20 research outputs found

    ANALISIS HUBUNGAN KUALITAS AIR TERHADAP KEBERADAAN Virus Like Particles (VLPs) PADA PERAIRAN TAMBAK UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) JENIS KOLAM HDPE DI TAMBAK UDANG LUCKY WINDU KABUPATEN SITUBONDO JAWA TIMUR

    Get PDF
    Budidaya udang vaname merupakan salah satu dari sekian jenis udang yang sering dibudidayakan. Kegiatan budidaya udang umumnya menggunakan jenis kolam HDPE dengan sistem pemeliharaan intensif. Kegiatan budidaya udang secara intensif memiliki permasalahan yang cukup serius mengenai degradasi kualitas air. Hal tersebut berpotensi memunculkan berbagai macam penyakit seperti virus. Kelimpahan Virus Like Particles (VLPs) pada perairan tambak sebagian besar diduga dapat mempengaruhi keberhasilan usaha budidaya. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan kualitas air terhadap keberadaan Virus Like Particles (VLPs) pada Tambak Lucky Windu. Metode yang digunakan yaitu metode deskriptif dan survey lapangan. Pengambilan data berasal dari data primer dan sekunder. Metode analisis data menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan uji one-way ANOVA. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini yakni diperoleh nilai rata-rata kualitas air untuk suhu (P02: 280C – P08: 28,80C), salinitas (P02: 28,25 ppt – P08: 31 ppt), tinggi air (P02: 136,25 cm – P08: 111 cm), ammonium (P02: 0,52 mg/l – P08:0,36 mg/l), nitrit (P02: 0,02 mg/l – P08: 0,015 mg/l). Hasil penelitian diperoleh yaitu pengukuran kualitas air parameter suhu, salinitas, tinggi air, ammonium dan nitrit memiliki hubungan terhadap jumlah dan kelimpahan VLPs pada perairan tambak. Hal tersebut dibuktikan dengan literatur pendukung terkait kualitas air dengan VLPs

    Analisis Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) Pada Mangrove Sonneratia alba di Pantai Ekowisata Kampung Blekok, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur.

    Get PDF
    "Wilayah pesisir merupakan daerah peralihan antara ekosistem perairan laut dan daratan yang dipengaruhi oleh perubahan laut dan daratan. Wilayah pesisir menjadi penampungan akhir limbah dari kegiatan wilayah perkotaan yang kemudian terbawa sungai hingga ke wilayah pesisir dan laut lepas. Pantai Ekowisata Kampung Blekok berlokasi diantara muara sungai yaitu Sungai Pagedungan, sehingga diduga masukan beban limbah dapat berasal dari sungai. Sebagaimana diduga limbah yang dibuang ke sungai dapat mengandung logam berat salah satunya timbal (Pb). Limbah logam Pb dapat berasal dari pemukiman yang membuang limbah anorganik (baterai, kaleng bekas, plastik, kertas dan komponen elektronik), perkapalan, industri baterai, cat serta dapat berasal dari bidang pertanian yang banyak menggunakan bahan pestisida hingga sampai di muara melalui air. Mangrove memiliki kemampuan menyerap bahan organik dan anorganik dari lingkungan ke dalam tubuh. Mangrove jenis Sonneratia alba merupakan salah satu jenis mangrove yang dapat ditemukan di sepanjang Pantai Ekowisata Kampung Blekok. Sonneratia alba termasuk jenis mangrove famili Sonneratiaceae yang memiliki kemampuan menyerap dan mengakumulasi logam berat dengan akar nafas yang berbentuk seperti pensil disebut dengan akar pasak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kandungan logam berat Pb pada air, sedimen dan akar mangrove Sonneratia alba, menganalisis kemampuan penyerapan logam berat Pb pada akar mangrove Sonneratia alba melalui perhitungan BCF (Bio Concentration Factor) dan menganalisis kondisi dari parameter kualitas air dan sedimen pada lingkungan mangrove Sonneratia alba. Penelitian dilaksanakan di Pantai Ekowisata Kampung Blekok Situbondo, Jawa Timur pada tanggal 27 Maret 2021. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Pengambilan sampel dan pengamatan menggunakan teknik purposive sampling pada 4 stasiun. Stasiun 1 berada di ujung daerah pasang surut, stasiun 2 berdekatan dengan pelabuhan dan tambak, stasiun 3 berada di daerah muara sungai, dan stasiun 4 berdekatan dengan pemukiman warga, galangan kapal dan aktivitas industri. Setiap stasiun terdapat 2 titik sub sampling dengan menggunakan 2 buah belt transect (transek quadran) berukuran 5 x 5 m dengan interval 10 m antar transek. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengkomposit sampel yang diambil pada transek 1 dan 2 yang diambil pada stasiun yang sama. Pengambilan sampel penelitian semua dilakukan secara insitu. Pengukuran kulitas air dan sedimen berupa parameter fisika dan kimia meliputi pengukuran suhu, pH, salinitas dan pH sedimen diamati langsung dilapang. Sampel logam berat berupa sampel air, sedimen dan akar mangrove Sonneratia alba dilakukan analisis di Laboraturium Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negri Malang, selanjutnya dianalisis menggunakan BCF, sedangkan pengukuran analisis tekstur sedimen dilaksanakan di Laboraturium Eksplorasi Sumberdaya Perikanan dan Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Brawijaya, Malang. Hasil kandungan logam berat Pb pada air disekitar kawasan mangrove Sonneratia alba berkisar antara 0,0923 – 0,0978 ppm, kandungan tertinggi terdapat pada stasiun 4 yang berdekatan dengan pemukiman, aliran buangan limbah domestik, dan limbah pabrik, berdasarkan hasil tersebut kandungan logam berat Pb pada air telah melebihi batas baku mutu (PP No.22 Tahun 2021). Kandungan logam berat Pb pada sedimen disekitar kawasan mangrove Sonneratia alba berkisar antara 0,1243 – 0,2225 ppm, kandungan tertinggi terdapat pada stasiun 1 diduga karena lokasi pada stasiunini berada di daerah pasang surut dan banyaknya sampah organik dan anorganik didalam sedimen, berdasarkan hasil tersebut kandungan logam berat Pb pada sedimen masih berada pada level dibawah baku mutu (AN-ZECC/ARMCANZ 2000, CCME 2002, NOAA 1999, US-EPA 2004, OSPAR 2000 dan SEPA 2000). Kandungan logam berat Pb pada akar mangrove Sonneratia alba berkisar antara 0,0951 – 0,13 ppm, kandungan tertinggi terdapat pada stasiun 2, berdasarkan hasil tersebut kandungan logam berat Pb pada akar Sonneratia alba masih berada pada kisaran normal untuk logam berat pada tumbuhan (Fitrianah et al., 2017). Parameter kualitas air menunjukkan nilai suhu berkisar antara 29,6 – 37,8Β°C yang menunjukkan hasil dari semua stasiun optimal bagi kehidupan mangrove, pH berkisar antara 7,27 – 7,80 juga menunjukkan hasil optimal bagi kehidupan mangrove di semua stasiun dan nilai salinitas berkisar antara 15 – 35 ppt yang menunjukkan hasil antara dibawah dan diatas baku mutu sehingga nilai salinitas menunjukkan pada stasiun 1, 3 dan 4 optimal bagi kehidupan mangrove, sedangkan pada stasiun 2 belum optimal bagi kehidupan mangrove. Parameter sedimen menunjukkan nilai pH berkisar antara 5,8 – 6,8. Hasil tekstur sedimen menunjukkan pada stasiun 1 dan stasiun 2 didapatkan hasil jenis sedimen yang didominasi oleh sand (pasir) yaitu sekitar 95% lebih kasar butirannya dibanding stasiun lain. Stasiun 3 didapatkan hasil jenis sedimen berupa pasir berlempung yang didominasi oleh sand yaitu sekitar 84% lebih halus butirannya dibanding stasiun 1 dan stasiun 2. Terakhir yaitu stasiun 4 didapatkan hasil jenis sedimen berupa lempung berpasir yang didominasi oleh sand yaitu sekitar 75% lebih halus butirannya dibanding stasiun 3. Nilai BCF pada pembagian akar dengan air yaitu berkisar antara 0,9906 – 1,3684. Nilai BCF pada pembagian akar dengan sedimen yaitu berkisar antara 0.4616 – 1.0459. Berdasarkan hasil dari pembagian akar dengan air, nilai BCF pada stasiun 1 dan 2 menunjukkan hasil accumulator dan pada stasiun 3 dan 4 menunjukkan excluder. Sedangkan berdasarkan hasil dari pembagian akar dengan sedimen, nilai BCF yang menunjukkan hasil accumulator hanya pada stasiun 2 saja, stasiun yang lain menunjukkan hasil excluder. Accumulator adalah tanaman yang dapat menimbun konsentrasi logam yang tinggi dalam jaringan tanamannya bahkan melebihi konsentrasi di dalam tanah, sedangkan excluder merupakan sifat dimana tumbuhan membatasi penyerapan logam berat pada lingkungannya baik sedimen maupun air.

    Korelasi Virus-Like Particles (VLPs) Kolam Geomembrane Dan Beton Di Lingkungan Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)

    Get PDF
    Udang vaname merupakan hewan avertebrata yang banyak diminati masyarakat. Namun tingginya permintaan udang membuat petani budidaya menerapkan padat tebar yang tinggi. Ada beberapa cara untuk meningkatkan padat tebar pada budidaya udang yakni penggunakan plastik geomembrane dan tambak beton. plastik geomembrane memiliki fungsi untuk melapisi atau menutupi seluruh bagian kolam hingga dasar (permukaan tanah). tambak beton sendiri dapat mencegah kebocoran air serta untuk memperbaiki tekstur tanah yang tidak rata atau stabil. selain cara tersebut juga ada monitoring kualitas air. monitoring kualitas air juga penting guna menjaga kestabilan ekosistem akuakultur dan saat kurangnya kontrol kualitas air dan perubahan cuaca yang disignifikan maka dapat menyebabkan udang mengalami stres. Faktor stres yang mempengaruhi respon imun pada udang yang kemudian mudah terserang penyakit. Apabila kualitas perairan menurun memudahkan organisme patogen yang merugikan dapat berkembang biak secara cepat, persebaran organisme patogen bisa secara vertikal dan horizontal. Secara vertikal dari dasar sedimen kolam hingga permukaan kolam. dan secara horizontal dari suatu partikel mampu mentransfer atau memindahkan gen intergenik yang masuk dalam partikel lainnya. Partikel yang bisa disebut VLPs (Virus-Like Particles).VLPs mengandung gen bakteri dan virus, dimana terdapat VLPs pasti dalam inang memiliki bakteri dan virus yang berpotensi menginfeksi. Hubungan VLPs dengan air karena air merupakan media budidaya yang bersentuh langsung dengan kedalaman kolam. Kedalaman kolam ini terdapat keberdaan VLPs itu sendiri yang dapat mempengaruhi proses budidaya udang berlangsung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi korelasi VLPs kolam geomembrane dengan VLPs kolam beton pada udang vaname. Penelitian ini yaitu studi observasi dengan menggunakan teknik sampling dan metode deskripsi. Parameter yang diamati yaitu deteksi VLPs di air yang di amati pemendaran VLPs menggunakan confocal laser scanning microscopy, pembandingnya digunakan pada lokasi pengambilan sampel yang berbeda yakni di tambak Probolinggo dan Situbondo. DOC pada tambak Labortatorium Perikanan Air Payau dan Laut Probolinggo yakni 85 sedangkan pada tambak Lucky Windu Situbondo yakni pada petak 1 DOC 81 dan petak 2 DOC133. Kemudian dianalisa menggunakan analisis korelasi pearson digunakan untuk mencari tingkat keeratan dan arah hubungan. Didapatkan hasil bahwa VLPs kolam geomembrane dan VLPs kolam beton memiliki hubungan yang sangat kuat, dimana dari jenis geomembrane dan beton yang mendekati 1 yakni 0,90; 0,96; 0,69 dan 0,82. Hal ini dikarenakan faktor luas tambak yang berbeda dan indikasi hasil positif dari WSSV bahwa lingkungan budidaya sangat mempengaruhi keberadaan VLPs itu sendiri. Adanya VLPs juga didukung adanya tingginya nitrit 0,1mg/L dan amonium sebesar 0,44 mg/L. Namun VLPs tidak berpengaruh pada pertumbuhan udang vaname selama proses budiday

    Penggunaan Hormon 17 Metiltestosteron Dengan Dosis Dan Waktu Yang Berbeda Terhadap Maskulinisasi Dan Derajat Pertumbuhan Larva Udang Vaname (Litopenaeus Vannamei)

    Get PDF
    Udang vaname merupakan salah satu komoditas ekspor yang bernilai cukup tinggi pada sektor perikanan. Kegiatan budidaya perikanan di Indonesia terus dikembangkan terutama budidaya udang, dimana permintaan konsumen dari waktu ke waktu terus mengalami peningkatan yaitu untuk memenuhi kebutuhan pasar ekspor. Kebutuhan pasar dunia yang tinggi terhadap komoditas ini merupakan satu peluang potensial yang dimiliki oleh sumberdaya alam Indonesia untuk menambah nilai devisa negara dari sektor budidaya. Perkembangan usaha budidaya udang dimasa yang akan datang supaya tetap kontinyu tergantung pada beberapa hal, salah satunya adalah ketersediaan udang vanname jantan dalam jumlah yang cukup. Selama ini udang vanname jantan masih bergantung pada seleksi alam, sehingga induk vaname jantan yang diperoleh masih dalam skala terbatas. Persentase udang vaname jantan dan betina yaitu 54,7 % dan 45,3 %, walaupun persentase jantannya tinggi dibandingkan dengan betina akan tetapi laju pertumbuhan udang vaname jantan lebih lambat dibandingkan dengan udang vaname betina akibatnya udang vaname jantan yang dijadikan sebagai induk sangat terbatas karena pertumbuhannya lambat dan hanya beberapa saja yang dijadikan sebagai induk. Agar kedepannya induk tetap kontinyu maka dilakukan breeding program supaya tidak lagi bergantung pada seleksi alam. Oleh karena itu, Sex reversal merupakan suatu teknik pengarahan deferensiasi kelamin untuk mengubah jenis kelamin secara buatan dari jenis kelamin jantan secara genetik menjadi berjenis kelamin betina fenotipe atau sebaliknya Secara fisiologis, jenis kelamin ikan dapat diarahkan dengan menggunakan hormon steroid secara sederhana pemberian hormon bertujuan untuk mempengaruhi keseimbangan hormon dalam darah yang pada saat diferensiasi kelamin sangat menentukan individu tertentu akan berstatus jantan atau betina dengan cara memasukkannya dari luar tubuh. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan jantan kelamin tunggal (monosek) yang maksimal dengan menggunakan hormon 17Ξ±-metiltestosteron (MT), melalui teknologi sex reversal terhadap perubahan jenis kelamin pada udang vaname masih sangat terbatas, dimana sampai saat ini induk vaname jantan yang diperoleh masih bergantung pada seleksi alam. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2018 di Balai Produksi Induk Udang Unggul dan Kekerangan (BPIU2K) Karangasem Bali, kegiatan pengamatan histologis dan kegiatan pengujian hormon testosteron menggunakan metode ELISA dilaksanakan di Laboratorium FAAL Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur Rancangan penelitian yaitu Perlakuan 17Ξ±-metiltestosteron pada post- larva udang vaname (Litopenaeus vannamei) dengan metode perendaman (dipping), menggunakan 7 perlakuan dan 3 ulangan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor yang pertama adalah dosis 17Ξ±-metiltestosteron dengan empat taraf perlakuan yaitu 0, 4, 8, dan 12 mg/L dan faktor yang kedua adalah waktu perendaman dengan dua ix taraf perlakuan yaitu 8 dan 12 jam. Hasil menunjukan bahwa perendaman post-larva (PL1) udang vaname menggunakan hormon 17Ξ±-metiltestosteron memberikan hasil yang sangat nyata (P < 0,05) terhadap semua perlakuan dan kontrol. Meningkatnya persentase individu udang vaname jantan juga menunjukkan bahwa perendaman PL1 dalam hormon 17Ξ±-metiltestosteron telah mampu mempengaruhi karakteristik kelamin jantan dimana persentase jantan tertinggi pada pelakuan dengan dosis 4 mg/L dan 8 mg/L dengan waktu perendaman 12 jam yaitu 77,7 % dan 81,3 % dan kontrol 54,7%. Maskulinisasi tersebut terjadi diduga karena MT menekan proses biosintesis estrogen saat diferensiasi gonad sehingga gonad terdiferensiasi menjadi testis yang melibatkan aktivasi reseptor androgen dan penghambatan sintesis estrogen. hormon 17Ξ±-metiltestosteron memberikan hasil yang sangat nyata (P < 0,05) terhadap semua perlakuan dan kontrol dengan menghasilkan pertumbuhan berat (weight gain) dan Spesifik Growth Rate Berat badan (SGR BB) tertinggi pada perlakuan dosis 8 mg/L dan 12 mg/L dengan waktu perendaman 12 jam yaitu 1,6571 gram dan 1,6657 gram. Hormon 17Ξ±-metiltestosteron selain mempunyai sifat androgenik, testosteron ternyata mempunyai sifat anabolik, yaitu dapat memacu pertumbuha

    Kajian Biosorpsi Logam Berat Kromium Heksavalen (CrVI) oleh Bakteri Indigenous dari Biofilm di Sungai Badek, Malang, Jawa Timur

    Get PDF
    Pencemaran lingkungan perairan akibat dari cemaran logam berat menjadi salah satu isu krusial yang menjadi perhatian di Indonesia. Faktor yang menjadi penyebab terjadinya pencemaran perairan adalah semakin meningkatnya aktifitas manusia, seperti: kegiatan industri, pemukiman, rumah sakit, pertanian, dan lain sebagainya. Salah satu jenis logam berat non essensial yang berbahaya adalah Kromium heksavalen (CrVI) yang umum digunakan dalam industri penyamakan kulit. Sungai Badek yang terletak di Kelurahan Ciptomulyo, Kecamatan Sukun, Kota malang merupakan salah satu sungai yang mengalami pencemaran logam berat CrVI. Sungai ini dilimpasi oleh limbah dari dua industri penyamakan kulit yang terdapat di sekitar lokasi, dimana pada industri penyamakan kulit umumnya menggunakan Kromium sebagai bahan penyamak kulit. Sehingga dalam limbah produksi tersebut terdapat kandungan kromium yang cukup tinggi yang apabila tidak dilakukan pengolahan dengan baik sebelum dilakukan pembuangan maka dapat mencemari lingkungnan perairan tersebut. Salah satu metode yang dapat dikembangkan untuk menurunkan kandungan kromium limbah penyamakan kulit yaitu biosorpsi dengan menggunakan mikroorganisme sebagai biosorben. Bakteri yang berasal dari biofilm di sungai badek merupakan mikroorganisme yang mampu bertahan dengan kondisi lingkungan tersebut sehingga perlu dilakukan kajian biosorpsi logam berat Kromium Heksavalen (CrVI) Oleh Bakteri indigenous yang berasal dari sungai Badek. Penelitian ini terdiri dari 3 tahap penelitian dengan tujuan akhir yaitu mendapatkan jenis bakteri dari sampel biofilm Sungai Badek dengan kemampuan menurunkan kandungan CrVI di media yang tertinggi. Tahap pertama adalah pengamatan kondisi bioekologis sungai badek. Pada tahap ini, dilakukan pengukuran kualitas air (pH, DO, BOD5, COD, BOT, NH3, NO2, NO3, dan PO4), pengukuran properti sedimen (Karbon Organik Total, Nitrogen Total, rasio C/N, NH3, NO2, NO3, rasio NH3/NO3, PO4, pH, dan Electrical conductivity (EC)), dan pengukuran kandungan logam berat pada air, sedimen, dan biofilm. Tahap kedua yaitu analisis potensi bakteri dari biofilm sebagai kandidat biosorben logam berat kromium heksavalen (CrVI). Pada tahapan ini dilakukan beberapa penelitian, antara lain: isolasi bakteri dari sampel biofilm yang melekat pada permukan batu di Sungai Badek, Uji Ketahanan CrVI pada isolat bakteri pada konsentrasi 0 sampai 1000 ppm, pengujian kapasitas reduksi CrVI oleh isolat bakteri pada konsentrasi yang umum ada pada limbah penyamakan kulit (10, 50, dan 100 ppm), optimasi kondisi suhu dan pH bakteri dalam proses biosorpsi CrVI, pengamatan aktifitas gugus fungsi pada sel bakteri dengan menggunakan Fourier Transform xiii Infrared (FTIR) dan pengamatan morfologi dan komposisi material pada bakteri dengan menggunakan Scanning Electron Microscopy-Energy-Dispersive X-ray (SEM-EDX). Adapun langkah yang ketiga adalah identifikasi isolat bakteri secara biokimia dan secara molekuler. Hasil penelitian tahap pertama menunjukkan bahwa telah terjadi pencemaran di sungai Badek. Hal ini dapat dilihat selain dari pengamatan fisik perairan juga dari beberapa pengukuran parameter kualitas air yang telah diamati diantaranya adalah nilai rasio COD/BOD yang cukup tinggi, ini mengindikasikan adanya material degradable dan non-degradable yang cukup tinggi di sungai badek. Selain itu terjadi ketidakseimbangan proses dekomposisi di sungai tersebut hal ini ditunjukkan dengan nilai rasio C/N yang cukup tinggi dan rendahnya rasio NH3/NO3. Hasil penelitian tahap kedua menunjukkan bahwa ditemukan 7 isolat bakteri yang toleran terhadap CrVI. Berdasarkan hasil uji ketahanan bakteri terhadap CrVI diketahui bahwa ada 4 isolat yang dapat digunakan sebagai kandidat biosorben CrVI (Isolat Bakteri 2, 3, 5, dan 6). Kemudian pada pengujian kapasitas biosorpsi CrVI oleh bakteri tersebut diketahui bahwa Isolat Bakteri 2 dan Isolat Bakteri 5 memiliki kemampuan biosorpsi CrVI yang tertinggi disbandingkan 2 isolat bakteri lainnya, hal ini dapat diketahui dari kemampuan Kedua bakteri tersebut menurunkan kandungan CrVI (10 ppm) di media hingga mencapai 98,1% (pada Isolat Bakteri 2) dan 92,2% (pada Isolat Bakteri 5) dengan masa inkubasi selama 120 jam. Selain itu dari hasil pengamatan SEM-EDX terjadi peningkatan kandungan CrVI dan pada pengamatan FTIR menunjukkan adanya peningkatan aktifitas gugus fungsional pada bakteri. Kemudian pada tahap ketiga, hasil identifikasi baik secara biokimia dan molekuler menunjukkan bahwa Isolat Bakteri 2 identik dengan jenis bakteri Bacillus licheniformis dan Isolat Bakteri 5 identik dengan jenis bakteri Proteus mirabilis

    Analisis Efektivitas Biosorpsi Kromium Menggunakan Biomassa Spirulina sp Studi Kasus Sungai Metro Malang

    No full text
    Sungai Metro merupakan sungai yang memiliki peranan penting sebagai sumberdaya air di Kota dan Kabupaten Malang, telah terindikasi tercemar Cr dari aliran anak sungai yang masuk. Keberadaan logam berat Cr khususnya Cr (VI) di perairan dapat memberikan dampak negatif bagi organisme dan lingkungan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-Juni dengan pengambilan sampel dilakukan di Sungai Metro Kepanjen. Tujuan Penelitian ini berfokus pada kemampuan biomassa Spirulina sp dalam menurunkan konsentrasi total Cr pada air sampel Sungai Metro melalui proses adsorpsi dengan variasi massa adsorben dengan waktu kontak yang berbeda. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental yang disusun dalam rancangan percobaan RAL faktorial 4 taraf massa dan 3 taraf waktu kontak dengan 3 kali ulangan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa nilai suhu dan pH relatif stabil, suhu berkisar antara 26,6-27,87Β°C. Perubahan suhu selama proses adsorpsi disebabkan karena perubahan kecepatan adsorpsi. Demikian juga pH berkisar antara 6,61-7,48 masih dalam kategori pH normal. Perubahan nilai pH disebabkan karena adanya perbedaan muatan pada permukaan biomassa Spirulina sp. Total Cr teradsorpsi dan efisiensi penurunan Cr tertinggi terdapat pada perlakuan biomassa Spirulina sp 0,7 gram pada waktu kontak 90 menit. Semakin besar biomassa dan waktu kontak yang digunakan, maka interaksi yang terjadi antara biomassa Spirulina sp dengan ion Cr semakin lama sehingga ikatan yang dihasilkan akan semakin meningkat. Besarnya efisiensi penurunan total Cr semakin meningkat seiring bertambahnya biomassa yang digunakan. Pada perlakuan kontrol; biomassa 0,4 gram dan biomassa 0,7 gram, efisiensi penurunan Cr berkisar antara 5,33-10,35%, 25,29-43,84%, dan 33,58-49,61%. Pada biomassa 1 gram, nilai tersebut justru menurun yaitu berkisar antara 10,61-23,69% yang disebabkan karena adanya kejenuhan pada sisi aktif adsorben serta terbentuknya gumpalan adsorben sehingga luas permukaannya yang tersedia menurun. Kapasitas adsorpsi tertinggi terdapat pada perlakuan biomassa 0,7 gram yaitu sebesar 0,0161-0,0238 mg/g, yang disebabkan karena adsorpsi berada dalam kondisi optimum sehingga jumlah total Cr (mg) yang terjerap setiap gram biomassa Spirulina sp cukup tinggi. Kapasitas adsorspi maksimal didapat melalui persamaan isotherm Freundlich yaitu sebesar 1,7822 mg/g dan afinitas adsorpsi sebesar 0,2263. Diperlukan penelitian lanjutan mengenai pemanfaatan biomassa Spirulina sp yang telah digunakan dalam proses adsorpsi, untuk mengurangi dampak keterpaparan organisme dari bahaya toksisitas logam bera

    Analisis Hubungan Rasio N/P Terhadap Kelimpahan Fitoplankton pada Tambak Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) di Tambak Udang Lucky Windu Kabupaten Situbondo

    No full text
    Tambak Udang Lucky Windu merupakan tambak milik perorangan yang terletak di Kabupaten Situbondo. meningkatnya kuantitas pakan udang dapat menimbulkan pengayaan unsur hara di tambak serta bertambahnya biomassa fitoplankton. Kelimpahan fitoplankton sangat dipengaruhi dengan keberadaan N dan P di perairan. Rasio N/P memiliki pengaruh terhadap kelimpahan fitoplankton genus tertentu. Nilai rasio N/P yang baik untuk kehidupan fitoplankton yaitu 16/1. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis rasio N/P, menganalisis kelimpahan fitoplankton, dan menganalisis hubungan antara rasio N/P terhadap kelimpahan fitoplankton. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari – April 2023 di Tambak Udang Lucky Windu Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Kegiatan analisis kualitas air dan fitoplankton dilaksanakan secara in situ (suhu, kecerahan, pH, dan oksigen terlarut) dan di Laboratorium BPBAP Kabupaten Situbondo (nitrat, orthofosfat, dan fitoplankton). Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan ini yaitu metode desktiptif. Jenis fitoplankton yang didapatkan selama penelitian di 5 stasiun yaitu terdiri atas 5 divisi yaitu Chlorophyta, Cryptophyta, Chrysophyta (Diatom), Cyanophyta, dan Pyrrophyta (Dinoflagellata) serta 19 genus. Kelimpahan relatif divisi Chlorophyta paling banyak ditemukan yaitu berkisar antara 42 – 49%. Total kelimpahan fitoplankton di Tambak Udang Lucky Windu yaitu berkisar 393 – 438 sel/ml. Nilai indeks keanekaragaman (H’) di seluruh stasiun berkisar antara 0.3172 - 0.3304. Nilai indeks dominansi (D) di seluruh stasiun berkisar antara 0.0371 - 0.0461. Hasil pengukuran nitrat berkisar antara 0.02 - 0.09 ppm. Hasil pengukuran orthofosfat berkisar antara 0.007 - 0.03 ppm. Analisis korelasi hubungan rasio N/P terhadap kelimpahan fitoplankton yaitu sebesar + 0.89 atau korelasi kuat. Analisis regresi hubungan rasio N/P terhadap kelimpahan fitoplankton di Tambak Udang Lucky Windu yaitu Y= 5.28+0.71X. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan rasio N/P terhadap kelimpahan fitoplankton memiliki korelasi kuat, dimana setiap pertambahan 1% rasio N/P menyebabkan pertambahan 0.71% kelimpahan fitoplankton. Konsentrasi suhu berkisar antara 26 - 29˚C, kecerahan berkisar antara 35 – 80 cm, pH berkisar antara 7.5 – 8, DO berkisar antara 4.5 – 5.3 ppm. Saran yang dapat diberikan berupa perlu adanya pemantauan kualitas air yang sesuai dengan jadwal pihak tambak

    Deteksi Infeksi Virus Tilapia Lake (TiLV) dengan PCR pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Budidaya di Ranu Klakah

    No full text
    Budidaya ikan nila (Oreochromis niloticus) mengalai suatu permasalahan yaitu serangan penyakit yang disebabkan oleh adanya patogen seperti bakteri dan virus. Hal tersebut dapat menyebabkan penurunan kesehatan ikan dan berujung dengan kematian ikan. Infeksi penyakit dapat disebabkan oleh kualitas lingkungan perairan yang buruk. Salah satu penyakit yang menyerang ikan nila yaitu virus adanya virus TiLV. Virus ini dapat menyerang ikan nila sehingga ikan nila dapat mengalami kerugian besar dalam kegiatan budidaya. TiLV dapat menyerang larva ikan pada ukuran 0-7 setelah menetas dengan adanya gejala kerusakan pada bagian otak berupa vakuolasi. TiLV juga menyerang ikan nila juventil dan dewasa dengan tingkat kematian berkisar 60- 90%. Untuk mengetahui ada tidaknya virus TiLV pada ikan nila (Oreochromis niloticus), maka perlu dilakukan uji PCR terhadap organ ikan nila yang diduga terinfeksi TiLV. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis kondisi kualitasair di Ranu Klakah dan menganalisis keadaan ikan nila (Oreochromis niloticus) yang terinfeksi TiLV. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode randa sampling untuk pengambilan sapel ikan dan pengukuran kualitas air dan PCR konvensional untuk mendeteksi virus TiLV. Adapun parameter kualitas air yang diukur yaitu suhu, DO, pH, BOD, amonia, nitrat dan nitrit. Pengambilan sampel kualitas air dilakukan pada 3 staisun yaitu KJA, Inlet dan outlet. Kondisi ikan nila (Oreochromis niloticus) yang diduga terinfeksi virus TiLV yaitu mengalami kerusakan secara morfologi pada ikan nila (Oreochromis niloticus). Ikan nila (Oreochromis niloticus) yang terinfeksi virus TiLV yaitu terdapat perubahan warna ikan nila (Oreochromis niloticus) menjadi gelap, insang terlihat pucat, mata menonjol keluar, sisik tubuh berlepasan dan siripnya mengalami erosi serta terjadi pembengkakan perut. Hasil pengukuran suhu berkisar 27-30ΒΊC, pH kisaran 7, DO berkisar antara 11-13 mg/L. Nilai BOD pada kisaran 1-3 mg/L, amonia diperoleh hasil <0,15 mg/L. Nilai nitrat yang diperoleh berkisar antara 25-50 mg/L dan nitrat yang diperoleh sebesar 0 mg/L dan bersifat aman bagi kehidupan ikan, terutama ikan nila (Oreochromis niloticus). berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan maka perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan meneliti organ lain pada ikan nila (Oreochromis niloticus) seperti pada hati, ginjal, dan mata serta adanya ikan kontrol untuk memudahkan dalam menentukan apakah ikan nila (Oreochromis niloticus) sebagai pembanding serta pengulangan pengukuran kualitas air agar hasil lebih optimal

    Identifikasi Spesies Tilapia Penangkaran di Ranu Klakah berdasarkan Wilayah Kontrol DNA Mitokondria

    No full text
    Ranu Klakah merupakan danau yang berada di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Danau dengan luas 22 hektar ini telah banyak dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan seperti tempat wisata, sumber air baku, dan kegiatan budidaya dengan sistem Keramba Jaring Apung (KJA). Pesatnya aktivitas di badan air Ranu Klakah selain memberikan dampak positif juga menyebabkan perubahan kondisi lingkungan perairan yang dapat berakibat pada perubahan komposisi spesies. Ikan tilapia merupakan salah satu spesies ikan air tawar yang memiliki nilai ekonomis penting dalam perikanan budidaya dan banyak dipasarkan karena mengandung gizi yang cukup, warna daging yang bersih dan rasa dagingnya yang khas. Di beberapa wilayah terdapat spesies ikan yang berbeda tetapi dipasarkan secara bersama sehingga perlu adanya identifikasi spesies secara molekuler menggunakan DNA mitokondria. Kelebihan dari mtDNA yaitu memiliki ukuran lebih kecil, jumlah salinannya banyak dan hanya diwariskan secara maternal atau hanya melalui garis ibu. Penelitian ini bertujan untuk mengidentifikasi spesies tilapia penangkaran dan menganalisis kualitas air di Ranu Klakah, Lumajang, Jawa Timur. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hidrobiologi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dan di Laboratorium Sentral Ilmu Hayati (LSIH), Universitas Brawijaya pada bulan Mei – Agustus 2022. Metode identifikasi yang digunakan yaitu secara morfologi dan molekuler dengan teknik PCR (Polymerase Chain Reaction) menggunakan gen COI DNA mitokondria. Sebanyak 25 ikan tilapia dikoleksi dan diamati morfologinya. Ikan dengan perbedaan morfologi selanjutnya diambil dagingnya untuk kegiatan ekstraksi DNA, lalu diamplifikasi dengan teknik PCR, selanjutnya di visualisasi pada tahap elektroforesis, kemudian di sekuensing sehingga diperoleh data berupa elektroferogram, Setelah itu dianalisis menggunakan software BioEdit dan dibandingkan dengan sekuen pada GenBank dan dianalisis filogenetik. Sampel air diambil dari inlet, KJA dan outlet untuk dilakukan analis kualitas air. Parameter yang diukur yaitu suhu, pH, DO,amonia, nitrat, nitrit dan BOD selanjutnya dibandingkan dengan kriteria untuk kegiatan budidaya ikan. Hasil identifikasi BLAST ditemukan sampel yang memiliki kemiripan dengan spesies Oreochromis aureus x Oreochromis niloticus dan Oreochromis niloticus. Sedangkan hasil analisis filogenetik hanya menghasilkan sampel ikan yang memiliki kemiripan dengan Oreochromis niloticus dan strain lain yang belum terdapat pada GenBank. Hasil pengukuran parameter kualitas air (suhu, pH, DO, nitrit, amonia) yang diperoleh setiap pengamatan menunjukkan kisaran parameter yang masih cukup mendukung pertumbuhan ikan nila. Suhu air berada pada kisaran 27Β°C – 28 Β°C, kadar pH pada perairan yaitu 7, DO berkisar antara 11,8 mg/L – 13,3 mg/L, kadar nitrit 0 mg/L, kadar amonia <0.15. Sedangkan untuk parameter BOD di KJA tergolong tercemar rendah dengan kadar 3,1 mg/L yang melebihi baku mutu, dan kadar nitrat melebihi baku mutu yaitu berkisar 25-50 mg/L

    Identifikasi Genera/Spesies Plankton dan Penentuan Faktor Fisikokimia yang Mendukung Pertumbuhan Spesies Plankton di Ranu Klakah

    No full text
    Ranu Klakah merupakan danau yang terletak di Tegal Randu, Kecamatan Klakah, Kabupaten Lumajang. Ranu Klakah dimanfaatkan sebagai sarana rekreasi dan budidaya ikan nila melalui sistem keramba jaring apung. Faktor fisikokimia dapat menggambarkan bagaimana kualitas lingkungan suatu perairan. Namun, parameter fisika kimia ini hanya dapat menggambarkan kondisi lingkungan dalam waktu tertentu atau temporer. Oleh karena itu diperlukannya indikator biologi untuk memantau secara berkelanjutan atau kontinyu dan memberi petunjuk mengenai kualitas perairan di Ranu Klakah. Salah satu indikator biologi yaitu plankton. Nilai pendekatan penurunan dan peningkatan kualitas perairan dapat dilihat menggunakan indeks keanekaragaman dan indeks keseragaman hayati yang dapat menggambarkan banyaknya organisme yang mampu bertahan hidup dengan kondisi lingkungan dan perubahan faktor lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi spesies plankton yang ada di Ranu Klakah dan menentukan faktor fisikokimia seperti suhu, pH, DO, BOD, amonia, nitrit, nitrat dan fosfat yang dapat mendukung pertumbuhan plankton dan menentukan kualitas perairan Ranu Klakah. Penelitian skripsi dilakukan pada Bulan Mei sampai Bulan Juni 2022. Metode yang digunakan yaitu metode deskriptif untuk mengetahui faktor fisikokimia lingkungan perairan, identifikasi plankton, kelimpahan plankton, indeks keanekaragaman plankton, indeks keseragaman plankton dan indeks dominansi plankton. Pengambilan sampel dilakukan di Ranu Klakah pada tiga titik stasiun yaitu stasiun satu berada di sumber air atau inlet, stasiun dua berada di KJA dan stasiun tiga berada di outlet. Pengamatan plankton dilakukan menggunakan mikroskop binokuler cahaya di Laboratorium Hidrobiologi Divisi Lingkungan dan Bioteknologi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya. Fitoplankton yang ditemukan saat melakukan pengamatan menggunakan mikroskop binokuler cahaya yaitu Closterium ehrenbergii, Staurastrum wildemanii, Coronastrum aestivale, Crucigenia tetrapedia, Protococcus viridis, Coelastrum cambricum, Tetraspora sp, Botryococcus braunii, Haematococcus lacustris, Synedra tabulata, Diatom linearis, Tetraedriella sp, Surirella biseriata Nitzschia closterium, Synedra ulna, Nitzschia philippinarum, Flagilaria sp, Pinularia sp, Cryptomonas sp, Coelosphaerium kuetzingianum, Chrococcus limneticum, Oscillatoria sp, Spirulina sp, Euglena oxyuris, Euglena convoluta, Trachelomonas hispida, peridinium umbonatum, Melosira granulata Nitzschia vermicularis, Nitschia filiformis, Melosira italica dan Rhizosolenia styliformis. Zooplankton yang ditemukan yaitu Phormidium autumn, Paramecium caudatum, Keratella stiplata, Brachionus falcatus, Brachionus quadridentatus, Trichocerca cylindrica dan Encentrum felis. Kelimpahan fitoplankton tertinggi di Ranu Klakah terdapat pada stasiun 2 yaitu 774,04 ind/L. Kelimpahan zooplankton tertinggi di Ranu Klakah terdapat pada stasiun 3 yaitu 613,04 ind/L. Kelimpahan relatif fitoplankton tertinggi yaitu spesies Tetraspora sp dari divisi Chlorophyta. Indeks keanekaragaman fitoplankton tertinggi terdapat pada stasiun satu yaitu H’=2,48 dan indeks keanekaragaman zooplankton tertinggi ada pada stasiun tiga yaitu H’=1,67. Indeks keseragaman fitoplankton tertinggi pada stasiun satu yaitu E=0,86 dan indeks keseragaman zooplankton tertinggi pada stasiun dua yaitu E=0,99. Indeks dominansi fitoplankton tertinggi terdapat pada stasiun dua yaitu D=0,77 dan indeks dominansi zooplankton tertinggi terdapat pada stasiun satu yaitu D=0,6. Hasil pengukuran parameter fisika kimia didapatkan nilai suhu stasiun satu, dua dan tiga secara berurutan yaitu 27,6 oC, 27 oC dan 28 oC. Nilai pH yang diperoleh untuk semua stasiun yaitu 7. Nilai DO stasiun satu, dua dan tiga secara berurutan yaitu 13 mg/L, 13,3 mg/L dan 11,8 mg/L.Nilai BOD stasiun satu, dua dan tiga secara berurutan yaitu 2,8 mg/L, 3,1 mg/L dan 1,8 mg/L. Nilai amonia yang diperoleh untuk seluruh stasiun yaitu <0,15. Nilai nitrit yang diperoleh untuk seluruh stasiun yaitu 0. Nilai nitrat stasiun satu, dua dan tiga secara berurutan yaitu 50 mg/L, 50 mg/L dan 25 mg/L. Nilai fosfat yang diperoleh untuk seluruh stasiun yaitu 0,1 mg/L. Beradasarkan identifikasi plankton dan hasil pengukuran parameter fisika kimia yang diperoleh perairan Ranu Klakah masih tergolong pada perairan yang baik, dapat menunjang pertumbuhan plankton dan budidaya ikan nila melalui sistem keramba jaring apung
    corecore