1 research outputs found
Analisis Determinan, Fenomena Pencegahan dan Penanganan Stunting pada Balita di Kecamatan Gondanglegi
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh yang terjadi pada anak di bawah lima tahun sebagai akibat kekurangan gizi kronis yang dimulai sejak dalam kandungan dan berlanjut hingga pada awal kehidupan setelah dilahirkan. Prevalesi stunting di Indonesia tergolong tinggi yaitu 30,8% pada tahun 2018. Kabupaten Malang sebagai salah satu kabupaten terluas di Jawa Timur memiliki prevalensi stunting sebesar 27,1%, dengan Kecamatan Gondanglegi sebagai wilayah dengan jumlah balita stunting terbanyak. Stunting disebabkan oleh banyak faktor yang meliputi faktor medis dan non medis. Faktor yang dianggap dapat mempengaruhi stunting adalah faktor balita yang terdiri dari berat dan panjang lahir, jenis kelamin, usia, riwayat infeksi, asupan kalori dan protein, faktor status gizi ibu saat hamil, faktor rumah tangga yang meliputi ketahanan pangan rumah tangga, sanitasi rumah, pola asuh, jumlah anggota keluarga dan jarak kelahiran, faktor sosial ekonomi yang meliputi pendidikan ayah dan ibu, pekerjaan ayah dan ibu serta pendapatan keluarga, faktor lokasi tempat tinggal dan faktor pemanfaatan fasilitas kesehatan. Peran tenaga kesehatan seperti bidan desa dan ahli gizi serta kader Posyandu sangat penting dalam menurunkan angka kejadian stunting. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan faktor yang paling dominan dan mengeksplorasi upaya pencegahan dan penanganan stunting di Kecamatan Gondanglegi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan mix method dengan menggabungkan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Pada metode kuantitatif menggunakan jenis penelitian analitik observasional dengan pendekatan case control, sementara pada penelitian kualitatif menggunakan desain fenomenologi interpretif. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober – November 2021 dengan sampel sejumlah 136 responden yang terbagi menjadi 2 kelompok yaitu 68 responden stunting dan 68 responden tidak stunting, serta 6 orang informan untuk di wawancara. Data dikumpulkan dengan pengisian kuesioner, pengukuran tinggi badan, dan wawancara. Selanjutnya, data yang didapatkan di analisis menggunakan uji chi-square dan dilanjutkan dengan regresi logistik berganda menggunakan SPSS versi 21 dengan α< 0,05. Setelah analisis kuantitatif, penelitian metode kualitatif dilakukan dengan mewawancarai informan terkait upaya pencegahan dan penanganan stunting pada balita di Kecamatan Gondanglegi. Setelah wawancara dilakukan, kemudian hasil ditranskripsi, dikelompokkan dan disusun sehingga membuat suatu tema.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara pendidikan ayah (p=0,606), pekerjaan ayah (p=0,445), pekerjaan ibu (p=0,271), jarak kelahiran (p=0,161) dan jenis kelamin anak (p=0,165). Sementara itu faktor berat lahir (p=0,001), panjang badan lahir (p=0,006), umur (p=0,023), riwayat infeksi (p=0,001), asupan kalori (p=0,000), asupan protein (p=0,000), status gizi ibu (0,008), ketahanan pangan (p=0,000), santasi rumah tangga (p=0,000), pola asuh (p=0,000), jumlah anggota keluarga (p=0,000), pendidikan ibu (p=0,000), tempat tinggal (p=0,038), dan pemanfaatan fasilitas kesehatan (p=0,000) berpengaruh terhadap kejadian stunting pada balita di Kecamatan Gondanglegi. Hasil multivariat menunjukkan bahwa balita yang mendapatkan asupan protein tidak adekuat berisiko 35 kali mengalami stunting daripada anak yang mendapatkan asupan protein secara adekuat, balita yang mendapatkan asupan kalori tidak adekuat berisiko mengalami stunting 9 kali daripada balita yang mendapatkan asupan kalori yang adekuat, dan balita yang memiliki riwayat infeksi (diare dan ISPA) dalam satu bulan terakhir berisiko 5 kali mengalami stunting.
Hasil penelitian kualitatif menghasilkan tiga tema besar yaitu 1) upaya pencegahan stunting tidak efektif; 2) upaya penanganan stunting masih belum berhasil mengatasi stunting dan 3) kebutuhan alat dan dana penunjang kinerja. Hal ini menunjukkan bahwa selama ini upaya pencegahan dan penanganan stunting di Kecamatan Gondanglegi masih
belum mengurangi angka kejadian stunting secara signifikan disebabkan masih kurangnya kerjasama lintas sektor dan kurangnya dukungan dari pemerintah terkait untuk pemulihan balita stunting. bidan desa, ahli gizi dan kader sebagai ujung tombak pencegahan dan penanganan stunting membutuhkan dukungan dari pihak-pihak terkait berupa tambahan alat yang akurat dan memadai, dana tambahan sebagi insentif dan untuk pemberian makanan tambahan yang berkualitas sebagai sarana untuk meningkatkan mutu sehingga mampu mengurangi angka kejadian stunting.
Protein sebagai zat pembangun memiliki fungsi penting dalam pertumbuhan linear anak. Asupan protein yang adekuat memastikan bahwa anak tidak kekurangan koenzim, hormon, asam nukleat dan molekul esensial yang dapat mencegah terjadinya stunting. Protein juga berperan penting dalam masa penyembuhan, oleh sebab itu anak yang mengalami ISPA atau diare sangat rentan terhadap stunting. Anak yang sering mengalami diare akan kehilangan cairan dan elektrolit, kehilangan nafsu makan dan absorbsi nutrien di usus yang rendah. Sementara anak yang sering mengalami ISPA kehilangan Bifidus dan Lactobacilli yang merupakan flora normal di saluran pencernaan dan pernafasan. Kuranganya asupan protein dan kalori juga dipengaruhi oleh karakteristik rumah tangga berupa pendapatan keluarga yang rendah yang menyebabkan akses terhadap makanan berbasis daging menjadi rendah. Upaya tenaga kesehatan dan kader dalam mencegah dan menangani stunting perlu dukungan dari berbagai sektor agar stunting dapat turun jumlahnya secara signifikan. Pentingnya refreshing kader untuk menambah pengetahuan tentang stunting, cara deteksi dini dan pencegahannya perlu ditanamkan dengan baik pada kader agar balita segera mendapatkan penanganan. Pemanfaatan bahan pangan lokal dan pemberdayaan ekonomi masyarakat dengan kerjasama multi sektor sejatinya mampu mencegah stunting pada anak karena memperoleh asupan protein yang adekuat.
Asupan protein dan kalori yang adekuat serta pencegahan penyakit dapat dicapai dengan bantuan dari berbagai sektor dengan bidan desa, ahli gizi dan kader Posyandu sebagai ujung tombak upaya percepatan penurunan stunting di Kecamatan Gondanglegi. Perlu diberikan tambahan pengetahuan pada orang tua balita tentang cara pemberian makanan yang tepat kepada balita menggunakan bahan pangan lokal serta perlu edukasi tentang penggunaan air bersih dan jamban agar anak dapat terhindar dari penyakit berbahaya yang dapat menyebabkan stunting