2 research outputs found
Peran Kadar Fosfor Terhadap Gangguan Pertumbuhan pada Anak dengan Penyakit Ginjal Kronik
Latar Belakang: Pada anak yang menderita penyakit ginjal kronik (PGK) dapat terjadi beberapa komplikasi, salah satunya adalah gangguan pertumbuhan. Penyakit ginjal kronik (PGK) atau chronic kidney disease (CKD) adalah penyakit ginjal dengan kerusakan ginjal minimal tiga bulan dengan gangguan ginjal yang dimana terdapat gangguan struktur maupun fungsi pada ginjal. Fosfor difiltrasi dengan bebas di glomerulus dan di reabsorbsi pada tubulus proksimal dibawah pengaruh beberapa hormon. Pada penyakit ginjal kronik, ginjal gagal untuk mengekskresi fosfor dan hasilnya adalah keseimbangan positif fosfor atau hiperfosfatemia. Hiperfosfatemia ini dapat menimbulkan hipokalsemia yang nantinya dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan pada anak. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran kadar fosfor terhadap gangguan pertumbuhan pada penyakit ginjal kronik anak. Metode: Penelitian ini termasuk penelitian cross β sectional dimana terdiri atas 68 subjek penelitian yaitu anak yang didiagnosis mengalami penyakit ginjal kronik (PGK), 68 subjek penelitian ini akan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu anak dengan penyakit ginjal kronik (PGK) dengan gangguan pertumbuhan dan anak dengan penyakit ginjal kronik (PGK) tanpa gangguan pertumbuhan, lalu dinilai kadar fosfornya. Selanjutnya data dianalisis dengan software Minitab. Untuk mengetahui hubungan antar variabel, yaitu gangguan pertumbuhan dan kadar fosfor digunakan uji Chi-Square. Serta untuk menilai kekuatan korelasi hubungan antar variabel akan digunakan uji korelasi Spearman. Hasil dan Pembahasan: Dalam penelitian ini yang dimana menyertakan 68 subjek penelitian yaitu anak yang didiagnosis penyakit ginjal kronik. Dari 68 pasien ini ditemukan anak dengan gangguan pertumbuhan sebanyak 57 anak dan 11 anak tidak mengalami gangguan pertumbuhan. Pasien yang mengalami hiperfosfatemia serta mengalami gangguan pertumbuhan adalah sejumlah 46 (90,2%) anak. Hubungan kadar fosfor terhadap gangguan pertumbuhan pada penelitian ini didapatkan korelasi koefisien positif 0,318. Kesimpulan: Terdapat hubungan yang cukup signifikan antara kadar fosfor terhadap terjadinya gangguan pertumbuhan. Peningkatan kadar fosfor akan meningkatkan risiko terjadinya gangguan pertumbuhan pada anak dengan penyakit ginjal kronik (PGK)
Pengaruh pemberian suplementasi zinc dan vitamin D3 terhadap outcome klinis-laboratorium dan insiden remisi pada anak dengan sindrom nefrotik initial attack.
Penyakit Sindrom Nefrotik merupakan penyakit kelainan ginjal yang
paling umum pada anak anak yang ditandai dengan adanya proteinuria masif,
hipoalbuminemia serta adanya klinis edema. Indonesia dilaporkan kejadian 6 per
100.000 per tahun pada anak berusia kurang dari 14 tahun. Perbandingan anak
laki - laki dan perempuan 2:1. Proporsi SN 90% merupakan idiopatik yang
merupakan Sindrom Nefrotik Initial Attack (SNIA) dengan SNSS, dimana target
terapi pasien SN adalah terjadinya remisi dan tidak jatuh pada kejadian relpas
atau ketergantungan bahkan resisten terhadap steroid. Angka relaps didunia
berdasarkan data masih tinggi, yaitu 80% dari 80% pasien SNIA yang mengalami
insiden remisi pada pengobatan full dose, kejadian seperti ini meninmbulkan
beban dan quality of life pada anak. Penelitian ini berupaya optimalisasi
pemberian suplementasi zinc, vitamin D3 maupun kombinasi keduanya untuk
meningkatkan angka insiden remisi melalui pemantauan outcome klinis dan
laboratoris.
Pasien anak dengan SN dalam beberapa penelitian terbukti memiliki
kadar serum zinc dan serum vitamin D yang rendah bahkan mengalami
defisiensi, seperti dalam penelitian ini 100% sampel mengalami defisiensi zinc
dan 93% sampel mengalami devisiensi vitamin D. beberapa penelitian lain
menunjukkan hubungan antara kadar rendah zinc maupun vitamin D pada pasien
sindrim nefrotik terhadap timbulnya resisten steroid maupun angka kejadian
relaps yang tinggi. Adanya kekurangan zinc dan vitamin D pada tubuh membuat
pengaruh adanya penurunan sitokin, peningkatan kejadian infeksi dan pencetus
inflamasi pada tubuh. Penelitian ini berupaya dengan pemberian suplementasi
zinc maupun vitamin D3 memperbaiki kadar serum dalam tubuh dan
vi
meningkatkan kejadian remisi pada SNIA, melalui 4 kelompok (termasuk 1
kelompok kontrol) dengan 3 kelompok lainnya adalah kelompok suplementasi
zinc, suplementasi vitamin D3 dan kelompok yang mengkombinasikan keduanya
(zinc + vitamin D3).
Secara outcome klinis yang didapatkan dalam penelitian ini dengan
keluhan awal bengkak (n=40, 100%), Infeksi Saluran Kemih (ISK) (n=23, 58%),
demam dan batuk (n=15, 38%), pneumonia dan sesak (n=10, 25%), keluhan
mual muntah (n=9 , 22,5%), ascited dan efusi pleura (n=7, 17,5%), diare (n=6,
15%) dan terdapat sedikit yang mengalami nyeri perut (n=3, 7,5%), dan
Hipertensi (n=2 , 5%). Seluruh keluhan yang didapati dalam penelitian ini secara
deskriptif mengalami perbaikan setelah pemberian suplementasi zinc dan vitamin
D3 dibandingkan sebelumnya, namun hasil akhir seleksi kandidat model uji
multivariate terdapat 6 klinis yang dapat dilanjutkan yang menjadi faktor resiko
timbulnya resisten steroid (gagal remisi) yaitu demam, batuk, muntah, ISK,
ascites dan sesak dengan nilai pada kejadian ascites merupakan nilai tertinggi
yang memberikan arti menjadi faktor dominan dalam membuat terjadinya resisten
steroid pada pasien SNIA