31 research outputs found

    Alpha Female Representation as Ideal Women in Henry Manampiring's the Alpha Girls Guide

    Full text link
    This research started from the hardship that women experience. Currently women are still being discriminated and face obstacles for life in a lot of sectors. One of the solution provided comes from Henry Manampiring who introduced the concept of Alpha Female in his book named The Alpha Girls Guide: Menjadi Cewek Smart, Independen, dan Anti-Galau. This research aimed to understand how Alpha Female Representation written in Henry Manampiring's book work as a form of empowerment to women. Analysis done using Roland Barthes' semiotic models and Naomi Wolf's Power Feminism Theory. The analysis is targeted to the chapters in Alpha Girls' Guide The research concludes that most of this book support women to be empowered by providing women with choices, supporting women in career and education sector, defending woman to be respected, and inviting wmen to inspire other woman to move forward. However, in certain parts Manampiring is still trapped in patriarchal concept that still chained women and failed to defend women's choice that has differences with the concept that he suggest. The example is the ban on woman to initiate relationship first, the impression that shown woman as the only responsible actor in nurturing and educating children, and push to woman to beautify themselves even if its only done for their own self and not for others. More than that, Manampiring tends to use masculine language that may be hard to accept for some woman. Ultimately, Alpha Female representation as an ideal women lead to empowerment that still has some issues and can't be applied to all women

    Memahami Mitos Jokes Meme Yang Menggunakan Perempuan

    Full text link
    Internet have a role on a violence against women, as the united nations mention that 73 percent of women are having violence on internet (Agustinus Mario. 2015. http://tekno.liputan6.com/read/2327025/pbb-73-perempuan-alami-kekerasan-secara-online). On every aspect in life, women is considered to be in second sex position even on a jokes. Former research mention that gender humor is also based on the juxtaposition of “us” and “them”, and as joke-tellers have traditionally been male, it is the women who fills the inferior role as the “other”. This described that even on a joke, women will always be evaluated, criticized, and always be directed how to be a woman. Based on those thing, this research aim to understand the myth of meme's joke that used women as an object that can be found on instagram. This research uses critical approach which tried to understand thing that dominates society. From the result of this research, every meme that took as sample, contain their own myth. The myth its self can be founded on preferred reading that the text offer to audiences. Myth that appear on this research is myth of materialistic women, myth of women will always thinking about their appearance, myth of beauty was mostly confined to the surface of the body, myth of make-up as a symbol of beauty, and myth about woman body. Some of the meme contain myth that easily accepted by the informant of this research. Myth that talk about role of women specially on how women should wear their make-up and get dressed, is kind of myth that easily accepted so that in everyday life women is charged to make their self good at making-up but also need to be natural. On the other side, myth that denied and criticized by the reader of jokes is the one contain something about women's private parts of body such as breast and buttocks. Myth that can be easily accepted shows us how things can be naturalized. Humor its self has a function that similar with myth which is can make something considered reasonable even though it containing a problem

    Sikap Media, Citra Personal dan Penghapusan APBD untuk Wartawan (Analisis Isi Berita Gubernur Jawa Tengah di Suara Merdeka, Tribun Jateng, dan Radar Semarang)

    Full text link
    Adanya pemberitaan di berbagai media cetak mengenai penghapusan APBD untuk wartawan di Provinsi Jawa Tengah menjadi dasar kajian penelitian yang mempersoalkan bagaimana perbedaan sikap Surat Kabar Suara Merdeka, Tribun Jateng, dan Jawa Pos Radar Semarang terhadap citra (personal image) dari Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebelum dan sesudah adanya kebijakan penghapusan APBD untuk wartawan ?Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan sikap ketiga surat kabar dan citra (personal image) dari Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebelum dan sesudah adanya kebijakan penghapusan APBD untuk wartawan. Penelitian ini menggunakan teori Agenda Setting dan konsep Citra Personal (Personal Image). Tipe penelitian yang digunakan adalah kuantitatif deskriptif dengan mengacu pada metoda analisis isi media. Subjek penelitian yang diambil dalam penelitian ini adalah Suara Merdeka, Tribun Jateng, dan Radar Semarang dengan unit observasinya adalah 82 berita terkait Gubernur. Sementara itu teknik analisis statistik Independent T-test dan Anova One Way digunakan untuk mencapai tujuan penelitian. Hasil uji T yang digunakan untuk mengetahui perbedaan sebelum dan sesudah penghapusan APBD untuk wartawan menunjukan rata-rata signifikansi sikap media 0,466 > 0,05. Kemudian rata-rata signifikansi citra personal adalah 0,137 > 0,05. Ini memperlihatkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kondisi sebelum dengan sesudah adanya kebijakan penghapusan pembiayaan untuk wartawan dari APBD Jawa Tengah. Sedangkan hasil uji F untuk mengetahui perbedaan dari ketiga media sebelum dan sesudah penghapusan APBD untuk wartawan menunjukan rata-rata signifikansi 0,000 < 0,05 yang menunjukan ada perbedaan signifikan antara ketiga surat kabar tersebut.Penelitian ini disimpulkan tidak terdapat perbedaan sikap media dan citra personal Gubernur Jawa Tengah, antara kondisi sebelum dengan sesudah adanya kebijakan penghapusan pembiayaan untuk wartawan dari APBD Jawa Tengah. Lalu terdapat perbedaan sikap media dan citra personal Gubernur Jawa Tengah sebelum dan sesudah penghapusan APBD untuk wartawan di ketiga surat kabar harian (Suara Merdeka, Radar Semarang, dan Tribun Jateng)

    Analisis Bingkai: Konstruksi Koruptor di Majalah Detik

    Full text link
    Media massa cenderung menggambarkan perempuan pelaku kejahatan seperti pembunuhanmaupun pelecehan seksual dengan menonjolkan penderitaan mental, psikologis dan cacatfisik. Lain halnya jika laki-laki yang melakukan tindak kejahatan, media lebih berfokus padakorbannya, motif pelaku, atau modus kejahatannya. Fenomena yang terjadi sekarang adalahbanyaknya perempuan yang bekerja di sektor publik namun melakukan tindak kejahatankorupsi. Media sebagai sumber informasi turut mengambil andil dalam membentukkonstruksi masyarakat tentang para koruptor iniPenelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana sikap Majalah Detikdalam mengemaspemberitaan laki-laki dan perempuan pelaku korupsi. Teori yang digunakan diantaranya teorikonstruksi realitas sosial, teori konstruksi sosial media massa, konsep media and crime danmaskulinitas. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatananalisis framing model Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki. Analisis framing model inidibagi menjadi empat struktur, yaitu: struktur sintaksis, skrip, tematik dan retoris. Berdasarkan struktur sintaksis diperoleh frame yang menunjukkan perempuanmanipulator kalah yang sedang menjalani karma dan laki-laki playboy yang bersalah namunmasih berani melawan. Struktur skrip diperoleh frame perempuan manipulator yang jelasbersalah dan sedang menjalani karma dan laki-laki agresor masih berani melawan. Strukturtematik diperoleh frame perempuan manipulator kalah yang sedang menjalani karma danlaki-laki agresor masih berani melawan. Struktur retoris diperoleh frame perempuan cantikyang tidak benar sebagai simbol komersialisme yang sedang menjalani karma dan laki-lakiplayboy yang bersalah namun masih berani melawan. Dari keempat struktur tersebut dapatdiperoleh frame utama yaitu perempuan pelaku korupsi layak mendapatkan hukumansedangkan bagi laki-laki pelaku korupsi frame utamanya adalah laki-laki yang masihmemiliki kekuatan untuk melawa

    Perempuan sebagai Objek Seksual dalam Tabloid Otomotif (Analisis Semiotika Foto pada Rubrik “Cepot” Hal 34 Tabloid Motorplus)

    Full text link
    Media massa kini hadir dengan berbagai kemasan dan segmen. Diantaranya adalah media cetak yang berpengaruh besar terhadap perkembangan media massa, sebagai contoh adalah tabloid "Motorplus" yang merupakan tabloid dengan segmentasi pembaca pria. Pada salah satu rubrik tabloid Motorplus yang berjudul "Cepot", terdapat foto-foto perempuan yang menonjolkan sisi sensualitasnya. Jika dicermati secara kritis, tabloid tersebut menjadikan perempuan sebagai objek. Lalu, bagaimana bentuk objektifikasi perempuan dalam tabloid ini? Dan apa ideologi yang melatarbelakanginya?Penelitian ini bertujuan untuk melihat posisi perempuan sebagai objek melalui foto-foto yang terdapat dalam rubrik tersebut, dan menjelaskan ideologi dominan yang melatarbelakanginya. Teori dalam penelitian ini menggunakan teori standpoint dan teori feminis radikal kultural. Metode dalam penelitian ini menggunakan analisis semiotika Roland Barthes, yang terdiri dari analisis sintagmatik dan paradigmatik.Hasil dalam penelitian ini adalah pada tabloid "Motorplus" terdapat dua temuan bahwa perempuan dijadikan objek seksual. Pertama, perempuan dijadikan sebagai "objek santapan" atau komodifikasi seksual, yaitu perempuan dan nilai sensualitasnya dijadikan komoditas yang dijual kepada pembaca tabloid tersebut. Kedua, perempuan dijadikan sebagai objek tatapan atau objek hasrat seksual bagi pria pembaca tabloid ini. Kemudian pada penelitian ini subjek menjadi objektivikasi seksual aktif yang mana subjek juga dengan aktif dan sadar melakukan pose-pose sensual. Dan dalam hal ini ideology yang melatarbelakangi adalah patriarki. Dimana laki-laki lebih berkuasa penuh atas kontrol seksualnya
    corecore