19 research outputs found
Potensi Kecukupan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagai Media Penyerapan Karbondioksida (CO2) di Kota Tangerang Selatan
Hasil dari aktivitas pernaasan manusia, penggunaan LPG, kendaraan bermotor
dan industri akan meningkatkan sisa-sisa ke udara yang akan menimbulkan peningkatan
emisi gas rumah kaca. Komponen penting dari gas rumah kaca ini adalah karbon
dioksida (CO2). Kota Tangerang Selatan memiliki luas sebesar 147,2 km2, yang terbagi
atas 7 Kecamatan dan 54 Kelurahan. Berdasarkan Badan Pusat Statistik Kota
Tangerang Selatan, Kota Tangerang Selatan memiliki penduduk sebanyak 1.244.204
jiwa. Terdapat berbagai aktifitas penduduk di Kota Tangerang Selatan yang sangat
berpengaruh dengan emisi karbon dioksida yang dihasilkan, akan tetapi penelitian
mengenai perhitungan emisi karbon serta kecukupan RTH di Kota Tangerang Selatan
masih belum pernah dilakukan.
Ruang Terbuka Hijau (RTH) memiliki fungsi yang penting, dimana hutan dan
taman kota dapat membantu dalam menyerap karbon dioksida dengan proses
fotosintesis. Peneltian ini akan membandingkan kecukupan RTH yang sudah ada dengan
emisi karbon dioksida yang dihasilkan dari berbagai macam aktivitas manusia dan akan
memberikan rekomendasi seperti penambahan vegetasi pada RTH jika untuk
meningkatkan kualitas RTH di Kota Tangerang Selatan.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan tahapan
penelitian yaitu tahap pengumpulan data, tahap pengolahan data dan tahap analisa data.
Sistem Informasi Geofrafis (SIG) dilakukan untuk analisis spasial untuk memetakan dan
memodelkan kondisi wilayah dalam penyebaran emisi karbon dioksida dan menunjukkan
dimana RTH ditempatkan. Perhitungan emisi karbon dioksida dihitung berdasarkan
aktifitas manusia dan juga berdasarkan kecamatannya. Total beban emisi karbon
dioksida dari seluurh aktifitas manusia adalah sebesar 1.779.715,25 ton/tahun. RTH yang
sudah ada di Kota Tangerang Selatan masih belum mencukupi kecukupan sebagai
penyerap beban emisi CO2. Besar beban emisi CO2 yang tidak terserap oleh RTH adalah
sebesar 1.613.082,11 ton/tahun. Sehingga pada Kota Tangerang Selatan diperlukan
adanya penambahan RTH dengan penambahan lahan sebesar 9,07 hektar dengan
1.123 pohon tambahan
Evaluasi Green Building pada Telkom Landmark Tower Berdasarkan Greenship Rating Tools New Building
Indonesia tercatat sebagai salah satu dari sepuluh negara dengan emisi gas rumah kaca
terbesar di dunia. Dampak emisi tersebut tidak lepas dengan isu lingkungan yang ada, salah satu
kontribusi emisi terbesar adalah adanya pembangunan gedung/bangunan. Dengan adanya
masalah yang ditimbulkan, perlu adanya upaya untuk menyeimbangkan antara pembangunan
dan kualitas lingkungan. Pembangunan berkelanjutan didefinisikan sebagai upaya memadukan
aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin
keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup
generasi masa kini dan generasi masa depan. Salah satu upaya konkret dari adanya konsep
pembangunan berkelanjutan adalah penerapan green building. Green building adalah suatu
konsep pada bangunan yang sejak dimulai dalam tahap perencanaan, pembangunan,
pengoprasian hingga dalam tahap operasional pemeliharaannya bertanggung jawab dan
memerhatikan segala aspek dalam perlindungan lingkungan hingga penghematan sumber daya.
Dalam mengatur implementasi green building di Indonesia, terdapat lembaga Green Building
Council Indonesia (GBCI) yang merupakan lembaga mandiri (non-pemerintahan) dan nirlaba
(non-for profit) yang memiliki komitmen penuh untuk mempercepat perubahan industri properti
global menuju industri yang lebih menerapkan konsep keberlanjutan. Melalui lembaga ini,
bangunan/gedung di Indonesia akan dinilai apakah suatu bangunan memenuhi syarat sebagai
green building atau tidak berdasarkan perangakat penilaian yang bernama Greenship.
Telkom Landmark Tower merupakan salah satu gedung perkantoran di Indonesia yang
berlokasi di Provinsi DKI Jakarta sebagai objek dari penelitian untuk dinilai kelayakan sertifikasi,
poin dan predikat green building, juga disertai rekomendasi upaya peningkatan penerapan green
building. Metode yang digunakan dalam meneliti objek penelitian adalah dengan menggunakan
pendekatan metode analisis deskriptif kuantitatif, dengan teknik pengumpulan data diantaranya
dengan wawancara, observasi, dokumentasi, dan studi literatur. Hasil dari data terkumpul baik
data kuantitatif maupun data kualitatif kemudian dianalisis kesesuaian Green Building yang
mengacu pada perangkat penilaian Greenship New Building Ver. 1.1 yang dikeluarkan oleh
Green Building Council Indonesia (GBCI). Terdapat enam kategori yang dinilai diantaranya Tepat
Guna Lahan, Efisiensi dan Konservasi Energi, Konservasi Air, Sumber dan Siklus Material,
Kesehatan & Kontrol Dalam Ruangan, dan Pengelolaan Lingkungan Gedung.
Dengan pendekatan metode tersebut, Telkom Landmark Tower mendapatkan predikat
peringkat Greenship Gold dengan total poin akumulasi sebesar 70 poin dari 6 kategori. Dengan
masing-masing kategori; 12 poin dari kateogri ASD, 17 poin dari kategori EEC, 12 poin dari
kategori WAC, 9 poin dari kategori IHC, dan 11 poin dari kateogri BEM. Untuk meningkatkan poin
serta predikat green building gedung, beberapa kriteria yang belum tercapai dan/atau kriteria
yang berpotensi mendapat poin lebih dapat direalisasi oleh pihak pengelola Telkom Landmark
Tower sebagai upaya peningkatan kualitas penerapan green building
Efektivitas Starbio Plus Dan Lb10 Dalam Menurunkan Kadar Bod, Cod, Dan Tss Limbah Domestik Menggunakan Aerator Dan Pvc Sarang Tawon
Kelurahan Tlogomas Jalan Tirta Rona RT 003 RW 007 telah menggunakan
sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunal sejak lama. IPAL ini
menampung air limbah domestik dan terletak di bagian bawah setelah
perumahan warga. IPAL dibuat didekat sungai dengan hasil pengolahan yang
bermuara ke sungai. Kondisi aktual yang dirasakan adalah masih tercium bau
yang cukup menyengat di sekitar IPAL dan air hasil pengolahan belum
memenuhi baku mutu sesuai dengan Permen LH No. 68 Tahun 2016 pada
parameter BOD dan COD. Salah satu penyebab kurang optimalnya pengolahan
adalah MCK Tlogomas belum menggunakan proses biologis dalam penerapan
IPAL nya. Oleh karena itu, penelitian ini mengupayakan agar terlibatnya zat
pengurai limbah Starbio Plus dan LB10 pada proses biologis. Penelitian ini
diharapkan mampu menjadi solusi serta ide baru untuk menentukan zat pengurai
limbah yang efektif dalam mengurangi kadar pencemar limbah cair domestik.
Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dimana
peneliti mempelajari pengaruh beberapa perlakuan dengan sejumlah ulangan
agar hasil penelitian lebih valid. Perolehan data kadar BOD, COD, dan TSS
setelah pengolahan kemudian dianalisis menggunakan SPSS untuk mengetahui
pengaruh masing – masing variabel serta mengetahui perbedaan efektivitas
LB10 dan Starbio Plus dalam menurunkan kadar BOD, COD, dan TSS. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penggunaan Starbio Plus dapat efektif pada
kadar 2,66%, sedangkan penggunaan LB10 dapat efektif pada kadar 0,6%. Hasil
penelitian dari keduanya telah sesuai dengan baku mutu Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup No. 68 Tahun 2016. Nilai efektivitas tertinggi dalam
menurunkan polutan limbah domestik MCK Tlogomas terdapat pada LB10
dengan kadar 0,6%, yaitu 78,18% penurunan COD, 71% penurunan BOD, dan
99,21% penurunan TS
Adsorpsi Minyak dan Timbal (Pb) pada Air Limbah Bengkel Mobil Menggunakan Bentonit dan Cangkang Telur Ayam (Gallus domesticus) sebagai Adsorben.
Bengkel X belum menerapkan pengolahan air limbah yang memberikan dampak negatif bagi lingkungan. Minyak yang terkandung dalam oli yang digunakan termasuk komponen organik yang bersifat tetap dan sukar diuraikan bakteri, sedangkan timbal (Pb) memiliki sifat tidak dapat terurai secara hayati dan konsentrasinya tinggi terakumulasi di lingkungan. Pada penelitian dilakukan pengolahan air limbah bengkel dengan cara adsorpsi menggunakan adsorben bentonit dan cangkang telur ayam (Gallus domesticus) yang memiliki sifat ramah lingkungan dan keberadaannya selalu ada sepanjang tahun. Proses adsorpsi yaitu memanfaatkan kemampuan zat padat untuk menjerap suatu bahan atau zat pada permukaannya. Penelitian bertujuan untuk mengetahui karakteristik awal air limbah dan pengaruh adsorben terhadap efisiensi penurunan kadar minyak dan timbal (Pb). Hasil penelitian menunjukkan kadar minyak dan timbal (Pb) masih diatas standar baku mutu. Pada penelitian menggunakan variasi jenis dan dosis adsorben dengan lama waktu pengadukan selama 60 menit dengan kecepatan 150 rpm. Jenis adsorben yang digunakan yaitu clay jenis bentonit yang telah diaktivasi dengan larutan asam HCl 1 M dan cangkang telur ayam (Gallus domesticus). Faktor pertama merupakan dosis bentonit yang terdiri dari 4 (empat) perlakuan yaitu 0 gram, 5 gram, 10 gram dan 15 gram, faktor kedua merupakan dosis cangkang telur ayam yang terdiri dari 4 (empat) perlakuan yaitu 0 gram, 5 gram, 10 gram dan 15 gram dengan 3 (tiga) ulangan. Adsorben bentonit dan cangkang telur ayam (Gallus domesticus) memberikan pengaruh terhadap efisiensi penurunan minyak namun tidak pada efisiensi penurunan timbal (Pb). Perlakuan adsorben bentonit sebesar 15 gram dengan cangkang telur ayam sebesar 15 gram (B3C3) menunjukkan kadar minyak paling sedikit yaitu 3,00 mg/L dengan efisiensi penurunan minyak paling besar yaitu 88,22%. Perlakuan adsorben bentonit sebesar 15 gram dengan cangkang telur ayam sebesar 10 gram (B3C2) menunjukkan timbal (Pb) paling sedikit yaitu 1,66 mg/L dengan efisiensi penurunan timbal (Pb) paling besar yaitu 52,25%
Analisis Daya Dukung Kawasan Wisata Pantai Watu Karung di Kabupaten Pacitan dalam Mendukung Pariwisata Yang Berkelanjutan
Berdasarkan UU No. 10 tahun 2009 Pariwisata adalah
aktivitas perjalanan yang dilakukan sementara waktu dari tempat
tinggal semula ke daerah tujuan dengan alasan bukan untuk
menetap melainkan hanya untuk bersenang - senang, memenuhi
rasa ingin tahu, menghabiskan waktu senggang serta tujuan
lainnya. Peningkatan jumlah pengunjung setiap tahunnya di
Pantai Watu Karung dapat mengurangi kenyamanan wisatawan
di objek wisata tersebut, hal ini yang menjadi latar belakang
peneliti untuk menganalisis Daya Dukung dan Daya tampung
pada kawasan Pantai Watu Karung serta Strategi yang tepat
untuk pengelolaan di wisata Pantai Watu Karung. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui besar daya tampung kawasan,
Untuk menganalisis daya dukung dan untuk mengetahui strategi
pengelolaan yang tepat untuk di terapkan di Wisata Pantai Watu
Karung. Metode yang akan dilakukan pada penilitian ini
merupakan metode analisis deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif. Penelitian ini melaksanakan beberapa proses yaitu
pengumpulan data, perhitungan data dan data disusun dengan
cara pengisian angket kuisioner, wawancara dan observasi di
lapangan, kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis
deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Sistem informasi
Geografis (SIG) digunakan untuk memberikan gambaran tempat
pantai Watu Karung.
Wisata Pantai Watu Karung memiliki profil pantai yang
indah dan ombak dengan dua buah surfing spot yang dapat
digunakan secara bersamaan oleh dua peselancar. Daya dukung
kawasan, dengan kegiatan wisata seperti berenang, memancing,
berselancar, dan rekreasi pantai. Pada kegiatan berenang, pantai
ini mampu menampung sebanyak 831 orang per hari. Untuk
kegiatan memancing, pantai ini mampu menampung sebanyak
630 orang per hari. Kegiatan rekreasi pantai, dapat menampung
sebanyak 125 orang per hari. Dan kegiatan berselancar, pantai
ini dapat menampung sebanyak 269 orang per hari untuk
berselancar. Daya dukung ekonomi, dalam tingkat peluang kerja
dan peluang usaha di Wisata Pantai Watu Karung sangat tinggi
yaitu 100% dari persepsi masyarakat. Hal tersebut sangat
menguntungkan ekonomi masyarakat dari wisata tersebut. Tidak
heran jika mengunjungi Wisata Pantai Watu Karung banyak
sekali warung makan, mini market, penginapan (homestay) dan
usaha lain nya. Daya dukung sosial budaya, dari segi tingkat
penerimaan masyarakat pada keberadaan wisatawan di
lingkungan Wisata Pantai Watu Karung menerima yaitu sebesar
100%. Dalam keterlibatan masyarakat dalam mengelola wisata
pantai yaitu sebesar 78%. Sedangkan 22% masyarakat masih
belum terlibat. Dan dari segi budaya, berpengaruh nya
masyarakat terhadap budaya wisatawan seperti cara berpakaian
dari 97 responden terdapat 3 responden yang terpengaruh.
Daya tampung fisik (PCC) Wisata Pantai Watu Karung
yaitu sebesar 16.500 orang per hari. Daya tampung sebenarnya
(RCC) Wisata Pantai Watu Karung 7204 orang per hari. Dan
untuk daya tampung efektf (ECC) yaitu sebesar 207 orang per
hari. Berdasarkan hasil wawancara untuk jumlah wisatawan pada
tahun 2021, daya tampung Kawasan Wisata Pantai Watu Karung
masih belum terlampaui dari daya tampung dan masih bisa
ditingkatkan kembali. Berdasarkan hasil analisis SWOT pada
Wisata Pantai Watu Karung berada di kuadran I merupakan
pengembanagn dengan strategi mendukung dengan kebijakan
pertumbuhan yang agresif (SO). Strategi yang perlu diterapkan
pada Wisata Pantai Watu Karung yaitu dengan adanya promosi
yang bisa dilakukan dengan menggunakan sosial media.
Selanjutnya yatu meningkatkan maupun menambah fasilitas
sarana dan prasarana
Analisis Sebaran Polutan CO, HC, NOx, dan SOx Dari Sumber Bergerak Di Kampus Utama Universitas Brawijaya
Udara adalah komponen yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Tetapi, dengan perkembangan yang terjadi membuat juga perubahan dengan dampak negatif dalam lingkungan itu sendiri. Pencemaran udara adalah hal nyata di Indonesia. Kendaraan bermotor merupakan sumber pencemar udara yang banyak memberikan sumbangsih atas tingginya konsentrasi pencemaran udara. Gas tersebut mengandung unsur pencemar seperti karbon dioksida (CO2), karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (NO), hidrokarbon (HC) dan partikel yang terdiri dari asap, abu melayang, timah hitam (Pb), debu serta campuran gas dan partikel yang dioksidasi oleh matahari. Universitas Brawijaya adalah salah satu Perguruan Tinggi Negeri yang menerima mahasiswa baru dengan jumlah yang sangat banyak tiap tahunnya. Dengan kepadatan yang terjadi di Universitas Brawijaya ini akan mengakibatkan juga peningkatan dari jumlah kendaraan yang ada di Universitas Brawijaya. Hal tersebut dapat menyebabkan penurunan kualitas udara yang terjadi di kampus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Mengetahui besar laju emisi CO, HC, NOx, dan SOx Universitas Brawijaya Malang. Metode penelitian yang digunakan adalah pengumpulan data, pengambilan sampel udara, tahap pengolahan data, uji validasi, dan visualisasi dan zonasi sebaran pencemaran udara.
Tahapan penelitian ini adalah pengumpulan dan analisis data primer, pengumpulan data sekunder, penyusunan simulasi FLLS, validasi dan visualisasi. Pengumpulan data traffic counting dilakukan pada tanggal 14,15,16, dan 17 Oktober 2019 di 4 titik pada pukul 06.00 – 09.00 dan pukul . Hasil sebaran polutan akan dianalisis menggunakan aplikasi Arcmap. Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan laju emisi CO terbesar adalah pada Bundaran Universitas Brawijaya adalah 80410,28 μg/m.s di pagi hari. Laju emisi HC terbesar adalah pada pada Bundaran Universitas Brawijaya adalah 21481,14 μg/m.s. Laju emisi NO terbesar adalah pada Bundaran Universitas Brawijaya adalah 3717,32 μg/m.s di pagi hari. Hal ini disebabkan oleh titik Bundaran Universitas Brawijaya adalah titik yang paling banyak dilalui oleh kendaraan. Nilai Fraction Bias (FB) pada parameter CO, HC, NO, dan SOx, pada masing-masing sebesar 1,466656036; 1,804767627; -0,99454627; dan -1,798499741
Pembuatan Green Membrane dari Selulosa Asetat dengan Pelarut Cyrene untuk Desalinasi Air Laut Menggunakan Sistem Forward Osmosis
Teknologi membran kini banyak diminati oleh negara-
negara untuk melakukan desalinasi air laut. Desalinasi
merupakan suatu cara untuk mengurangi kadar garam yang
terdapat dalam air laut sehingga menghasilkan air dengan
kandungan garam yang rendah. Air tersebut kemudian
digunakan untuk fertigasi. Pembuatan green membrane
dilakukan dengan metode inversi fasa dimana membran yang
awalnya berasal dari fase cair akan menjadi fase padat. Bahan
yang digunakan untuk membuat green membrane adalah
selulosa asetat yang dlilarutkan dengan Cyrene. Green
membrane yang dibuat ditargetkan memiliki ukuran pori yang
sesuai dengan sistem Forward Osmosis. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hasil uji performansi pada green membrane
seperti uji SEM, uji fluks, uji RSF, dan uji FTIR serta mengetahui
kadar optimum dari selulosa asetat dan Cyrene. Penelitian
dilakukan secara eksperimental dalam skala laboratoriu
Analisis Nilai High Conservation Value-5 Pada Kawasan Hutan di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
Kawasan hutan berperan untuk mengatur suplai air, mempertahankan kesuburan tanah, menyediakan sumber makanan dan energi, serta sumber daya genetik hidup. Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) merupakan salah satu area taman nasional di Indonesia. Cakupan wilayah TNBTS terdiri dari kawasan lindung seluas 50.276,2 ha yang didalamnya terdapat desa-desa penyangga. HCV-5 merupakan penilaian untuk area yang memiliki fungsi untuk pemenuhan dasar kebutuhan masyarakat lokal. Definisi dari HCV-5 mencakup pemanfaatan sumber daya hutan untuk keperluan mendapatkan uang tunai jika uang tunai tersebut dipergunakan untuk pemenuhan kebutuhan pokok keluarga dan ada indikasi pemanfaatan sumber daya dilakukan dengan cara lestari. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan hasil hutan yang dimanfaatkan antara lain kayu cemara, kayu akasia, kayu kirinyuh, pakis uling, dan jamur pasang. Nilai tingkat ketergantungan relatif masyarakat terhadap hutan yang didapatkan sebesar 23%, yang apabila dikonversi kedalam skor
ranking HCV-5 masuk pada skor 1 yakni kurang pentingnya keberadaan kawasan hutan TNBTS terhadap masyarakat desa sekitarnya. Hal ini dikarenakan masyarakat dapat mencukupi kebutuhan hidupnya dari sektor ladang yang diatur dalam skema perhutanan sosial yaitu kemitraan konservasi. Skema kemitraan konservasi dapat menjadi solusi atas kelestarian lingkungan dan peningkatan ekonomi masyarakat. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan kemitraan konservasi antara lain pembinaan intensif untuk masyarakat dari pihak TNBTS, kerjasama dan relasi yang kuat antara masyarakat dan pihak TNBTS, serta terjalinnya komunikasi yang baik untuk menghindari konflik dengan masyarakat
Analisis Tingkat Eko-efisiensi Berdasarkan Life Cycle Assessment (LCA) pada Proses Produksi Tahu (Studi Kasus: Pabrik Tahu Cangkringsari, Sidoarjo)
Industri tahu pada skala kecil mayoritas masih mengandalkan tenaga manusia. Industri Mikro dan Kecil (IMK) pada proses produksinya berbeda dengan industri besar. Jumlah produk dari IMK adalah berskala kecil. Konsumsi tahu di dalam negeri mengalami peningkatan dari tahun 2020 ke 2021 sehingga jumlah permintaan tahu semakin meningkat. Peningkatan permintaan tahu meningkatkan produktivitas pembuatan tahu yang berpengaruh terhadap kondisi lingkungan sekitarnya. Salah satu dampak proses pembuatan tahu adalah munculnya bau yang tidak sedap akibat pembuangan limbah oleh industri. Polutan dari produksi tahu yang terakumulasi berpotensi mengancam ekosistem dan mengganggu kesehatan manusia. Tujuan pada penelitian ini adalah mengidentifikasi dampak lingkungan yang disebabkan proses produksi tahu berdasarkan Life Cycle Assessment, mengetahui tingkat eko-efisiensi pada proses produksi tahu di Pabrik Tahu Cangkringsari, Sidoarjo dan mengusulkan alternatif perbaikan pada proses produksi tahu yang ditinjau lebih baik dari sisi lingkungan.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Life Cycle Assessment (LCA) melalui bantuan software Simapro dengan metode penilaian dampak Eco-indicator 99(H) dari proses produksi tahu per hari pada scope Gate-to-Gate. Tahap LCA dimulai dari goal and scope (ruang lingkup dan tujuan), analisis inventori (proses kuantifikasi keseluruhan jumlah material, energi, limbah, emisi pada masing-masing proses produksi tahu), impact assessment (penilaian dampak), dan interpretation (interpretasi), serta dilanjutkan pengukuran tingkat eko-efisiensi. Eko-efisiensi digunakan untuk mencari perbaikan terhadap lingkungan dan ekonominya. Analisis eko-efisiensi dimulai dari perhitungan Eco Cost, Cost Benefit Analysis (CBA), Eco-Efficiency Index (EEI), Eco-Costs Value Ratio (EVR), dan Eco-Efficiency Ratio (EER). Nilai eko-efisiensi akan menunjukkan proses produksi tahu tersebut apakah terjangkau secara finansial (affordable) dan berkelanjutan, ramah lingkungan (sustainable) atau tidak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses produksi yang memberikan kontribusi terbesar dimulai dari proses perebusan sebesar 62%, penggilingan sebesar 24,9% dan penggumpalan sebesar 12,8%. Proses produksi tahu mendapatkan nilai EEI sebesar 0,076 produksi tahu per hari. Hasil EEI < 1 atau produk dapat terjangkau secara ekonomi tetapi proses produksi tidak ramah lingkungan dengan nilai EER sebesar -545,153% sehingga diperlukan peningkatan nilai produk. Perbaikan proses produksi tahu dapat dilakukan dengan menggunakan air sisa pencucian untuk proses perendaman kedelai sehingga menghemat 1462,913 kg air dan biaya listrik sebesar Rp218,229 per hari serta memanfaatkan limbah cair tahu dari proses penggumpalan menjadi Pupuk Organik Cair (POC) sebanyak 32 kg per hari. Harga Pokok Produksi permbuatan POC 51,200 kg per hari (HPP) sebesar Rp985,078 per kg dan harga jual POC sebesar Rp1.477,617 sehingga Break Event Point (BEP) adalah 42 hari dan Payback Period selama 0,677 tahun
Inventarisasi Emisi Gas Rumah Kaca (CH4 dan N2O) dari Ternak Ruminansia Pada Balai Besar Pelatihan Peternakan Kota Batu Menggunakan Metode Tier-2 IPCC
Emisi gas rumah kaca yang mempengaruhi pemanasan global tidak hanya
berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dan penggundulan hutan melainkan juga
berasal dari sektor peternakan. Peternakan adalah salah satu sektor yang berkontribusi
dalam peningkatan pemanasan global, material penyumbang gas rumah kaca (GRK)
yang berasal dari ternak yaitu berupa kotoran dan eruktasi hewan. Inventarirasi emisi Gas
Rumah Kaca merupakan salah satu metode untuk mengetahui seberapa besar emisi
GRK yang dihasilkan dari aktivitas peternakan di Balai Besar Pelatihan Peternakan Kota
Batu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah emisi gas CH4 dan N2O
yang dan dihasilkan dari kotoran ternak ruminansia yang ada di Balai Besar Pelatihan
Peternakan (BBPP) Kota Batu berdasarkan metode Tier-2 IPCC. Sehingga diharapkan
hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk menyusun strategi mitigasi emisi
GRK dari limbah ternak ruminansia pada Balai Besar Pelatihan Peternakan Kota Batu.
Berdasarkan analisa hasil pengamatan jumlah emisi gas metana (CH4) dari
fermentasi enterik ternak ruminansia di BBPP Kota Batu tahun 2021 adalah sebesar
120,2175 Gg CO2-eq / tahun. Jumlah emisi gas metana (CH4) dari pengelolaan kotoran
ternak di BBPP Kota Batu tahun 2021 adalah sebesar 18,66644 Gg CO2-eq / tahun.
Jumlah emisi gas dinitrogen oksida (N2O) secara langsung dari pengelolaan kotoran
ternak di BBPP Kota Batu tahun 2021 adalah sebesar 25,86345 Gg CO2-eq / tahun. Serta
jumlah emisi gas dinitrogen oksida (N2O) secara tidak langsung dari pengelolaan kotoran
ternak di BBPP Kota Batu tahun 2021 adalah sebesar 8,621151 Gg CO2-eq / tahun.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut diperoleh beberapa rekomendasi upaya mitigasi
yang dapat dilakukan untuk dapat mengurangi emisi gas metana (CH4) dan dinitrogen
oksida (N2O) yang dihasilkan dari aktivitas peternakan di Balai Besar Pelatihan
Peternakan Kota Bat