Keberadaan Perda Syariah Di Kota Serang

    Full text link
    This research's purposes are for; (a). To know the influence of internal factors at university student perception about the existence of syari'ah region regulation in serang city (b). To know the influence of exteenal factors at university student perception about the existence of syari'ah region regulation in serang city. This research is designed with positivistic paradigm with survey rapproachement, this research population is all of active university student in Sultan Agung Tirtayasa University. The data anlysis in this research uses doubled linear regretion analysis. The analysis result is known generally as individual internal factors and individual external factors have a real effect to university student perception about the existence of syari'ah region regulation. Internal factors that effect the university student perception about the existence of region regulation are cosmopolitan variable, assessment to syari'ah region regulation, and region regulation exeistence expectation. Internal variable has positive effect and significant to perception. Exeternal factors that effect university student perception about the existence of region regulation are syari'ah region regulation characteristic variable and environment characteristic. This external variable has an positive effect and significant to perception. Keywords : perception, policy, syari'ah region regulation. Penelitian ini bertujuan untuk; (a). Untuk mengetahui pengaruh faktor faktor internal terhadap persepsi mahasiswa tentang keberadaan perda syariah di Kota Serang (b). Untuk mengetahui pengaruh faktor faktor eksternal terhadap persepsi mahasiswa tentang keberadaan perda syariah di Kota Serang. Penelitian ini di desain dengan paradigma positivistik dengan pendekatan survey, populasi penelitian ini adalah semua mahasiswa aktif di Universitas Sultan agung Tirtayasa. Analisis data pada penelitian ini dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil analisis diketahui secara umum faktor faktor internal dan ekternal individu memiliki pengaruh yang nyata terhadap persepsi mahsiswa akan keberdaaan perda syariah. faktor Internal yang mempengaruhi persepsi mahasiswa terhadap keberadaan perda antara lain variabel kosmopolitan, penilaian terhadap perda syariah, serta harapan/ekspektasi keberadaan perda. Variabel internal memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap persepsi. Faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi mahasiswa terhadap keberdaan perda antara lain variabel karakteristik Perda syariah dan karakteristik Lingkungan. Variabel eksternal ini memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap persepsi

    Bahasa Minang Pondok dalam Komunikasi Antarbudaya Masyarakat Tionghoa Kota Padang

    Full text link
    Etnik Tionghoa telah ada di Indonesia selama ratusan tahun, tetapi menghadapi beragam permasalahan dalam penerimaan mereka sebagai bagian dari Bangsa Indonesia. Di sisi lain, adaptasi masyarakat etnik Tionghoa di tiap-tiap daerah di Indonesia, memiliki lokalitasnya masing-masing, seperti di Kota Padang dengan evolusi Bahasa Minang Pondok; yang menarik untuk diteliti. Penelitian ini bertujuan menggambarkan faktor-faktor pendorong terjadinya fenomena Bahasa Minang Pondok di Kota Padang, Provinsi Sumatra Barat; dan pola pergeserannya dari bahasa asal, yakni Bahasa Minang. Bahasa Minang Pondok merupakan bahasa yang digunakan oleh masyarakat Tionghoa di Padang, dalam kehidupan sehari-hari. Sementara Bahasa Minang sebenarnya merupakan bahasa dari etnik Minang, kelompok mayoritas di Kota Padang. Penelitian ini merupakan bagian dari sebuah penelitian besar yang menggunakan pendekatan kualitatif/konstruktivis dan metode studi kasus. Pengumpulan data berlangsung secara intermiten/berjeda pada Januari 2016 hingga Juni 2017, melalui observasi di daerah Kampung Pondok/pecinan Kota Padang, wawancara dengan 39 orang informan etnik Tionghoa dan Minang, dan studi literatur. Komunikasi antarbudaya mengenai adaptasi kelompok minoritas, teori kelompok dan batasan etnik dari Frederik Barth, dan Hipotesis Sapir-Whorf, menjadi pijakan teoretis dalam analisis. Penelitian menyimpulkan bahwa Bahasa Minang Pondok terbentuk sebagai produk/hasil penyesuaian masyarakat Tionghoa terhadap etnik mayoritas Minang di Kota Padang agar mendapatkan pemahaman yang sama/komunikasi yang efektif. Bahasa Minang Pondok dicirikan oleh dialek Tionghoa; dengan menghilangkan beberapa cengkok yang ada pada pengucapan/lafal dalam Bahasa Minang. Pola pergeseran dari Bahasa Minang ke Bahasa Minang Pondok terjadi pada aspek fonologis (suara) dan morfologis (bentuk)

    Peran Pelatihan dan Pengembangan dalam Menciptakan Perilaku Kerja yang Inovatif dan Efektifitas Organisasi

    Full text link
    This research uses descriptive qualitative research by creating a simple model in the development of training to create innovative and effective work in the workplace. Innovation is the development of work according to the skills of its employees. If the thoughts and actions of employees are creative and innovative, then innovation emerges. The need for innovation arises when a person tries to do cognitive work that is not routine. Learning and development is very important among various development resource practices that help employees to continuously update the knowledge, skills and attitudes required for innovation. It is important for the Organization to focus on eliciting innovative behavior among its employees to enable innovation. Non-routine work helps employees to be innovative and understand the importance of being innovative and learn the skills that are prerequisites for innovative behavior. This conceptual model tries to explore how non-routine work is carried out effectively through innovative work behaviors
    corecore