30 research outputs found
Analisis Peningkatan Kualitas Produk dengan Integrasi Metode Importance Performance Analysis dan Quality Function Deployment (Studi Kasus di Usaha Keripik Tempe Rohani, Sanan)
Kedelai merupakan salah satu komoditas pertanian Indonesia yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat sebagai bahan baku tempe dan tahu. Berdasarkan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian pada tahun 2020, rata-rata konsumsi kedelai sebesar 13,04 ribu ton/kapita/tahun dan tingkat kebutuhan kedelai nasional mencapai 632.326 ton. Tempe memiliki kandungan protein 14 per 100 gram penyajian. Pengolahan tempe diperlukan untuk mencegah cepatnya kerusakan serta untuk meningkatkan nilai jualnya. Salah satu produk olahan tempe yakni keripik tempe. Usaha Keripik Tempe Rohani adalah salah satu produsen keripik tempe di Kota Malang. Terdapat penyimpangan produk pada tahap produksi seperti keripik tempe gosong, pecah, tekstur tidak stabil, dan ketebalan keripik berbeda yang menyebabkan konsumen kurang puas. Oleh karena itu diperlukan analisis peningkatan kualitas untuk meningkatkan kepuasan konsumen.
Tujuan penelitian ini ialah mengetahui atribut yang dipentingkan konsumen untuk mencapai kepuasan dan menentukan strategi atribut yang harus diperbaiki untuk meningkatkan kualitas produk keripik tempe. Metode penelitian ini menggunakan Importance Performance Analysis (IPA) dan Quality Function Deployment (QFD). IPA digunakan untuk memperoleh nilai tingkat kepuasan dari 14 Atribut yang sudah ditetapkan peneliti. Penetapan atribut didapatkan melalui pendekatan dengan delapan atribut kualitas produk meliputi Feature, Reliability, Durability, Service Ability, Perceived Quality, Aesthetics, Conformance, dan Performance. Output dari IPA yaitu memasukkan atribut ke dalam diagram kartesius berdasarkan tingkat kepentingan dan kinerja yang diperoleh dari kuesioner. QFD dimanfaatkan untuk mendapatkan prioritas perbaikan produk serta menyusun usulan perbaikan melalui wawancara dengan pihak UKM. Output dari QFD berupa matrix House of Quality dan Nilai Bobot Respon Teknis yang menunjukkan prioritas atribut yang perlu didahulukan perbaikannya.
Hasil analisis metode IPA diperoleh 6 atribut yang berada pada kuadran I (Prioritas Perbaikan) yakni tekstur produk, keseragaman ketebalan keripik, tingkat kematangan, harga produk, kestabilan kualitas isi produk, kekuatan dan bahan kemasan. Keenam atribut tersebut merupakan masukan metode QFD untuk menentukan strategi usulan perbaikan kualitas produk. Hasil analisis metode QFD diperoleh respon teknis pihak UKM terhadap keenam atribut tersebut ialah penyusunan SOP adonan pelapis keripik, pengembangan alat pemotong tempe dengan mata pengiris yang lebih kecil, melakukan peningkatan pengawasan pada stasiun kerja, menambah sensor suhu deep fry thermometer pada penggorengan, memberikan diskon kepada konsumen pada kondisi tertentu, mengganti bahan kemasan keripik dengan kepasan standing pouch 0,10 mm. Usulan dan prioritas perbaikan diharapkan membantu Usaha Keripik Tempe Rohani untuk meningkatkan kualitas produk serta meningkatkan kepuasan konsumen
Strategi Mitigasi Risiko Rantai Pasok Proses Produksi Keripik Apel Menggunakan Metode Fuzzy FMEA dan Fuzzy ANP.
Kota Batu merupakan daerah penghasil buah apel terbesar di Indonesia dengan produksi sekitar 55.891 ton. Keberhasilan Kota Batu dalam membudidayakan tanaman apel menjadikannya sebagai sentra pengolahan keripik apel yang memiliki potensi besar sebagai produk unggul daerah, sehingga memberikan peluang UKM dalam pengolahan pangan berbasis apel salah satunya keripik apel. Keripik buah adalah jenis makanan olahan dari buah-buahan yang memiliki pangsa pasar domestik hingga internasional. Bisnis pengolahan yang dijalankan UKM tidak terlepas dari kemungkinan adanya berbagai risiko yang terjadi. Permasalahan yang dihadapi UKM berkaitan dengan ketersediaan bahan baku. UKM harus menghasilkan produk yang memiliki standar kualitas tinggi dan jumlah bahan baku yang digunakan harus sesuai permintaan. Kondisi ini berdampak pada UKM kesulitan dalam menyediakan kembali produk dan memenuhi permintaan. Sedangkan masalah yang dihadapi pada distributor yaitu pengantaran produk tidak tepat waktu dan perlindungan produk yang tidak tepat menyebabkan produk dan kemasan mengalami kerusakan. Perlu dilakukan identifikasi dalam aliran rantai pasok agroindustri keripik apel. Analisis risiko menjadi salah satu pendekatan untuk mengidentifikasi, menilai, dan menentukan langkah-langkah strategis untuk mengurangi risiko yang terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manajemen rantai pasok keripik apel, mengidentifikasi kejadian dan sumber risiko rantai pasok keripik apel, dan menentukan strategi mitigasi dalam mengurangi risiko rantai pasok keripik buah apel di UKM Arjuno 999 di Kota Batu.
Strategi mitigasi risiko rantai pasok didasarkan pada risiko yang telah dianalisis sebelumnya, sehingga terbentuk alternatif strategi prioritas pada setiap level. Prioritas strategi mitigasi risiko supply chain di tingkat pengepul yaitu, penjadwalan pemesanan dan pengiriman (A3) (0,390), Melakukan pelatihan pemasaran digital (B2) (0,067), Penetapan kriteria pemasok sesuai standar (C2) (0,156 ), Pendampingan SDM (D2) (0,051), Meningkatkan koordinasi, efisiensi dan efektivitas pelayanan dalam pemasaran produk (E3) (0,223), Membangun stabilitas internalisasi kelembagaan (F2) (0,088), Pencatatan laporan keuangan (G1) (0,095). Pada level Manufaktur yaitu penerapan standar operasional prosedur (SOP) (A2) (0,054), melakukan pemeliharaan dan perawatan alat dan mesin (B2) (0,048), bekerjasama dengan pemasok atau mitra bisnis lainnya (C1) (0,166), Pendampingan SDM (D1) (0,041), Meningkatkan koordinasi, efisiensi dan efektivitas pelayanan dalam pemasaran produk (E3) (0,233), penguatan lembaga usaha mandiri (F1) (0,061), pencatatan laporan keuangan (G1) (0,095). Pada level distribusi yaitu Penjadwalan pemesanan produk ke Arjuna 999 (A1) (0,095), Menggunakan alat bantu pencatatan (B1) (0,097), Meningkatkan informasi tentang keinginan konsumen terhadap produk (C2) (0,156), Pendampingan SDM (D1) (0,097), Penggunaan transportasi yang tepat dan trayek (E3) (0,030), Penguatan kelembagaan usaha mandiri (F1) (0,080)
Analisis Pengendalian Kualitas pada Proses Produksi Pie Susu Dhian Rasa Original dengan Menggunakan Metode Six Sigma (Studi Kasus Pada CV. Dhian Mandiri di Gianyar).
Pie susu merupakan salah satu produk oleh-oleh khas daerah Bali. CV.
Dhian Mandiri memproduksi merek Pie Susu Dhian dan memiliki kapasitas
produksi hingga 25.000 buah per hari. Produk yang paling digemari yaitu pie
susu rasa original. Namun terdapat masalah pada proses produksi yaitu masih
terdapat produk cacat hancur, patah, gosong. Diperlukan adanya analisis
pengendalian kualitas menggunakan suatu metode untuk meminimasi produk
cacat.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi dan menganalisis jenis
cacat pada proses produksi pie susu rasa original. (2) menentukan nilai six sigma
pada proses produksi pie susu rasa original (3) Memberikan alternatif perbaikan
untuk meminimasi jumlah cacat proses produksi pie susu rasa original. Penelitian
dilakukan di CV. Dhian Mandiri di kota Gianyar-Bali. Sampel penelitian diambil
selama 5 hari kerja dengan total sampel 500. Metode penelitian ini menggunakan
Six Sigma dengan tahapan DMAIC dan dilanjutkan analisis Failure Mode and
Effect Analysis (FMEA) untuk menilai faktor penyebab cacat yang memiliki resiko
tertinggi untuk segera diambil langkah perbaikan.
Hasil penelitian didapatkan jenis cacat tertinggi yaitu cacat hancur 63%.
Analisis nilai sigma didapatkan DPMO sebesar 128,000. Kualitas proses
produksi pie susu original mencapai nilai 2,63 sigma. Usulan perbaikan pertama
mengganti kursi pekerja di unit penjepitan, menempel SOP pada setiap unit
proses, melakukan pelatihan pekerja terutama pada unit pencetakan cangkang
pie dan maintenance peralatan yang rusak
Strategi Pengendalian Proses Produksi Keripik Kentang Dengan Integrasi Metode Six Sigma DMAIC, Quality Function Deployment dan Analytical Hierarchy Process
Kentang merupakan salah satu komoditas hortikultura yang potensial di
Kota Batu dengan trend peningkatan produksi sampai tahun 2019. Kondisi ini
didukung dengan peluang tumbuhnya industri pengolahan keripik kentang untuk
meningkatkan nilai tambah kentang. UKM Agronas Gizi Food (AGF) salah satu
UKM potensial yang memproduksi keripik kentang dengan merk “Gizi Food”
dengan kapasitas produksi 50 kg kentang perhari oleh 8 orang pekerja di bidang
produksi dan pemasaran. Produk Keripik kentang “Gizi Food” yang dihasilkan
dengan rasa original dan 3 ukuran kemasan keripik kentang. Kualitas keripik
kentang dilihat dari warna, bentuk, kerenyahan dan keutuhan dari keripik kentang
agar dapat bersaing dengan kompetitor.
Permasalahan kualitas keripik kentang di UKM AGF antara lain pada warna
keripik kentang, keutuhan bentuk, kerenyahan dan konsistensi ukuran. Kecacatan
keripik kentang pada aspek warna, terdapat kentang yang coklat dikarenakan
proses pengeringan tidak maksimal. Kualitas keripik kentang pada aspek
keutuhan, yaitu kecacatan berupa tidak utuh/remuk disebabkan proses
pengemasan yang kurang hati-hati dari tenaga kerja. Pada aspek konsistensi
ukuran, keragaman ukuran keripik tidak konsisten akibat perajangan dengan
menggunakan pisau yang kurang tajam. Pada aspek kerenyahan, keripik kentang
mengalami kecacatan pada proses penjemuran. Jika kondisi ini dibiarkan, akan
berdampak buruk terhadap perusahaan akibat penurunan kualitas produk. Tujuan
dari penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor yang menyebabkan kerusakan
pada proses produksi keripik kentang dengan Six Sigma, menentukan Atribut
dalam perbaikan kualitas keripik kentang dengan QFD dan menentukan prioritas
strategi pengendalian proses produksi keripik kentang dengan AHP di UKM AGF.
Metode penelitian ini adalah integrasi antara Six Sigma define, measure,
analyze, improve, control (DMAIC), Quality Function Deployment (QFD) dan
Analytical Hierarchy Process (AHP). Responden dalam penelitian ini adalah
konsumen pada metode QFD dan responden ahli pada metode AHP. Variabel
pengukuran Six Sigma DMAIC adalah warna, kerenyahan, keutuhan, dan
konsistensi ukuran; variabel QFD adalah kerenyahan keripik, aroma keripik, warna
keripik, keutuhan bentuk, konsistensi ukuran, kesesuaian berat kemasan,
kesesuaian bentuk keripik; dan variabel AHP adalah perawatan alat sealer secara
berkala, optimasi proses pengeringan, penerapan standar kualitas bahan dengan
baik, pengaturan beban dan tanggung jawab tenaga kerja, peningkatan kualitas
keterampilan tenaga kerja. Luaran Six Sigma adalah meminimasi kecacatan
produk pada proses produksi keripik kentang, pada QFD menentukan perbaikan
kualitas keripik kentang berdasarkan suara konsumen dan metode AHP adalah
menentukan prioritas perbaikan kualitas keripik kentang. Integrasi tiga metode ini
bertujuan untuk menganalisis kecacatan produk dari proses produksi
menggunakan six sigma DMAIC dan menentukan atribut perbaikan kualitas
dengan metode QFD serta memprioritaskan alternatif perbaikan menggunakan
metode AHP.
Hasil analisis Pareto pada metode Six Sigma terdapat dua kecacatan
utama yaitu kerenyahan keripik 48,4% dan konsistensi ukuran keripik 33,2%.
Jumlah sampel sebanyak 4.000 gr dan produk cacat sebanyak 709,7gr, maka hasil
perhitungan Defect per Unit (DPU) sebesar 0.177425 dan DPMO sebesar 177.425
dikonversi menjadi nilai sigma sebesar 2,43 yang di atas standar nilai Indonesia
sebesar 2.0 perlu untuk mempertahankan atau meningkatkan dengan mengurangi
kecacatan pada aspek kerenyahan dan konsistensi ukuran keripik kentang.
Analisis menggunakan diagram fishbone dengan hasil sebab ketidakrenyahan
keripik diakibatkan tiga faktor yaitu yaitu tenaga kerja (overload beban tenaga kerja
dan keterbatasan tenaga kerja), metode (panas impulse kurang stabil dan proses
pengeringan tidak optimal) dan bahan baku (kecacatan pada kentang) dan sebab
ketidakkonsisten ukuran keripik diakibatkan dari 3 faktor tenaga kerja
(keterbatasan tenaga kerja dan kurangnya keterampilan tenaga kerja), metode
(ketidaktelitiannya dalam proses grading) dan bahan baku (kurang ketatnya
standar kualitas).
Hasil analisis fishbone diagram menjadi respon teknis QFD yang
mempunyai bobot sesuai prioritas adalah optimasi proses pengeringan (0,263),
penerapan standar kualitas bahan dengan baik (0,246), perawatan sealer secara
berkala (0,202), peningkatan kualitas keterampilan tenaga kerja (0,184) dan
pengaturan beban dan tanggung jawab tenaga kerja (0,105). Kepentingan
konsumen untuk metode QFD yang telah ditentukan sesuai bobot adalah
kerenyahan keripik (0,149), keutuhan bentuk keripik (0,146) kesesuaian bentuk
keripik (0,143), kesesuaian berat kemasan (0,142), warna keripik (0,141),
konsistensi ukuran (0,139), dan aroma keripik (0,137). Hasil analisis metode AHP
pada prioritas strategi perbaikan sesuai dengan nilai bobotnya adalah kerenyahan
keripik (0,409), warna keripik (0,221), keutuhan bentuk keripik (0,142), konsistensi
ukuran (0,090), aroma keripik (0,056), kesesuaian berat kemasan (0,053),
kesesuaian bentuk keripik (0,028). Adapun prioritas strategi alternatif pada
perbaikan kualitas keripik kentang dengan nilai bobotnya adalah optimasi proses
pengeringan (0,304), perawatan alat sealer secara berkala (0,269), peningkatan
kualitas keterampilan tenaga kerja (0,174), penerapan standar kualitas bahan
dengan baik (0,166), pengaturan beban dan tanggung jawab tenaga kerja (0,087).
UKM AGF perlu melakukan perbaikan kualitas proses produksi khususnya terkait
kerenyahan dan konsistensi ukuran dengan berfokus pada optimasi proses
pengeringan dan peningkatan kualitas keterampilan tenaga kerja pada proses
grading dan pengemasan
Evaluasi Kinerja dan Nilai Tambah Rantai Pasok Kelapa Sawit (Studi Kasus Di PT. Johan Sentosa, Kabupaten Kampar)
PT. Johan Sentosa merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan dan pabrik kelapa sawit di Kabupaten Kampar. Kapasitas produksinya PT Johan Sentosa sebesar 50 ton per jam. Selama ini tidak ada penelusuran dari bahan baku yang didapat oleh perusahaan sehingga perusahaan sulit melakukan pengawasan terhadap bahan baku untuk menjamin kualitasnya. Selain itu tingkat efisiensi rantai pasok kelapa sawit ini tergolong masih rendah, Tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisis kondisi rantai pasok kelapa sawit di Kabupaten Kampar dan menganalisis kinerja dan nilai tambah rantai pasok kelapa sawit PT. Johan Sentosa di Kabupaten Kampar.
Metode-metode yang digunakan dalam mengukur kinerja rantai pasok dalam penelitian ini yaitu Supply Chain Operation Reference (SCOR). Pengukuran nilai tambah pada rantai pasok ini menggunakan metode Hayami. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah produk kelapa sawit, anggota rantai pasok, harga kelapa sawit, nilai tambah, biaya distribusi, tenaga kerja, harga bahan baku, dan pendapatan. Responden pakar yang digunakan adalah petani, tengkulak, dan kepala bagian tata usaha PT. Johan Sentosa.
Mekanisme rantai pasok kelapa sawit PT. Johan Sentosa di Kabupaten Kampar dimulai dari penyediaan tandan buah segar kelapa sawit oleh petani, distribusi kelapa sawit oleh Tengkulak, dan sektor pengolahan hingga diolah menjadi crude palm oil (CPO) di Pabrik Kelapa Sawit Johan Sentosa dan konsumen. Anggota rantai pasok kelapa sawit di Kabupaten Kampar terdiri dari petani, pedagang pengumpul (tengkulak), dan industri pengolahan (PT Johan Sentosa). Hasil penilaian terhadap evaluasi rantai pasok kelapa sawit pada substansi perkebunan dan pabrik pengolahan, diketahui bahwa tingkat performa kinerja berada pada tingkat baik. Analisis nilai tambah pada aktivitas rantai pasok dilakukan pada tingkat tengkulak dan PT Johan Sentosa. Nilai tambah dari tengkulak ke PT Johan Sentosa yaitu sebesar Rp. 110/kg dengan rasio nilai tambah senilai 6%. Nilai tambah yang dimiliki oleh PT Johan sentosa sebesar Rp.670/kg dengan rasio nilai tambah 24%
Analisis Kinerja Efisiensi Kelembagaan Rantai Pasok Menggunakan Pendekatan Data Envelopment Analysis (Studi Kasus Pada Klaster Agroindustri Keripik Kentang di Kota Batu-Jawa Timur)
Klaster agroindustri keripik kentang merupakan salah satu
kelompok UMKM yang sedang mengalami perkembangan di
Kota Batu. Terdapat dua jenis klaster yang terbentuk yaitu skala
kecil meliputi UKM Rama, Gizi Food, Rimbaku, dan Istana serta
skala mikro meliputi UKM Dua Gajah, Santoso, Asli, Super, dan
Sri Rejeki Jaya. Pada kondisi eksisting tahun 2020-2021, klaster
agroindustri keripik kentang memiliki kendala dalam
menjalankan operasinya yaitu adanya ketidakseimbangan
jumlah penjualan dengan produksi yang dihasilkan karena
dampak dari pandemi sehingga mempengaruhi penurunan
permintaan, kesulitan dalam pemasaran produk hingga
penurunan kinerja usaha yang berdampak pada penurunan
keuntungan sehingga perlu dilakukan perbaikan. Salah satu
upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki dan
meningkatkan kinerja usaha adalah meningkatkan kinerja
efisiensi kelembagaan rantai pasok yang sedang dijalankan.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kondisi terbaru
rantai pasok pada klaster agroindustri keripik kentang di Bulan
Maret 2022. Tujuan penelitian yaitu mengetahui variabel input
apa yang paling berpengaruh terhadap kinerja efisiensi rantai
pasok, menganalisis nilai kinerja efisiensi, dan usulan strategi
perbaikannya. Metode penelitian yang digunakan adalah Data
Envelopment Analysis (DEA) model Charnes, Cooper, dan
Rhodes (CCR/CRS) dengan variabel input (cash to cash cycle
time, lead time, flexibility, total cost) dan output (kesesuaian
dengan standar mutu, pemenuhan pesanan, kinerja pengiriman,
dan pendapatan). Analisis pengukuran pada penelitian ini
didasarkan pada orientasi input dan dilakukan terhadap dua alur rantai pasok yaitu alur pemasok utama ke UKM dan UKM ke
retailer utamanya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi kelembagaan
rantai pasok pada klaster agroindutri keripik kentang selama
Bulan Maret 2022 berada pada kondisi inefisien sebesar
88,89% dari alur pemasok ke UKM, sedangkan dari alur UKM
ke retailer sudah berjalan cukup baik mencapai 55,56%.
Diketahui bahwa variabel input yang paling berpengaruh
terhadap kinerja efisiensi dari alur pemasok utama ke UKM
adalah fleksibilitas pengiriman bahan baku diikuti variabel cash
to cash cycle time. Alur UKM ke retailer utamanya dipengaruhi
oleh variabel input biaya total rantai pasok diikuti variabel
fleksibilitas dan cash to cash cycle time. Penggunaan variabel
input (sumberdaya) yang terlalu tinggi menjadi penyebab
rendahnya nilai kinerja efisiensi pada klaster agroindustri.
Usulan perbaikan yang disarankan untuk memperbaiki kinerja
efisiensi kelembagaan rantai pasok yaitu meminimalkan
penggunaan sumberdaya atau variabel input untuk
memaksimalkan nilai output dengan memperkuat hubungan
antar mata rantai dalam rantai pasokan, memperbaiki
perencanaan produksi (manajemen persediaan, penjualan, dan
pembelian bahan baku), memperbaiki peramalan penjualan, dan
meningkatkan inovasi serta strategi dalam pemasaran untuk
meningkatkan penjualan dan daya saing produk
Analisis Evaluasi Kinerja Rantai Pasok dengan Metode Supply Chain Operation Reference dan Analitycal Hierarchy Process (Studi Kasus di PT. Putra Jaya Nanas, Kabupaten Blitar).
Nanas (Ananas comosus (L.) Merr) merupakan tanaman holtikultura yang banyak tumbuh dan tersebar di Indonesia. Salah satu sentra produksi buah nanas di Jawa Timur berada di Kabupaten Blitar Kecamatan Ponggok yang pada tahun 2019 mencapai 29.636,9 ton buah nanas. PT. Putra Jaya Nanas adalah salah satu perusahaan yang mengolah bahan baku nanas menjadi produk unggulan yakni minuman sari buah nanas dengan merk “Segarrr”. Kapasitas dalam satu kali produksi mencapai 50-55 kardus yang setiap kardus berisi 32 cup minuman sari buah nanas berukuran 120 ml. Aktivitas rantai pasok minuman sari buah nanas dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas produk. Permasalahan rantai pasok terjadi pada supplier, perusahaan dan distributor. Tujuan dari penelitian untuk menganalisis kinerja rantai pasok dan menentukan bobot kinerja rantai pasok.
Metode dalam mengukur kinerja rantai pasok menggunakan model Supply Chain Operation Reference (SCOR) dan Analitycal Hierarchy Process (AHP). Model SCOR digunakan untuk menilai kinerja dari rantai pasok menyeluruh pada PT. Putra Jaya Nanas, sedangkan metode AHP sebagai dasar menentukan tingkat kepentingan relatif. Output indikator SCOR digunakan sebagai input AHP untuk mendapatkan bobot global/relatif yang digunakan dalam mengukur kinerja keseluruhan. Responden pakar yang digunakan ada 8 orang yaitu 1 orang tengkulak nanas, 6 orang pekerja PT. Putra Jaya Nanas (1 orang pemilik perusahaan, 1 orang admin, 3 orang bagian produksi dan 1 orang quality control) dan 1 orang distributor.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat Key Performance Indicator (KPI) yang terbagi atas tiap proses utama SCOR yaitu Plan, Source, Make, Deliver, Return dan atributnya Reliability, Responsiveness, Agility. Bobot tingkat kepentingan tertinggi level 1 pada proses source, level 2 adalah atribut responsiveness pada proses return, dan level 3 pada KPI hubungan internal antar bagian dalam perusahaan memengaruhi perencanaan (P.1.1), Kecepatan tenaga kerja bagian produksi (M.2.1), waktu yang dibutuhkan mulai dari permintaan sampai barang diterima pelanggan (D.2.1), waktu yang dibutuhkan dalam mengganti produk (R.2.1). Analisis pengukuran warna merah menunjukkan kinerja perlu diperbaiki, kuning artinya kinerja perlu ditingkatkan serta hijau artinya kinerja sudah baik, perlu dipertahankan dan dari 19 KPI yang memperoleh kinerja warna merah dan average performance ada 4 KPI yaitu Kecepatan tenaga kerja melakukan kegiatan perencanaan (P.2.2), jumlah produk cacat yang terjadi pada proses produksi (M.1.1), Kecepatan tenaga kerja bagian produksi (M.2.1) dan waktu yang dibutuhkan dalam mengganti produk (R.2.1). Nilai kinerja keseluruhan dari rantai pasok sebesar 73,340 menunjukkan warna kuning dan good performance artinya kinerja rantai pasok perusahaan sudah baik dan perlu ditingkatkan agar kinerja semakin teratur dan terarah serta dapat meningkatkan produktivitas perusahaan. Beberapa upaya untuk meningkatkan kinerja rantai pasok minuman sari buah nanas di PT. Putra Jaya Nanas dengan memperbaiki kinerja yang memiliki nilai KPI terendah yaitu dari supplier menambah relasi petani nanas, manufaktur melakukan penambahan tenaga kerja khusus, pengembangan tenaga kerja, perawatan terhadap mesin, analisis persediaan dengan baik, dan memiliki persediaan produk yang cukup serta distributor menambah persediaan
Analisis Mitigasi Risiko Rantai Pasok Proses Produsi Keju Mozarella dengan Metode House of Risk dan Interpretive Structural Modeling (Studi Kasus di PT. Mazaraat Lokanatura Indonesia,Yogyakarta)
Susu merupakan produk pangan yang memiliki nilai gizi tinggi, tetapi dapat mengalami penurunan kualitas jika tidak segera dikonsumsi sehingga membutuhkan upaya untuk memperpanjang umur simpan dan meningkatkan nilai produk salah satunya adalah keju mozzarella. PT. Mazaraat Lokanatura Indonesia merupakan salah satu UKM di Yogyakarta yang memproduksi keju mozarella. PT. Mazaraat Lokanatura Indonesia perlu memperhatikan manajemen rantai pasok agar aktivitas rantai pasok dapat berjalan secara efektif dan efisien. Faktanya aktivitas rantai pasok memiliki risiko yang dapat memberikan dampak negatif. Dalam menghadapi permasalahan tersebut, PT. Mazaraat Lokanatura Indonesia perlu menerapkan manajemen risiko rantai pasok untuk mengurangi masalah yang dapat timbul. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi risiko, menganalisis korelasi antar agen risiko, dan memberikan prioritas strategi mitigasi yang tepat pada rantai pasok proses produksi keju mozarella PT. Mazaraat Lokanatura Indonesia.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah House of Risk (HOR) dan Interpretive Structural Modeling (ISM). Metode HOR dibagi menjadi 2 tahap, yaitu HOR 1 dan HOR 2. HOR 1 digunakan untuk mengidentifikasi risiko dan menentukan prioritas agen risiko berdasarkan nilai Aggregat Risk Potential (ARP). ISM digunakan untuk untuk menganalisis keterkaitan antar agen risiko. HOR 2 akan menentukan prioritas tindakan mitigasi risiko yang dapat dilakukan oleh perusahaan. Penggunaan metode HOR dan ISM diharapkan dapat mengurangi atau menghilangkan risiko yang terjadi pada rantai pasok proses produksi keju mozarella sehingga rantai pasok dapat lebih efektif dan efisien.
Hasil penelitian diperoleh 22 kejadian risiko terindetifikasi yang terdiri dari 9 kejadian risiko pada pihak supplier dan 13 kejadian risiko pada pihak manufacturer. Hasil dari HOR 1 didapatkan 11 agen risiko prioritas. Pada ISM, agen risiko prioritas terbagi menjadi 3 level, yaitu bottom level, middle level, dan top level. Hasil HOR 2 diperoleh 8 strategi mitigasi risiko. Urutan prioritas strategi mitigasi risiko, yaitu menerapkan SOP stock opname (PA2), memperbaiki manajemen pemeliharaan dan pakan sapi (PA1), menerapkan perawatan serta pengecekan mesin dan peralatan secara rutin (PA6), melakukan pengecekan bahan baku sebelum diterima dari supplier (PA7), memberikan penyuluhan kepada supplier terkait pemeliharaan sapi (PA5), menerapkan perawatan dan pengecekan alat transportasi secara rutin (PA4), menggunakan sistem pencatatan pesanan berbasis aplikasi (PA8), dan memberikan edukasi atau pelatihan terkait pemerahan sapi (PA3). Usulan strategi mitigasi risiko tersebut diharapkan dapat dipertimbangkan untuk mengurangi risiko rantai pasok proses produksi keju mozarella dan dapat meningkatkan kualitas dari produk keju yang dihasilkan
Analisis Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Konsumen Dengan Metode SERVQUAL dan Importance Performance Analyasis (Studi Kasus di Moshi-Moshi Ramen, Malang)
Perkembangan Industri jasa Kota Malang beberapa tahun belakangan ini mengalami
peningkatan, salah satunya adalah restoran. Moshi-moshi Ramen merupakan salah satu
restoran di Kota Malang yang cukup digemari karena memiliki cita rasa dari negeri sakura
dengan harga yang terjangkau. Restoran ini menerima beberapa kritik terkait pelayanan
yang diberikan, diantaranya adalah waktu penyajian makanan yang cukup lama,
terbatasnya tempat parkir serta penataan kursi dan meja yang kurang efisien sehingga
membuat beberapa pengunjung harus menunggu untuk mendapatkan pelayanan di Moshi-
moshi Ramen. Hal tersebut dapat mempengaruhi kepuasan konsumen terhadap Moshi-
moshi Ramen. Baik atau buruknya kualitas tergantung pada pelayanan yang diberikan
sehingga pelayanan perlu dikembangkan dan diperbaiki sesuai metode yang ada. Tujuan
penelitian ini adalah menganalisa tingkat kepuasan konsumen terhadap kualitas pelayanan
dan menentukan atribut yang menjadi prioritas utama dalam meningkatkan pelayanan pada
restoran Moshi-moshi Ramen
Analisis Evaluasi Kinerja Rantai Pasok dengan Metode Supply Chain Operation Reference dan Analitycal Hierarchy Process (Studi Kasus di PT. Putra Jaya Nanas, Kabupaten Blitar)
Nanas (Ananas comosus (L.) Merr) merupakan tanaman holtikultura yang banyak tumbuh dan tersebar di Indonesia. Salah satu sentra produksi buah nanas di Jawa Timur berada di Kabupaten Blitar Kecamatan Ponggok yang pada tahun 2019 mencapai 29.636,9 ton buah nanas. PT. Putra Jaya Nanas adalah salah satu perusahaan yang mengolah bahan baku nanas menjadi produk unggulan yakni minuman sari buah nanas dengan merk “Segarrr”. Kapasitas dalam satu kali produksi mencapai 50-55 kardus yang setiap kardus berisi 32 cup minuman sari buah nanas berukuran 120 ml. Aktivitas rantai pasok minuman sari buah nanas dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas produk. Permasalahan rantai pasok terjadi pada supplier, perusahaan dan distributor. Tujuan dari penelitian untuk menganalisis kinerja rantai pasok dan menentukan bobot kinerja rantai pasok.
Metode dalam mengukur kinerja rantai pasok menggunakan model Supply Chain Operation Reference (SCOR) dan Analitycal Hierarchy Process (AHP). Model SCOR digunakan untuk menilai kinerja dari rantai pasok menyeluruh pada PT. Putra Jaya Nanas, sedangkan metode AHP sebagai dasar menentukan tingkat kepentingan relatif. Output indikator SCOR digunakan sebagai input AHP untuk mendapatkan bobot global/relatif yang digunakan dalam mengukur kinerja keseluruhan. Responden pakar yang digunakan ada 8 orang yaitu 1 orang tengkulak nanas, 6 orang pekerja PT. Putra Jaya Nanas (1 orang pemilik perusahaan, 1 orang admin, 3 orang bagian produksi dan 1 orang quality control) dan 1 orang distributor.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat Key Performance Indicator (KPI) yang terbagi atas tiap proses utama SCOR yaitu Plan, Source, Make, Deliver, Return dan atributnya Reliability, Responsiveness, Agility. Bobot tingkat kepentingan tertinggi level 1 pada proses source, level 2 adalah atribut responsiveness pada proses return, dan level 3 pada KPI hubungan internal antar bagian dalam perusahaan memengaruhi perencanaan (P.1.1), Kecepatan tenaga kerja bagian produksi (M.2.1), waktu yang dibutuhkan mulai dari permintaan sampai barang diterima pelanggan (D.2.1), waktu yang dibutuhkan dalam mengganti produk (R.2.1). Analisis pengukuran warna merah menunjukkan kinerja perlu diperbaiki, kuning artinya kinerja perlu ditingkatkan serta hijau artinya kinerja sudah baik, perlu dipertahankan dan dari 19 KPI yang memperoleh kinerja warna merah dan average performance ada 4 KPI yaitu Kecepatan tenaga kerja melakukan kegiatan perencanaan (P.2.2), jumlah produk cacat yang terjadi pada proses produksi (M.1.1), Kecepatan tenaga kerja bagian produksi (M.2.1) dan waktu yang dibutuhkan dalam mengganti produk (R.2.1). Nilai kinerja keseluruhan dari rantai pasok sebesar 73,340 menunjukkan warna kuning dan good performance artinya kinerja rantai pasok perusahaan sudah baik dan perlu ditingkatkan agar kinerja semakin teratur dan terarah serta dapat meningkatkan produktivitas perusahaan. Beberapa upaya untuk meningkatkan kinerja rantai pasok minuman sari buah nanas di PT. Putra Jaya Nanas dengan memperbaiki kinerja yang memiliki nilai KPI terendah yaitu dari supplier menambah relasi petani nanas, manufaktur melakukan penambahan tenaga kerja khusus, pengembangan tenaga kerja, perawatan terhadap mesin, analisis persediaan dengan baik, dan memiliki persediaan produk yang cukup serta distributor menambah persediaan