9 research outputs found

    Kompatibilitas Lima Kultivar Rootstock Dan Pengaruhnya Terhadap Penampilan Agronomi Dan Morfologi Batang Atas Pada Produksi Benih Semangka (Citrullus Lanatus L.)

    Get PDF
    Semangka (Citrullus lanatus L.) merupakan tanaman hortikultura yang tergolong kedalam famili Cucurbitaceae dan berkhasiat bagi tubuh. Terdapat peningkatan rata-rata konsumsi semangka tahun 2018-2021 (BPS, 2021). Sementara itu produksi buah semangka menurun pada tahun 2021 turun menjadi 414,242.39 ton (FAO, 2022). Teknologi yang dapat diterapkan untuk mengatasi permasalahan tersebut yakni penggunaan benih semangka unggul dan berkualitas. Terdapat beragam permasalahan dalam produksi benih semangka, salah satunya adalah lahan yang terdegradasi akibat penggunaan secara terus menerus atau intensif. Perbaikan lahan membutuhkan waktu yang lama dan tidak efisien, sehingga penggunaan rootstock melalui metode grafting dapat menjadi salah satu alternatif penyelesaian. Penggunaan rootstock memiliki keunggulan terhadap cekaman biotik dan abiotik. Ini juga memberikan kekuatan akar dalam menyerap unsur hara dan mineral. Hal ini berdampak positif untuk mendorong pertumbuhan dan dapat secara efisien meningkatkan hasil, kualitas buah dan kualitas benih. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kompatibilitas lima jenis rootstock serta pengaruhnya terhadap karakter agronomi dan morfologi batang atas. Penelitian dilaksanakan pada Bulan Agustus 2023 hingga Bulan Desember 2023 di lahan milik PT. BISI International Tbk. yang berlokasi di Desa Pujon Lor Kecamatan Pujon Kabupaten Malang. Penelitian dilakukan menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 1 faktor yaitu kultivar rootstock yang diulang 4 kali. Terdapat 1 perlakuan kontrol (R0) dan 5 taraf perlakuan kultivar rootstock yaitu Semangka liar (R1), Ojakgyo A) (R2), Sintosa x Goldtosa (R3), Gangse A (R4), Gangse B (R5). Materi batang atas yang digunakan dalam penelitian ini adalah semangka W8447A. Variabel pengamatan terdiri dari 4 karakter kompatibilitas, 10 karakter karakter agronomi dan 4 karakter karakter morfologi. Data pengamatan kompatibilitas dianalisis berdasarkan nilai maksimum, nilai minimum, rata-rata, simpangan baku dan koefisien keragaman. Data agronomi dianalisis menggunakan uji F dengan taraf 5% dan apabila berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%. Data morfologi dianalisis menggunakan analisis deskriptif yang kemudian dihitung skor masingmasing perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan lima kultivar rootstock kompatibel dengan batang atas. Rootsock Gangse B (R5) menunjukkan persentase grafting tertinggi diikuti oleh umur daun sejati pertama paling awal berdasarkan nilai rata-rata. Rootstock Ojakgyo A (R2) menunjukkan panjang batang atas tertinggi berdasarkan nilai rata-rata. Penggunaan rootstock berpengaruh terhadap beberapa karakter agronomi seperti diameter batang, umur mekar bunga jantan,jumlah biji per buah dan bobot biji per buah. Penggunaan rootstock Sintosa x Goldtosa (R3) dapat meningkatkan diameter batang. Lima kultivar rootstock menyebabkan bunga jantan pertama mekar lebih lama jika dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Roostock Ojakgyo A (R2) dan Gangse A (R4) meningkatkan jumlah biji per buah. Lima kultivar rootstock meningkatkan bobot biji per buah secara signifikan. Penggunaan lima kultivar rootstock tidak berpengaruh terhadap warna kulit buah dan bentuk buah

    Keragaman dan Korelasi Karakteristik Biji dengan Mutu Fisik dan Perkecambahan Pada Tujuh Genotipe Kacang Hijau (Vigna radiata L.)

    No full text
    Kacang hijau merupakan komoditas pertanian yang penting. Menurut data BPS Jawa Timur, produksi kacang hijau di Jawa Timur pada tahun 2013-2017 mengalami fluktuasi yang disebabkan beberapa faktor, salah satu faktor yang signifikan adalah kurangnya benih berkualitas baik. Peningkatan produksi dan kualitas tanaman kacang hijau perlu dilakukan untuk memenuhi permintaan pasar. Peningkatan hasil tanaman kacang hijau dapat diupayakan melalui pemuliaan tanaman secara berkelanjutan. Kegiatan pemuliaan tanaman yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan identifikasi keragaman karakter. Untuk mengetahui adanya hubungan antara karakteristik biji dengan mutu fisik dan perkecambahan perlu dilakukan analisis korelasi. Korelasi antar karakter merupakan salah satu parameter genetik yang perlu diketahui untuk mempermudah menentukan karakter yang dianggap unggul. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari keragaman pada karakteristik biji dan mempelajari korelasi antara karakteristik biji terhadap mutu fisik dan perkecambahan pada kacang hijau. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan November hingga Desember 2022 di Laboratorium Pemuliaan Tanaman Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Bahan yang digunakan yaitu 4 benih kacang hijau genotipe lokal yaitu genotipe Lenteng, Guluk-guluk dan Ambunten yang berasal dari beberapa kecamatan di Kabupaten Sumenep Madura, genotipe lokal Gombong dari Kebumen Jawa Tengah dan 3 Varietas unggul yaitu VIMA 1, VIMA 2 dan VIMA 4 yang berasal dari Balitkabi. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tujuh perlakuan genotipe kacang hijau yang masing-masing diulang sebanyak empat kali sehingga menghasilkan 28 satuan percobaan. Variabel pengamatan untuk karakter fisik biji kacang hijau mencakup bentuk biji, warna kotiledon, tekstur biji, panjang biji, lebar biji, tebal biji, diameter geometrik biji, derajat kebulatan biji, volume dan luas permukaan biji. Variabel pengamatan untuk mutu fisik biji meliputi tingkat kemurnian benih, bobot 1000 butir dan kadar air benih. Variabel pengamatan untuk perkecambahan yaitu persentase perkecambahan, laju perkecambahan, nilai puncak perkecambahan. Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini yaitu analisis keragaman (anova), uji lanjut DMRT dan analisis korelasi. Karakteristik biji pada tujuh genotipe kacang hijau memiliki keragaman pada warna dan teksturnya yaitu pada genotipe Ambunten yang memiliki warna hijau gelap dan VIMA 2 serta VIMA 4 yang memiliki tekstur mengkilap pada permukaan bijinya. Kacang hijau genotipe lokal Guluk-guluk memiliki karakter biji yang sama dengan VIMA 4 pada karakter kuantitatif dan mutu fisik benih. Kacang hijau genotipe lokal memiliki daya kecambah yang cukup tinggi dan tidak kalah jika dibandingkan dengan varietas unggul sertan memiliki laju perkecambahan yang lebih cepat daripada varietas unggul. Hasil analisis korelasi menunjukkan korelasi positif antara karakteristik biji dengan karakter bobot 1000 butir pada mutu fisik benih. Korelasi nyata yang bersifat positif terjadi antara karakteristik biji dengan laju perkecambahan dan korelasi negatif pada nilai puncak perecambahan

    Pengaruh Matriconditioning terhadap Peningkatan Viabilitas dan Vigor Benih Empat Galur Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus L.) dengan Masa Simpan Tiga Tahun.

    No full text
    Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus L.) adalah salah satu tanaman sumberdaya hayati yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai pengganti atau pendamping kacang kedelai. Salah satu permasalahan pada usaha tersedianya benih yang bermutu tinggi ialah deteriorasi atau kemunduran benih dari mutunya dengan tanda kualitas yang turun, viabilitas dan vigor rendah serta pertanaman yang kurang baik dan hasil yang menurun. Upaya untuk meningkatkan kembali mutu benih yang telah mengalami kemunduran selama penyimpanan adalah perlakuan invigorasi. Invigorasi yang umum digunakan adalah matriconditioning. Umumnya matriconditioning menggunakan media padat lembab seperti kalsium silikat, Micro-Cel E, zeolite, vermiculite dan alternatif media lain seperti abu gosok, arang sekam, pasir kuarsa, serbuk gergaji dan tanah andosol. Adapun tujuan dari kegiatan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1) mempelajari pengaruh kombinasi antara media matriconditioning dan galur terhadap peningkatan viabilitas dan vigor benih kecipir setelah penyimpanan selama tiga tahun, dan 2) mendapatkan kombinasi terbaik antara media matriconditioning dan galur untuk peningkatan viabilitas dan vigor benih kecipir yang telah mengalami kemunduran. Hipotesis dari kegiatan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1) terdapat pengaruh yang nyata akibat kombinasi antara media matriconditioning dan galur terhadap peningkatan viabilitas dan vigor benih kecipir setelah penyimpanan selama tiga tahun, dan 2) terdapat kombinasi terbaik antara media matriconditioning dan galur untuk meningkatkan viabilitas dan vigor benih kecipir yang telah mengalami kemunduran. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni-September 2023 di Laboratorium Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya dan penanaman di lahan yang berlokasi di di GreenHouse Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, yang terletak di Kelurahan Jatimulyo, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) faktor tunggal dengan 16 kombinasi perlakuan. Masing-masing kombinasi perlakuan diulang sebanyak 2 kali sehingga diperoleh 32 satuan unit percobaan. Pengamatan yang dilakukan meliputi pengamatan variabel viabilitas, variabel vigor, dan variabel pertumbuhan. Analisis data hasil pengamatan dilakukan dengan analisis sidik ragam. Bila hasil uji F menunjukkan pengaruh yang nyata dilakukan uji lanjutan denga menggunakan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh yang sangat nyata akibat kombinasi antara media matriconditioning dan galur terhadap peningkatan viabilitas dan vigor benih kecipir setelah penyimpanan selama tiga tahun pada variabel daya kecambah, keserempakan tumbuh, laju perkecambahan, indeks kecepatan perkecambahan, dan indeks vigor, serta berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan tanaman kecipir pada variabel panjang tanaman pada umur 30 HST, jumlah daun pada umur 20 HST, 30 HST, dan 40 HST dan waktu berbunga. Kombinasi terbaik antara media matriconditioning dan galur untuk meningkatkan viabilitas dan vigor benih kecipir yang telah mengalami kemunduran secara berurutan adalah serbuk gergaji + PLB 2.3, bubuk arang sekam + PLB 2.3, dan batu bata merah + MDM 1.2

    Eksplorasi dan Karakterisasi Morfologi Tanaman Kopi Robusta di Tiga wilayah Kabupaten Malang Jawa Timur

    No full text
    Kopi merupakan komoditas perkebunan yang memiliki daya tarik tersendiri, berbagai hasil olahan kopi menciptakan rasa dan aroma yang menarik bagi penggemarnya. Di indonesia kopi juga merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang dapat di ekspor di berbagai negara dan sumber pendapatan petani. Daerah penghasil kopi di Jawa Timur diantaranya yaitu Kabupaten Malang, Pasuruan, Banyuwangi, Bondowoso, Jember, dan Lumajang. Jumlah produksi terbesar di Jawa Timur yaitu di Kabupaten Malang dengan jumlah produksi mencapai 8.809 ton. Penelitian ini dilaksanakan di 3 kecamatan diantaranya yaitu Kecamatan Jabung, Wonosari, Karangploso. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah probablity sampling dengan metode sampling random berstrata. Penelitian ini dilaksanakan bulan April sampai Mei 2022. Data pengamatan yang diambil yaitu data kuantitatif dengan Tinggi tanaman, diameter batang, panjang daun, lebar daun, panjang biji, diameter biji, jumlah bunga sedangkan parameter kualitatif yang digunakan yaitu bentuk tanaman, bentuk daun, warna daun, bentuk ujung daun, bentuk pangkal daun, bentuk tepi daun, bentuk buah, bentuk percabangan, warna biji, dan bentuk biji. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pengumpulan data untuk mengetahui lokasi keberadaan tanaman kopi dan persebarannya di Kabupaten Malang dengan membuat pemetaan menggunakan software Google Earth. Analisis jarak genetik dianalisis menggunakan Agglomerative Hierarcichal Clustering (AHC) dan metode Unweighted Pair-Group Method with Arithmatic Averaging (UPGMA) dengan software SPSS versi 25. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa dari hasil koefisien variasi berdasarkan data kuantitatif memiliki nilai variasi yang seragam. Dari hasil analisis clustering menggunakan metode AHC (Analysis Hierarchical Clustering) didapatkan index disimilarity tertinggi sebesar 35,875 yang dimana hal tersebut menunjukan rendahnya tingkat keragaman pada 36 aksesi kopi robusta pada tiga kecamatan di Kabupaten Malang

    Identifikasi Keanekaragaman, Dominansi, Dan Jarak Genetik Pada Genus Rhizophora Di Kawasan Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya

    No full text
    Indonesia sebagai salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di dunia, memiliki kenekaragaman hayati laut yang sangat kaya. Salah satu jenis kekayaan hayati laut yang dimiliki oleh Indonesia adalah ekosistem hutan mangrove. Salah satu ekosistem hutan mangrove terbesar yang ada di Kota Surabaya adalah kawasan Ekowisata Mangrove Wonorejo. Saat ini kawasan mangrove ini sudah menjadi tempat wisata alam yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota Surabaya. Salah satu tanaman yang dominan ditanam di kawasan Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya adalah genus Rhizophora. Genus Rhizophora mempunyai keunikan yaitu memiliki akar tunjang yang memungkinkan tanaman ini tumbuh di substrat yang lembek dan berlumpur, yang tidak ideal untuk genus mangrove tegakan lainnya. Namun sayangnya penelitian genus Rhizophora ini masih jarang dilakukan dan deskripsi morfologi untuk genus Rhizophora ini masih sedikit jumlahnya. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya dengan dilakukan survei lapang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2022. Data pengamatan yang diambil yaitu data kuantitatif dengan panjang daun, lebar daun, rasio panjang lebar daun, panjang petiole, diameter batang, jumlah percabangan batang, dan tinggi akar tunjang, sedangkan parameter kualitatif yang digunakan yaitu warna daun, warna petiole, pola bintik daun, bentuk daun, warna batang, tekstur batang, dan struktur tegakan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pengumpulan data untuk mengetahui plot populasi genus Rhizophora yang bergerombol di kawasan Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya menggunakan aplikasi Google Earth. Analisis jarak genetik dianalisis menggunakan Agglomerative Hierarcichal Clustering (AHC) metode Unweighted Pair-Group Method with Arithmatic Averaging (UPGMA) dengan software SPSS versi 25. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa dari hasil koefisien variasi berdasarkan data kuantitatif memiliki nilai variasi yang rendah pada setiap parameter karakter kuantitatifnya. Dari hasil dendogram, didapatkan bahwa jarak euclidean antara cluster A (Rhizophora stylosa) dan cluster B (Rhizophora mucronata dan Rhizophora apiculata) terpaut jauh yaitu sebesar 25. Sedangkan dalam cluster B, pada sub- cluster B1 (Rhizophora apiculata) dan sub-cluster B2 (Rhizophora mucronata) memiliki jarak euclidean yang lebih dekat yaitu sebesar 20. Hal ini disebabkan karena spesies Rhizophora stylosa memiliki ciri pembeda yang cukup banyak dibandingkan kedua spesies lainnya. Dapat disimpulkan bahwa pada karakter kuantitatif, perbedaan antar spesiesnya tidak terlalu signifikan sehingga menggunakan karakter kualitatif untuk mengidentifikasi spesies genus Rhizophora adalah pilihan yang lebih baik

    Pengaruh Beberapa Varietas dan Interval Waktu Penyiraman Pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kangkung Darat (Ipomea reptana Poir).

    No full text
    Tanaman kangkung merupakan salah satu tanaman penting yang berada di kawasan Asia Tenggara dan Asia selatan. Faktor yang menjadi kendala dalam memproduksi tanaman kangkung darat adalah kemarau yang panjang yang dapat mengakibatkan terjadinya kekeringan. Cekaman kekeringan merupakan suatu kondisi dimana kadar air tanah berada pada kondisi yang minimum untuk pertumbuhan dan produksi tanaman. Salah satu faktor yang dapat dilakukan dalam peningkatan produksi tanaman kangkung darat yaitu memilih jenis varietas dan interval waktu penyiraman yang tepat. Penelitian dilakukan di green house STPP (Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian) yang berlokasi di Kelurahan Bedali Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Penelitian dilakukan pada Oktober sampai november 2022. Bahan yang digunakan adalah 3 varietas kangkung bangkok, rajawali, dan dampit, tanah, pupuk kandang sapi 3:1 dan pupuk NPK 16:16:16. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interaksi anatara varietas dengan interval waktu penyiraman. Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RALF) yang terdiri dari dua faktor, faktor pertama varietas dan faktor interval waktu penyiraman 1,3, dan 5 hst. Pada 9 perlakuan dilakukan 3 kali ulangan sehingga diperoleh 27 satuan percobaan. Variabel pengamatan meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, panjang akar, berat segar berat kering tanaman dan indeks toleransi cekaman. Data pengamatan yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (uji F) pada taraf 5%. Bila Hasil pengujian terdapat pengaruh nyata dari perlakuan yang diberikan maka dilanjutkan dengan Uji Lanjutan yaitu Beda Nyata Jujur (BNJ) dengan taraf 5%. Menggunakan BNJ karena untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara faktor varietas dengan faktor interval waktu penyiraman tetapi terdapat perbedaan nyata pada faktor varietas dan faktor interval penyiraman. Pada karakter tinggi tanaman 7,14,dan 21 hst terdapat perbedaan yang sangat nyata pada faktor varietas. Pada interval penyiraman 5 hari tinggi tanaman kangkung yang paling tinggi. Pada jumlah daun dan panjang akar terdapat perbedaan nyata pada faktor varietas dan interval penyiraman dimana varietas dampit menunjukkan bahwa jumlah daun dan panjang akar menunjukkan hasil yang paling tinggi, kemudian untuk interval penyiraman 5 hari menunjukkan hasil yang paling tinggi pada panjang akar. Pada berat basah menunjukkan hasil yang tidak nyata dan pada berat kering menunjukkan hasil yang nyata pada faktor varietas

    Respon Benih Cabai (Capsicum Annum L.) Kadaluarsa Terhadap Lama Perendaman Dan Macam Zpt Alami Pada Viabilitas, Vigor Dan Pertumbuhan Bibit

    No full text
    Benih unggul dan bermutu tinggi merupakan input utama dalam budidaya karena memilki peran berkesinambungan terhadap produksi tanaman. Dalam upaya meningkatkan produksi tanaman, petani dihadapkan dengan suatu permasalahan yaitu beredarnya benih yang telah melewati batas waktu penggunaan dari masa yang telah ditentukan oleh produsen benih. Akibatnya terjadi penurunan terhadap kualitas dan mutu benih tersebut. Salah satu solusi yang dilakukan agar dapat mengoptimalkan mutu benih kadaluarsa adalah dengan perlakuan invigorasi yaitunya dengan merendam benih kedalam larutan ZPT yang dapat diperoleh secara alami dari ekstrak bahan organik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis ZPT alami dan lama perendaman terhadap viabilitas, vigor dan pertumbuhan bibit benih cabai kadaluarsa. Penelitian dilaksanakan di Green house Lahan Percobaan Jatimulyo Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya pada bulan Februari sampai Mei 2022. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial 2 faktor. Faktor pertama menggunakan jenis ekstrak bahan alami sebagai sumber ZPT alami dan Faktor kedua menggunakan lama perendaman yang berbeda. Penelitian dilakukan dengan menggunakan 4 kali ulangan dan terdapat 12 kombinasi perlakuan dan terdapat 48 satuan percobaan. Variabel pengamatan yang digunakan yaitu daya berkecambah, potensi tumbuh benih, kecepatan berkecambah, tinggi tanaman, jumlah daun dan panjang akar. Hasil analis data menggunakan sidik ragam uji F taraf nyata 5% dan 1% dan hasil sidik ragam yang berbeda nyata selanjutnya dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan jenis ZPT alami yang berasal dari ekstrak bawang merah, rebung dan air kelapa menunjukkan hasil yang berpengaruh nyata baik itu terhadap uji viabilitas dan vigor benih maupun terhadap pengamatan pertumbuhan bibit. Penggunaan bahan ZPT alami yang berasal dari ekstrak bawang merah (P2) menunjukkan hasil yang paling signifikan hampir pada semua variabel pengamatan yang diamati. Perlakuan lama perendaman menunjukkan hasil berpengaruh nyata terhadap uji viabilitas dan vigor benih. Pada pengamatan pertumbuhan bibit perlakuan lama perendaman berpengaruh nyata terhadap variabel tinggi tanaman dan jumlah daun akan tetapi tidak memberikan pengaruh terhadap variabel panjang akar. Perlakuan lama perendaman selama 6 jam (L3) menunjukkan efisiensi waktu terbaik pada semua variabel pengamatan dikarenakan menunjukkan hasil yang paling signifikan hampir pada semua variabel pengamatan yang diamati. Interaksi antara perlakuan jenis ZPT alami dan lama perendaman berpengaruh tidak nyata terhadap seluruh variabel baik itu pada uji viabilitas dan indeks vigor benih maupun terhadap pengamatan pertumbuhan bibit

    Uji Tingkat Toleransi dan Interaksi pada Lima Varietas Mentimun (Cucumis sativus L.) Terhadap Cekaman Salinitas.

    No full text
    Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman yang sangat disukai oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Mentimun mempunyai prospek yang cerah untuk dibudidayakan karena tanaman ini dapat dikonsumsi dalam bentuk segar yang berguna sebagai pencuci mulut atau pelepas dahaga,bahan kosmetika dan juga sebagai bahan obat-obatan. Mentimun juga dapat dipasarkan di dalam negeri maupun di luar negeri. Produksi mentimun di Indonesia setiap tahunnya mengalami penurunan, tercatat sejak 2013 sebesar 491,636 ton, tahun 2014 sebesar 477,989 ton, tahun 2015 sebesar 447,696 ton, tahun 2016 430,218 ton, tahun 2017 sebesar 424,917 ton. Rendahnya produktivitas mentimun di Indonesia dapat disebabkan oleh cekaman salinitas. Beberapa cara sedang dikembangkan untuk mengoptimalkan pertumbuhan tanaman mentimun dalam kondisi salinitas. Salah satunya adalah menghasilkan varietas yang toleran terhadap cekaman salinitas, dengan adanya penelitian ini nantinya dapat diketahui varietas yang toleran terhadap pemberian cekaman salinitas dan bagaimana respon tanaman tersebut terhadap cekaman salinitas. Penelitian ini dilaksanakan di glass house kebun percobaan Jatimulyo Universitas Brawijaya yang terletak di Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang pada bulan Mei-Agustus 2022. Penelitian dilakukan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah 5 varietas tanaman mentimun yaitu : Mercy, Sukoi, Hercules, Monza dan Metavy. Sedangkan faktor kedua adalah perlakuan salinitas garam yang terdiri dari 3 konsentrasi, yaitu : P1 = 0 ppm, P2 = 6000 ppm (7,5 ds/m), P3 = 12000 ppm (15 ds/m). Dari perlakuan yang digunakan didapatkan 15 kombinasi perlakuan yang diulang sebanyak 3 kali sehingga didapat 45 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdapat 6 tanaman, sehingga total tanaman yang digunakan di lapang adalah sebanyak 270 tanaman. Variabel pengamatan terdiri dari, panjang tanaman, jumlah daun, umur berbunga, umur panen, jumlah buah, panjang buah, diameter buah, bobot buah per tanaman, jumlah bunga, kadar klorofil, fruit-set, panjang akar, uji organoleptik. Data yang diperoleh dianalisis. Data hasil pengamatan, dianalisis menggunakan sidik ragam Analysis of Variance (ANOVA) dengan taraf 5% untuk mengetahui nyata dan tidaknya pengaruh perlakuan. Apabila terdapat pengaruh yang nyata dari perlakuan yang diberikan, maka diuji lanjut menggunakan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) 5%. Penentuan tingkat toleransi tanaman diketahui melalui intensitas cekaman. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat interaksi antara varietas dan salinitas pada variabel umur berbunga, umur panen, diameter buah dan bobot per buah. Pada tingkat salinitas 12000 ppm lima varietas yang diuji memiliki pengaruh nyata pada pertumbuhan dan hasil ii tanaman mentimun, berdasarkan variabel panjang akar dan bobot per buah terdapat perbedaan toleransi pada berbagai varietas mentimun yang diuji. Varietas toleransi tinggi yaitu Metavy, Monza dan Sukoi, varietas toleransi sedang yaitu Mercy dan Hercules. Berdasarkan variabel bobot buah per tanaman sebagai penanda karakter terhadap cekaman salinitas lima varietas yang diuji memiliki tingkat toleransi yang sama, dengan indeks cekaman sedang pada tingkat salinitas 12000 ppm

    Penambahan Auksin pada Berbagai Dosis Pupuk Urea terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kailan (Brassica oleraceae).

    No full text
    RINGKASAN Shofa Salsabila. 175040207111068. Penambahan Auksin pada Berbagai Dosis Pupuk Urea terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kailan (Brassica oleraceae). Dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Ellis Nihayati, M.S sebagai pembimbing utama. Tanaman Kailan (Brassica oleraceae) merupakan salah satu jenis tanaman sayuran daun yang dikonsumsi dan diminati oleh masyarakat Indonesia. Permintaan pasar komoditas tanaman ini semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Namun produksi tanaman kailan di Indonesia sempat mengalami penurunan hasil produksi. Hal ini dilihat berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai produkivitas kailan di Indonesia selama tahun 2016 hingga 2017. Salah satu usaha untuk meningkatkan produksi adalah dengan melakukan pemeliharaan dan pemupukan dengan dosis yang tepat. Pemberian hormon dan unsur hara yang sesuai perlu dilakukan, seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan ketertarikan masyarakat terhadap konsumsi kailan di Indonesia serta guna memaksimalkan pertumbuhan dan hasil tanaman kailan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendapatkan konsentrasi hormon auksin pada berbagai dosis pupuk urea yang tepat yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman kailan. Serta mengetahui interaksi antara konsentrasi hormon auksin dan dosis pupuk urea terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kailan. Penelitian dilaksanakan pada Februari hingga Mei 2023 di Desa Pendem, Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah perlakuan konsentrasi auksin yang berbeda (K) dengan 3 taraf; K1 = 0 ml/l, K2 = 2 ml/l dan K3 = 4 ml/l. Faktor kedua adalah dosis pupuk urea yang berbeda (P) dengan 3 taraf; P1 = 150 kg/ha, P2 = 300 kg/ha dan P3 = 450 kg/ha. Terdapat 9 kombinasi perlakuan yang diulang sebanyak 3 kali. Parameter yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, biomassa total, biomassa ekonomis, indeks panen dan hasil perhektar. Data dianalisis menggunakan uji ANOVA dan uji BNJ dengan taraf 5%. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan interaksi antara pemberian konsentrasi hormon auksin dan dosis pupuk urea pada konsentrasi auksin 4 ml/l dan dosis pupuk urea 150 kg/ha, 300 kg/ha dan 450 kg/ha mampu meningkatkan jumlah daun pada umur 2 MST dan 4 MST, tinggi tanaman pada umur 3 MST, biomassa total, indeks panen dan hasil per hektar tanaman kailan. Pemberian hormon auksin dengan konsentrasi 4 ml/l mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi 0 ml/l dan 2 ml/l pada variabel jumlah daun, tinggi tanaman, luas daun, biomassa total, biomassa ekonomis, indeks panen dan hasil per hektar. Pemberian pupuk urea dengan dosis 150 kg/ha mampu meningkatkan hasil pada biomassa ekonomis tanaman kailan
    corecore