6 research outputs found
Uji Sifat Fisis dan Mekanik Papan Partikel Triplek dari Campuran Serbuk Tembakau dan Serbuk Gergaji Kayu dengan Perekat Tepung Tapioka
Papan partikel adalah salah satu jenis produk komposit yang terbuat dari partikel-partikel kayu atau bahan-bahan berlignoselulosa lainnya yang di ikat dengan perekat tepung tapioka. Metode ini menggunakan metode eksperimental pencetakan dengan menggunakan derbuk gergaji kayu dan serbuk tembakau. Terdapat 3 perlakuan tekanan yang bebeda-beda. Pengujian yang digunakan dalam penelitian ini dengan parameter uji kerapatan, kadar air, modulus elastisitas (MOE), dan modulus patah (MOR). Nilai hasil uji selanjutnya dibandingkan dengan nilai uji berdasarkan standar papan partikel SNI. Data hasil pengujian berdasarkan 4 parameter uji dan disajikan dalam bentuk grafik. Hasil pengujian menunjukan bahwa data bervariasi tidak sesuai dengan SNI. Rata-rata kadar air (2,34;2,45;2,75)%, kerapatan (0,268;0,285;0,265)gr/cm3, modulus elastisitas (MOE) (86,47;88,32;90,25)kgf/cm2, modulus patah (MOR) (9,55;13,7;18,06)kgf/cm2
Uji Kinerja Dan Analisis Ekonomi Pengoperasian Mesin Penyangrai DMP1 Untuk Pati Umbi Garut (Maranta arundinacea L.)
Garut merupakan salah satu tanaman sumber karbohidrat alternatif, dimana garut bukan saja digunakan untuk pangan, tetapi juga untuk bahan baku industri. Akan tetapi di Indonesia umbi garut belum memiliki pasar, sehingga budidaya umbi garut masih cukup rendah sehingga dibutuhkan pengolahan umbi garut seperti penepungan. Penepungan diperlukan agar umbi garut terhindar infestasi jamur dan mikroba lain sehingga masa simpan lebih lama. Salah satu proses penting dalam penepungan adalah pengeringan. Pengeringan pati dilakukan secara manual oleh petani menggunakan sinar matahari penyangraian manual menggunakan tungku dimana manusia sebagai dalam pengerjaannya. Namun saat ini telah dikembangkan penyangrai serbaguna pati garut sehingga dapat meringankan dan menambah efektivitas pengeringan pati umbi garut sehingga minat petani untuk budidaya umbi garut di Indonesia meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja mesin penyangrai DMP1 pada pati garut sehingga dapat diketahui apakah mesin ini efisien digunakan untuk umbi garut selanjutnya dilakukan analisis ekonomi pengoperasian dilakukan untuk membandingkan keekonomisan penyangraian menggunakan mesin DMP1 dan pengeringan manual. Dalam uji kinerja parameter yang digunakan kebutuhan daya penggerak yaitu motor listrik, kebutuhan energi yaitu kebutuhan bahan bakar, uii kadar air bahan, efisiensi dan kapasitas kerja. Untuk pelaksanaan analisa ekonomi dilakukan dengan pengukuran, konservasi lapang, wawancara, studi literatur untuk mendapatkan informasi tentang biaya tetap, biaya tidak tetap dan biaya pokok dalam penggunaan mesin serbaguna DMP1 ini dan melakukan perhitungan teoritis. Dalam pelaksanaan penelitian digunakan pati garut basah sebanyak 1 kilogram setiap masukan dengan perlakuan waktu 50 menit, 60 menit, 70 menit dengan pengulangan sebanyak 3 kali untuk setiap perlakuan. Dari hasil penelitian didapatkan hasil uji kinerja rata-rata, yaitu sebagai berikut: kapasitas aktual 0,827 kg/jam, kapasitas teoritis 1,429 kg/jam, energi spesifik 254,961 J/kg, efisiensi 58,6%, rendemen 88,08%. Semua hasil uji kinerja mesin sudah baik kecuai efisiensi mesin yang belum memenuhi standar. Analisis ekonomi pengoperasian penyangraian mesin DMP1 lebih kecil disbanding dengan pengeringan secara manual yaitu Rp 17.221/kg dan Rp 25.000/kg. Pengujian kadar air masih lebih baik manual dari pada menggunakan mesin DMP1 yaitu 15,6% dan 10,6%
Uji Kinerja Mesin Penyawut Serbaguna Model Slinder Vertikal Menggunakan Komoditi Kentang (Solanum tuberosum L.)
Kentang (Solanum tuberosum linn) merupakan salah
satu jenis tanaman yang dikonsumsi umbinya. Disamping
itu, kentang juga merupakan tanaman pangan yang bernilai
ekonomi tinggi yang mampu mendatangkan keuntungan
bagi pengusaha industri makanan olahan, pedagang dan
petani yang membudidayakan-nya. Peningkatan nilai
tambah ini di tunjukkan dengan adanya perbedaan harga
kentang mentah dengan kentang olahan yang signifikan.
Dengan menggunakan mesin penyawut serbaguna proses
penyawutan kentang menjadi lebih efisien.Pada penelitian
ini mesin penyawut menggunakan tenaga penggerak berupa
motor listrik 0,5 HP/1400 rpm serta memiliki 4 unit pisau
penyawut. Proses pengujian menggunakan dimmer untuk
perlakuan kecepatan putar pisau yaitu 437,53 rpm (rendah),
449,47 rpm (sedang), 457,73 rpm (penuh). Berdasarkan
hasil uji kinerja mesin penyawut mempunyai kapasitas aktual
terendah dihasilkan pada perlakuan kecepatan rendah yaitu
sebesar 30,045 Kg/Jam dan kapasitas tertinggi dihasilkan pada perlakuan kecepatan penuh yaitu sebesar
66,130 Kg/Jam, nilai torsi terendah dihasilkan pada
perlakuan kecepatan sedang dengan nilai sebesar 3.373
N.m dan torsi tertinggi terdapat pada perlakuan kecepatan
penuh dengan nilai sebesar 4.988 N.m, energi spesifik
terendah dihasilkan pada perlakuan kecepatan sedang
sebesar 9,64 J/Kg dan energi spesifik tertinggi pada
perlakuan kecepatan rendah yakni sebesar 14,81 J/Kg,
efisiensi yang dihasilkan oleh mesin penyawut sebesar
85,63%. Nilai ketebalan rata-rata yang berkisar antara 0.8 -
0.9 mm. Untuk persentasi hasil yang rusak sebesar 12.6%
dan nilai rendemen yang disahilkan sebesar 97.92%. Faktor
yang mempengaruhi proses pengujian diantaranya adalah
tingkat kekerasan bahan, kecepatan putar motor penggerak,
tenaga operator saat melakukan peng-input-an bahan, dan
human error
Pengaruh Konsentrasi NaOH, Tekanan, Dan Waktu Kerja Mesin Pada Pengupasan Kentang (Solanum tuberosum L.) Menggunakan Mesin Pengupas Dengan Metode Lye Peeling
Kentang biasa digunakan untuk sayuran, kentang goreng, keripik, dan tepung. Jenis yang biasa digunakan petani terdiri dari jenis granola dan jenis lokal. Kentang memiliki berbagai macam kultivar yang dapat digunakan sesuai kebutuhan, seperti untuk konsumsi segar, bakingpotato, chip, french fries dan tepung.
Penanganan pasca panen merupakan bagian paling penting untuk mempermudah pengolahan bahan pangan pada tahap selanjutnya setelah dipanen. Pengupasan merupakan salah satu penanganan pasca panen dengan tujuan memisahkan kulit dari bahan pangan yang akan diolah.. Salah satu cara pengupasan adalah pengupasan kimiawi atau disebut dengan lye peeling. Lye peeling merupakan proses pengupasan dengan cara merendam atau melewatkan buah atau sayur pada larutan alkali. Pengupasan dengan cara lye peeling ini dilakukan karena mampu memberikan hasil yang optimal. Larutan alkali yang digunakan pada lye peeling biasanya adalah basa kuat, salah satunya adalah NaOH.
Metode pengambilan data ini menggunakan rancangan acak langsung (RAL) faktorial dengan dua faktor, faktor pertama yaitu perbedaan konsentrasi larutan terdiri dari tiga level dan faktor kedua yaitu perbedaan tekanan yang terdiri dari tiga level, serta waktu kerja mesin yang terdiri dari 2 level. Sehingga diperoleh 18 kombinasi perlakuan masing-masing dilakukan 3 kali pengulangan. Seklanjutnya diamati dan dianalisa tiap perubahan berupa pesentase kulit terkelupas, rasio bobot, warna, dan tingkat kekerasan
Uji Kinerja Mesin Penyangrai Serbaguna DMP1 Untuk Pati Umbi Singkong
Singkong merupakan tumbuhan tahunan tropika dari
keluarga Euphorbiaceae, serta termasuk produksi hasil
pertanian pangan ketiga terbesar setelah padi dan jagung.
Masalah utama singkong setelah dipanen adalah sifatnya yang
sangat peka terhadap infestasi jamur dan mikroba lain,
sehingga mempunyai daya simpan yang rendah dalam bentuk
segar. Maka diperlukan pengolahan singkong menjadi bentuk
lain seperti gaplek, tapioka (pati singkong), tapai, keripik
singkong, dan lain-lain. Salah satu proses penting dari
pengolahan singkong menjadi pati singkong adalah
penyangraian. Proses penyangraian umumnya masih manual
yaitu menggunakan tungku, kayu bakar dan masih
membutuhkan bantuan manusia dalam pengerjaannya. Namun
saat ini telah banyak dikembangkan mekanisasi mesin
penyangrai salah satunya yaitu mesin penyangrai serbaguna
DMP1 guna meringankan beban kerja dan efisiensi waktu
penyangraian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur
dan mengetahui kinerja mesin penyangrai serbaguna DMP1
serta hasil penyangraian pati singkong berupa kadar air dan
mutu organoleptik. Parameter uji kinerja yang digunakan dalam
ix
penelitian ini adalah kebutuhan daya (torsi), konsumsi bahan
bakar, kapasitas aktual, kapasitas teoritis, efisiensi
penyangraian, energi spesifik rendemen dan analisis kualitas
hasil penyangraian. Penelitian ini menggunakan massa input
seragam yaitu pasta pati singkong sebanyak 1 kg dengan
perlakuan lama penyangraian (50, 60 dan 70) menit.
Dari hasil penelitian, didapatkan nilai rata-rata uji kinerja
mesin penyangrai meliputi: torsi sebesar 69.804 N.m, konsumsi
bahan bakar tertinggi dan terendah sebesar 0.196 dan 0.16
kg/jam, kapasitas aktual sebesar 0.985β1 Kg/jam, kapasitas
teoritis sebesar 1.47 kg/jam, efisiensi penyangraian 67%, energi
spesifik sebesar 221.825 J/Kg dan rendemen sebesar 89.167%.
Analisis kualitas hasil sangrai terbaik yaitu pada perlakuan lama
penyangraian 60 menit menghasilkan kadar air sebesar 14.64%
telah memenuhi SNI 3451:2001 dan memiliki kriteria warna
putih khas tapioka, aroma lebih dominan segar dan bertekstur
halu
Pengaruh Suhu dan Konsentrasi Larutan Alkali (Lye Peeling) Pada Pengupasan Kulit Umbi Talas (Xanthosoma Sagittifolium)
Talas merupakan salah satu sumber karbohidrat yang termasuk
ke dalam umbi β umbian (seperti ubi kayu dan ubi jalar).
Masyarakat mengkonsumsi talas hanya untuk makanan
selingan. Namun, dibeberapa daerah di Indonesia
memanfaatkan umbi talas ini dijadikan sebagai makanan pokok
pengganti beras. Umbi talas sebagai salah satu bahan pangan
alternatif dapat dikembangkan di lahan hutan rakyat. Selain
dikonsumsi langsung sebagai bahan pangan juga dapat
ditingkatkan sebagai bahan baku industri keripik, kue, dan lainlain.
Proses produksi umbi talas menjadi bahan olahan untuk
meningkatkan nilai jual produk tersebut, dari bahan baku perlu
dilakukan proses pengupasan yaitu proses memisahkan daging
dan kulit. Pada umumnya proses pengupasan masih manual
yaitu dengan pisau, namun banyak sekali daging yang terbuang
(losses). Untuk mengurangi losses yang merugikan maka
alternatif lain dengan menggunakan metode lye peeling. Tujuan
penelitian ini adalah mengetahui larutan alkali dengan berbagai
konsentrasi yang tepat untuk mengupas kulit umbi talas dengan
metode lye peeling. Larutan alkali yang digunakan yaitu NaOH
dengan konsentrasi 5%, 7% dan 9%. Dalam pelaksanaan penelitian ada 2 tahap yaitu memanaskan umbi dalam larutan
menggunakan kompor listrik selama 5 menit dan mencuci umbi
menggunakan 3 suhu (dingin, normal, dan panas) untuk
membantu proses pengupasan kulit di dalam mesin pencuci
selama 5 menit dalam setiap perlakuan. Parameter yang
digunakan yaitu persentase kulit yang terkelupas menghasilkan
nilai optimal 83,61%, susut bobot menghasilkan nilai optimal
sebesar 12.96%, perubahan warna yang dihasilkan cenderung
ke arah putih kekuningan β€ 90Β°, uji kuat tekan menghasilkan nilai
optimal sebesar 1.83%, dan kadar air menghasilkan nilai optimal
sebesar 75.289% pada perlakuan K2T2 dengan larutan NaOH
7%