7 research outputs found
Pengaruh Kunyit Terhadap Performa Produksi Dan Kualitas Telur Puyuh
Puyuh merupakan salah satu unggas yang sering dimanfaatkan sebagai ternak penghasil telur dan daging, namun lebih spesifik pada produksi telur. Puyuh dengan strain puyuh Jepang (Cortunix cortunix japonica) merupakan salah satu puyuh yang sering dijumpai karena puyuh ini menjadi puyuh yang diutamakan sebagai penghasil telur. Karena bentuk tubuh yang kecil serta gizi telurnya yang tidak kalah dari unggas lain, maka puyuh ini banyak diternakan oleh orang-orang tertentu. Kunyit mudah ditemukan dan juga kunyit mengandung senyawa aktif seperti antibakteri, antioksidan, anti inflamasi dan juga dapat melancarkan sistem pencernaan unggas, sehingga kunyit dipilih sebagai bahan tambahan pakan. Kunyit sendiri memiliki beragam jenisnya, namun kunyit yang dipakai adalah kunyit berjenis (Curcuma domestica Val.) dan (Curcuma longa L.). Pakan merupakan salah satu hal yang paling penting dalam mengembangkan puyuh karena dengan pakan maka puyuh mampu memanfaatkan pakan tersebut sebagai energi dan sebagai pemacu produksi dan kualitas dari telur yang akan dihasilkan.
Penulisan dari literature review dimulai pada tanggal 1 sampai dengan tanggal 5 Januari. Data sekunder diperoleh dari publikasi dalam bentuk jurnal, prosiding maupun artikel ilmiah terkait dengan judul yang dipilih.
Tujuan dari penulisan literature review ini adalah untuk mengevaluasi apakah kunyit mampu meningkatkan produktivitas dan kualitas dari telur puyuh yang dihasilkan. Materi yang dibahas adalah efek dari pemberian kunyit melalui air minum dan melalui pakan terhadap produksi dan kualitas telur puyuh, serta pengaruhnya terhadap daya tahan tubuh, baik itu sebagai antioksidan, sebagai antibakteri dan terhadap respon imun atau imunitas. Untuk metode yang digunakan adalah metode pengumpulan jurnal dan artikel ilmiah yang sesuai dengan topik yaitu pengaruh kunyit terhadap produksi dan kualitas telur puyuh.
Hasil literature review menunjukkan bahwa yang pertama jika diberikan dalam air minum maka pemberian 4ml ekstrak kunyit/500 ml air minum memberikan performa produksi telur dan kualitas telur terbaik. Kedua adalah jika diberikan dalam pakan maka pemberian 3% tepung kunyit memberikan performa produksi telur dan kualitas telur terbaik. Yang terakhir adalah penggunaan kunyit 3% memberikan level antioksidan tertinggi, mampu menurunkan bakteri patogen (Escherichia coli dan Salmonella) dan meningkatkan immune response puyuh.
Kesimpulan dari penulisan ini adalah pemberian 3% tepung kunyit mampu memberikan efek yang baik terhadap puyuh, baik itu dari performa produksi dan kualitas dari telur yang dihasilkan, serta dapat memberikan daya tahan tubuh dari puyuh yang maksimal
Evaluasi Penggunaan Tepung Bulu Ayam Terhadap Penampilan Produksi dan Jumlah Pin Feather Pada Karkas Itik
Penampilan karkas itik lokal Indonesia yang dimanfaatkan sebagai Itik pedaging cenderung menghasilkan itik dengan penampilan karkas yang terkesan kotor. Penampilan tersebut disebabkan oleh banyaknya bulu hitam yang tertinggal dalam karkas setelah prosessing. Karkas yang terlihat kotor ini berpengaruh pada kesukaan konsumen.
Penelitian sebelumnya bertujuan untuk menghasilkan itik dengan produksi daging yang tinggi dan penampilan karkas yang bersih telah dilakukan dengan elaborasi beragam aspek, utamanya nutrisi dan genetika. Hasil penelitian menunjukkan performa, efisiensi penggunaan pakan dan kualitas daging yang lebih baik, namun beberapa bulu-bulu jarum (pinfeather) tertinggal dan ditemukan pada karkas.
Unggas domestik memiliki siklus alami pertumbuhan bulu yaitu peluruhan atau penanggalan bulu tua (shedding) dan moulting (memperbaharui bulu). Siklus alami ini membantu untuk menentukan kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan bulu dan dapat dijadikan acuan untuk menemukan umur potong yang sesuai bagi itik. Kematangan bulu juga memudahkan pencabutan bulu saat pemprosesan itik menjadi karkas. Hal ini dapat meningkatkan kualitas karkas dan preferensi konsumen karena penampilan karkas yang bersih dari pin feather.
Asam amino bersulfur merupakan salah satu penyusun protein bulu, sehingga limbah bulu yang terbuang sebagai hasil samping industri pemotongan unggas berpotensi dimanfaatkan. Praperlakuan dari bulu harus dilakukan untuk mengatasi masalah rendahnya kecernaan protein. Metode hidrolisis enzimatik biasanya digunakan. Allzyme FD dipilih dalam penelitian ini untuk meningkatkan daya cerna tepung bulu.
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan tepung bulu ayam terhadap penampilan produksi dan jumlah pin feather pada karkas itik. Tujuan tersebut dicapai dengan melakukan 4 tahap penelitian, yaitu: penelitian tahap 1 dilakukan untuk mengevaluasi kandungan nutrien Tepung Bulu yang dihidrolisis secara enzimatik. Dua bentuk fisik limbah bulu ayam yang berbeda (Pre-grinding dan Post-grinding) digunakan, dan 2 level enzim (0,01% dan 0,02% Allzyme FD/kg tepung bulu). Hasil penelitian tahap 1 menunjukkan bahwa analisis proksimat berturut-turut Pre-G1, Pre-G2, Post-G1 dan Post-G2 untuk protein kasar (%) adalah 89,89; 87,98; 91,03; 90,11, Gross Energi (Kkal/kg) berturut-turut : 5115,8; 4726,5; 4870,4; 4527,8. Sedangkan daya cerna tepung bulu menggunakan pepsin (%) berturut-turut adalah 78,61; 84,4; 76,33 dan 80,76. Untuk analisis kandungan asam amino dapat dilaporkan bahwa hasil kandungan asam amino dalam kisaran yang normal, kecuali kandungan sistin (%) berturut-turut 0,51; 0,53, tidak terdeteksi dan 2,23. Akan tetapi, metode analisis asam amino yang digunakan tidak dapat menganalisis tryptophan dan sistein.
Pada tahap II evaluasi dilakukan untuk menguji pengaruh level penggunaan Allzyme FD dan bentuk fisik tepung bulu terhadap kecernaan protein dan nilai Energi Metabolis Semu (EMS), nilai Energi Metabolis Terkoreksi Nitrogen (EMSn). Perlakuan terdiri dari: P0 = 100% pakan basal ; Pre-G1 = 95% P0+ 5% Pre-grinding tepung bulu yang diberi 0,01% Allzyme FD; Pre-G2 = 95% P0 + 5% Pre-grinding tepung bulu yang diberi 0,02% Allzyme FD; Post-G1 = 95% P0 + 5% Post-grinding tepung bulu yang diberi 0,01% Allzyme FD; Post-G2 = 95% P0 + 5% Post-grinding tepung bulu yang diberi 0,02% Allzyme FD. Evaluasi kecernaan dan penentuan nilai energi metabolis EMS dan EMSn dengan Metode terpstra dan Jansen (1976), menggunakan rancangan Acak Lengkap Lengkap 5 x 4 x 1 dan total 20 ekor itik digunakan. Hasil penelitian menunjukkan kecernaan protein pakan P0 (basal), Pre-G1, Pre-G2, Post-G1 dan Post-G2 berturut-turut 83.66a ; 82,83c ; 83,13bc; 83,09bc ; 83.33ab (%). Kecernaan methionin untuk Pre-G1, Pre-G2, Post-G1 dan Post-G2 berturut turut adalah 83,82bc; 90.20a; 89.74a ; 87ab; 81.19c (%). Kecernaan treonin tertinggi terdapat pada perlakuan Pre-G1, Pre-G2, Post-G1 dan Post-G2 masing-masing 84,81ᵃ ; 84,57ᵃ ; 82,22ᵃ dan 79,98ᶜ(%). Perlakuan tidak dapat meningkatkan Nilai EMSn, tetapi berpengaruh signifikan terhadap nilai EMS. Nilai EMSn basal (P0), Pre-G1, Pre-G2, Post-G1 dan Post-G2 berturut-turut (kkal/kg): 3248,6; 3270,5; 3270,4; 3271,1 dan 3271,2. Nilai EMS untuk pakan basal (P0), Pre-G1, Pre-G2, Post-G1 dan Post-G2 (kkal/kg) masing-masing: 3257,5b ; 3280,9a ; 3281,1a ; 3281,4a dan 3281.1a.
Berdasarkan pertimbangan kandungan protein kasar dan tingkat kesulitan dalam proses pembuatan tepung bulu, maka Post-grinding dipilih untuk digunakan dalam penelitian 3 dengan tujuan untuk uji pertumbuhan dan penelitian 4 bertujuan pengukuran jumlah Protruding Pin-Feather (PPF) dan Non-Protruding Pin-Feather (NPPF) yang tertinggal pada karkas itik. Penelitian dilakukan selama 10 minggu, Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 3 perlakuan, yaitu P0: pakan basal, Post-G1 dan Post-G2 dan setiap perlakuan memiliki 6 ulangan. Setiap ulangan masing-masing berisi 6 ekor itik. Variabel yang diukur pada penelitian 3 adalah adalah konsumsi pakan, bobot badan, pertambahan bobot badan (PBB), konversi pakan, dan persentase karkas, sedangkan penelitian 4 mengukur bobot bulu, persentase bulu, jumlah PPF dan NPPF yang tertinggal pada karkas itik umur 7,8,9, dan 10 minggu. Data yang diperoleh ditabulasi menggunakan program excel, diolah berdasarkan analisis varian (ANOVA) menggunakan program DSAASTAT. Uji Jarak Berganda Duncan’s dilakukan apabila ada perbedaan antar perlakuan. Hasil analisis variansi perlakuan menunjukkan perlakuan pakan menunjukkan adanya perbedaan yang sangat nyata (P < 0.01) terhadap konsumsi pakan, PBB, bobot badan akhir, konversi pakan, bobot karkas dan persentase karkas. Hasil uji DMRT menunjukkan bahwa pakan yang Post-G2 lebih tinggi (1428.5a) dibanding itik yang mengkonsumsi pakan Post-G1 (1398.61b) dan itik yang mengkonsumsi pakan basal Post-G1 (1195.33c). Bobot badan tertinggi terlihat pada itik yang mengkonsumsi pakan Post-G2 (1483.2a) diikuti dengan pakan Post-G1(1454.0b) dan pakan P0 (1249.8c). Uji Duncan untuk konversi pakan menujukkan perlakuan terbaik 4.6 diperoleh pada perlakuan Post-G2 diikuti oleh perlakuan pakan Post-G1 (4,8). Dalam hal bobot karkas, hasilnya juga berpengaruh sangat nyata (P<0,01) meningkatkan bobot karkas Post-G2 (861a) dan Post-G1 (841a) dibandingkan yang terendah Basal (711b). Uji Duncan terhadap persentase karkas itik menunjukkan tren yang sama dengan bobot karkas. Persentase karkas itik (%) yang mengkonsumsi pakan basal P0, Post-G1 dan Post-G2 berturut-turut : 56.9a ; 57,9b dan 58.0b. Hasil ANOVA penelitian 4 untuk PPF dan NPPF menunjukkan bahwa perlakuan Post-G1 dan Post-G2 menunjukkan perbedaan sangat nyata (P<0.01) terhadap bobot bulu, persentase bulu, PPF dan NPPF yang tertinggal pada karkas itik umur 7, 8, 9 dan 10 minggu, kecuali persentase bulu umur 8 dan 9 minggu. Uji Duncan terhadap perlakuan menunjukkan bobot bulu dan persentase bulu minggu 7 dan 10 lebih tinggi dibandingkan control (P0). Jumlah PPF dan NPPF yang tertinggal pada karkas untuk setiap umur pemotongan (7 – 10 minggu) mencerminkan kecepatan berkurangnya jumlah kedua jenis bulu tersebut.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah prosessing dan penambahan enzim secara deskriptif meningkatkan kecernaan in vitro tetapi menurunkan energi bruto (GE). Pakan Post-G1 dan Post-G2 menurunkan konsumsi pakan, tetapi kecernaan protein meningkat. AME pakan tersebut juga meningkat dibandingkan basal, tetapi tidak untuk AMEn. Pakan Post-G2 menghasilkan penampilan produksi yang paling baik, juga terhadap berat dan persentase bulu. Jumlah PPF dan NPPF menurun atau lebih rendah dibandingkan pakan basal, menunjukkan peningkatan penampilan karkas itik yang dipotong mulai umur 7 hingga 10 minggu
Pengaruh Essential Oil Kulit Jeruk Keprok Dan Metode Penyimpanan Terhadap Kualitas Telur Puyuh (Cortunix Cortunix Japonica).
Burung puyuh memiliki potensi besar sebagai usaha
ternak di Indonesia, dengan pertumbuhan yang cepat dan
kebutuhan pemeliharaan yang terjangkau. Kualitas dan
kuantitas pakan memegang peranan penting dalam
pertumbuhan optimal burung puyuh. Feed additive, termasuk
antibiotik dan minyak atsiri, dianggap sebagai solusi untuk
meningkatkan performa ternak, dengan AGP sering digunakan
untuk melawan bakteri patogen dan meningkatkan hasil
produksi ternak. Penggunaan minyak atsiri kulit jeruk keprok
sebagai alternatif antibiotik menunjukkan efek positif pada
mikroba usus dan pertumbuhan burung puyuh. Selain itu,
biaya pakan yang signifikan, mencapai sekitar 70% dari total
biaya produksi, mendorong penelitian komponen fungsional
dalam formulasi pakan untuk meningkatkan produktivitas
ternak. Fokus pada kualitas telur puyuh menjadi penting,
terutama dalam konteks lama penyimpanan dan metode
penyimpanan. Penelitian menyatakan bahwa lama
penyimpanan dan suhu penyimpanan dapat mempengaruhi
parameter kualitas telur, termasuk tekstur, kelezatan, dan
perubahan pH. Metode penyimpanan, seperti suhu refrigerator
atau ruang, juga menjadi pertimbangan penting dalam upaya
mempertahankan kualitas telur puyuh.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan agustus hingga
november 2023 di kandang peternakan milik Bapak Samsul
Desa Ampeldento, Karang Ploso, Malang, Jawa Timur. Proses
ekstraksi minyak atsiri dari kulit jeruk keprok dilaksanakan di
Laboratorium Materia Medica yang terletak di Kota Batu, dan
uji kualitas telur dilaksanakan di Laboratorium Teknologi dan
Industri Pakan Ternak, Fakultas Peternakan Universitas
Brawijaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh minyak atsiri kulit jeruk keprok sebagai antibiotik
dan metode penyimpanan terhadap kualitas telur puyuh.
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi
informasi dan acuan dalam penggunaan imbuhan pakan berupa
campuran minyak atsiri kulit jeruk keprok untuk pemeliharaan
puyuh.
Materi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
burung puyuh sebanyak 352 ekor yang dipelihara selama 2
bulan serta minyak atsiri kulit jeruk keprok dan zinc
bacitracin. Metode penelitian yang digunakan adalah
rancangan percobaan RAL (Rancangan Acak Lengkap) Pola
Faktorial 2x8 dengan 8 perlakuan dan 4 ulangan yang masingmasing perlakuan terdiri dari 11 ekor puyuh berumur 45 hari.
Perlakuan yang diberikan sebagai berikut, P0= Pakan Basal
100% (Kontrol), P0+ = Pakan Basal + zinc bacitracin 0,15%
(Kontrol), P1= Pakan Basal + Minyak Atsiri Kulit Jeruk
keprok 0,05%, P2= Pakan Basal + Minyak Atsiri Kulit Jeruk
keprok 0,10%, P3= Pakan Basal + Minyak Atsiri Kulit Jeruk
keprok 0,15%, P4= Pakan Basal + Minyak Atsiri Kulit Jeruk
keprok 0,20%, P5= Pakan Basal + Minyak Atsiri Kulit Jeruk
keprok 0,25%, P6= Pakan Basal + Minyak Atsiri Kulit Jeruk
keprok 0,30%. Variabel yang diamati meliputi indeks putih
telur, indeks kuning telur, warna, dan Haugh Unit. Data
dianalisis menggunakan analisis ragam (ANOVA) Rancangan
Acak Lengkap Pola Faktorial, jika diperoleh perbedaan
diantara perlakuan dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda
Duncan’s.
Hasil Penelitian penggunaan minyak atsiri kulit jeruk
keprok sebagai campuran pakan terhadap kualitas telur puyuh
tidak memberikan pengaruh nyata pada indeks putih telur
(P>0,05), pengaruh yang sangat nyata pada indeks kuning
telur (P<0,01), pengaruh nyata terhadap warna (P<0,05), dan
berbeda sangat nyata pada (P<0,01). Metode penyimpanan
terhadap kualitas telur puyuh tidak memberikan pengaruh pada
indeks putih telur (P<0,05), pengaruh sangat nyata pada indeks
kuning telur (P<0,01), tidak mempengaruhi warna kuning telur
(P>0,05), dan pengaruh sangat nyata pada HU (P<0,01). Pada
uji interaksi hanya terdapat interaksi terhadap indeks putih
telur (P<0,05) dan tidak terdapat interaksi serta pengaruh yang
nyata pada IKT, warna, dan HU (P>0,05). Kandungan
antimikroba dapat mempertahankan daya tahan tubuh puyuh
sehingga dapat memaksimalkan kualitas produk telur yang
dihasilkan dan metode penyimpanan refrigerator dapat
mempertahankan kualitas telur. Hal ini dapat disebabkan oleh
kemampuan suhu refrigerator dalam menghambat penguapan
air dan CO2.
Kesimpulan dari penelitian ini perlakuan terbaik
terdapat pada P6 yakni penambahan minyak atsiri sebanyak
0,30% sebagai antibiotik alami dengan nilai HU rata-rata
94,30±3,13, metode refrigerator sebagai metode penyimpanan
terbaik dengan nilai HU rata-rata 95,32±2,84 dan rataan
interaksi terbaik terdapat pada P2 dengan penyimpanan dalam
suhu refrigerator yang memiliki nilai HU rata-rata sebanyak
97,27±2,05. Selain itu, diharapkan adanya penelitian lanjutan
terkait minyak atsiri kulit jeruk keprok sebagai imbuhan pakan
dan metode penyimpanan
Pengaruh Penambahan Kombinasi Nanoenkapsulasi Kunyit dan Acidifier sebagai Additif Pakan terhadap Mikroflora dan Karakteristik Usus Puyuh (Coturnix coturnix japonica)
Puyuh merupakan unggas yang mudah untuk
dibudidayakan, dapat berproduksi dalam waktu singkat, dan
dalam pemeliharaannya tidak memerlukan lahan yang luas,
selain itu puyuh afkir masih sangat diminati oleh pasar. Faktor
yang memiliki kontribusi paling besar dalam budi daya puyuh
adalah pakan yang mencapai 70% biaya produksi. Peningkatan
efisiensi pakan harus dilakukan guna memaksimalkan
pemanfaatan nutrisi oleh ternak sehingga performa produksi
meningkat, yang mana salah satunya dengan penggunaan
aantibiotik. Namun, semenjak Pemerintah Indonesia melarang
penggunaan antibiotik pada ternak, maka perlunya mencari
alternatif pengganti antibiotik.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh penambahan nanoenkapsulasi ekstrak kunyit dalam
level yang berbeda dan acidifier terhadap mikroflora dan
karakteristik usus burung puyuh. Penelitian ini dilakukan pada
6 September hingga 15 November 2022 di Desa Ampeldento,
Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang. Materi penelitian
antara lain puyuh berumur 65 hari, antibiotic zinc bacitracin,
acidifier, dan nanoenkapsulasi ekstrak kunyit. Metode analisisvii
Pengaruh Penambahan Kombinasi Nanoenkapsulasi Kunyit dan Acidifier sebagai Additif Pakan terhadap Mikroflora dan Karakteristik Usus Puyuh (Coturnix coturnix japonica)
Puyuh merupakan unggas yang mudah untuk
dibudidayakan, dapat berproduksi dalam waktu singkat, dan
dalam pemeliharaannya tidak memerlukan lahan yang luas,
selain itu puyuh afkir masih sangat diminati oleh pasar. Faktor
yang memiliki kontribusi paling besar dalam budi daya puyuh
adalah pakan yang mencapai 70% biaya produksi. Peningkatan
efisiensi pakan harus dilakukan guna memaksimalkan
pemanfaatan nutrisi oleh ternak sehingga performa produksi
meningkat, yang mana salah satunya dengan penggunaan
aantibiotik. Namun, semenjak Pemerintah Indonesia melarang
penggunaan antibiotik pada ternak, maka perlunya mencari
alternatif pengganti antibiotik.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh penambahan nanoenkapsulasi ekstrak kunyit dalam
level yang berbeda dan acidifier terhadap mikroflora dan
karakteristik usus burung puyuh. Penelitian ini dilakukan pada
6 September hingga 15 November 2022 di Desa Ampeldento,
Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang. Materi penelitian
antara lain puyuh berumur 65 hari, antibiotic zinc bacitracin,
acidifier, dan nanoenkapsulasi ekstrak kunyit. Metode analisisviii
data yang digunakan berupa Rancangan Acak Lengkap (RAL)
yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 ulangan apabila terdapat
hasil analisis yang berbeda nyata, maka dilanjutkan dengan Uji
Jarak Berganda Duncan (UJBD). Perlakuan terdiri dari pakan
basal dengan antibiotic zinc bacitracin 0,1% (P0+) sebagai
perlakuan kontrol, pakan basal dengan penambahan
nanoenkapsulasi ekstrak kunyit 0,1% dan acidifier 0,1% (P1),
pakan basal dengan penambahan nanoenkapsulasi ekstrak
kunyit 0,2% dan acidifier 0,1% (P2), pakan basal dengan
penambahan nanoenkapsulasi ekstrak kunyit 0,3% dan acidifier
0,1% (P3). Variabel yang diamati adalah mikroflora usus
meliputi Salmonella sp., Escherichia coli, dan Bakteri Asam
Laktat (BAL), serta karakteristik usus meliputi pH dan
viskositas digesta.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan
nanoenkapsulasi ekstrak kunyit dan acidifier memberikan
pengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap pH digesta ileum usus
halus. Perlakuan juga memberikan pengaruh tidak nyata
(P>0,05) terhadap viskositas digesta ileum usus halus. Pada
variabel mikroflora usus, perlakuan kunyit dan acidifier
memberikan pengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap populasi
bakteri asam laktat dan Escherichia coli pada usus puyuh,
sedangkan pada variabel populasi Salmonella sp., perlakuan
memberikan pengaruh yang sangat nyata (P>0,01).
Pemberian feed additive menggunakan kombinasi
nanoenkapsulasi ekstrak kunyit dan acidifier pada pakan puyuh
belum mampu menurunkan pH dan viskositas digesta pada
ileum usus halus, serta belum mampu meningkatkan populasi
Bakteri Asam laktat dan menurunkan populsi bakteri
Escherichia coli, akan tetapi perlakuan ini dapat menurunkan
populasi bakteri Salmonella sp
Pengaruh Imbangan Tepung Kunyit (Curcuma domestica) dan Acidifier dalam Pakan Terhadap Status Mikroflora dan Karakteristik Ileum Broiler
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh imbangan tepung kunyit (Curcuma
domestica) dan acidifier dalam pakan broiler terhadap pH digesta, viskositas digesta, status
mikroflora (Bakteri Asam Laktat, Escherichia coli dan Salmonella sp.) dan karakteristik ileum
broiler (jumlah vili, tinggi vili, kedalaman kripta, lebar basal vili, lebar apikal vili dan luas
permukaan vili). Penelitian ini menggunakan broiler strain Cobb (umur satu hari) sebanyak 240
ekor, tanpa membedakan jenis kelamin (unsexed). Penelitian ini dilakukan di kandang milik
Bapak Subur yang berada di Buring, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang. Penelitian ini
merupakan penelitian eksperimental lapang menggunakan enam perlakuan dan empat ulangan.
Perlakuan yang digunakan meliputi P0: Pakan basal tanpa penambahan, P1: Pakan basal + 2%
tepung kunyit + 0% acidifier, P2: Pakan basal + 1,5% tepung kunyit + 0,5% acidifier, P3: Pakan
basal + 1% tepung kunyit + 1% acidifier, P4: Pakan basal + 0,5% tepung kunyit + 1,5% acidifier
dan P5: Pakan basal + 0% tepung kunyit + 2% acidifier. Data yang telah didapat ditabulasi
menggunakan Microsoft Excel yang kemudian dianalisis menggunakan analisis ragam
(ANOVA) dan apabila terdapat perbedaan antar perlakuan akan dilanjutkan dengan uji jarak
berganda Duncan’s (Duncan’s Multiple Range Test). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pakan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap pH
digesta ileum (4,75±0,40), viskositas digesta ileum (2,45±0,13), jumlah koloni bakteri asam
laktat (9,25±0,87) dan Escherichia coli (3,00±0,41) dan karakteristik usus halus bagian ileum
yang meliputi jumlah vili (78,20±3,33), tinggi vili (675,25±21,93), kedalaman kripta
(182,65±9,86), lebar basal vili (159,50±6,86), lebar apikal vili (47,18±1,59) dan luas
permukaan vili (2960,89±184,57). Pakan perlakuan tidak memberikan perngaruh (P>0,05)
terhadap jumlah koloni bakteri Salmonella sp. (2,81±0,38). Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pemberian imbangan pada konsentrasi 1% tepung
kunyit dan 1% acidifier memberikan hasil terbaik dalam meningkatkan jumlah koloni BAL,
menekan jumlah bakteri patogen dan meningkatkan karakteristik ileum broil
Performa produksi dan reproduksi itik Mojosari dengan pemberian kunyit (curcuma longa) dan probiotik dalam pakan
Keprihatinan terhadap perkembangan sifat resistensi antimikroba,
beberapa Negara telah membuat regulasi nomor 1831/2003 larangan
penambahan antibiotik sintetis jenis apapun pada pakan unggas sebagai bahan
imbuhan pakan untuk mencegah kontaminasi bakteri. Indonesia merupakan
Negara tropis yang sangat potesial bagi perkembangan mikroorganisme,
kemajuan industri perunggasan di Indonesia telah didorong oleh penggunaan
alternative antimikroba dalam pakan terutama tanaman herbal yang digunakan
sebagai sumber antibiotik alami. Salah satu pengganti antibiotik sintetis karena
mempunyai sifat antimikroba adalah kunyit yang memiliki kandungan zat bioaktif
curcuma, flavonid dan fenol (Purwanti et. al., 2014; Purwanti et al., 2019).
Penggunaan herbal dosis 2,5 mL/liter air minum memperlihatkan semua organ
pencernaan broiler dalam keadaan normal sehingga penyerapan nutrisi menjadi
lebih baik sebagaimana mekanisme kerja antibiotik sebagai growth promotant
dan bila diberikan diatas dosis tersebut memperlihatkan kerusakan
histopatologi organ pencernaan serta dapat menghambat bakteri Gram positif
maupun bakteri Gram negatif. (Agustina et al., 2006; 2009; 2010 : Ardiansyah,
W. 2013). Ekstrak tanaman, aditif fitogenik, minyak esensial, prebiotik dan
probiotik telah banyak diteliti guna menggantikan antibiotik sintesis telah diuji
untuk mendapatkan hasil yang terbaik (Diaz-Sanchez et al., 2015; Toghyani
et.al., 2011). Probiotik sebagai feed additive dalam usaha peternakan unggas
secara modern telah umum dilakukan untuk memacu pertumbuhan atau
meningkatkan produktivitas ternak dan meningkatkan efesiensi pakan (Lestari et
al., 2021: Sjofjan, 2003).
Penelitian ini bertujuan mengkaji dan menganalis kandungan nilai nutrisi
dan zat bioatif kunyit, menghitung dan mengamati histopatologi vili-vili usus,
menganalisis manfaat pemberian kunyit dan probiotik serta kombinasinya dalam
pakan terhadap performa produksi dan menghitung jumlah folikel sel telur pada
saluran reproduksi itik Mojosari. Manfaat yang diperoleh pada penelitian ini
adalah : sebagai bahan informasi ilmiah kandungan nutrisi dan zat bioaktif kunyit
serta penerapannya pada itik. Selain itu, sebagai dasar penyusunan pakan itik
guna meningkatkan efesiensi serta performa produksi dan reproduksi itik
Mojosari. Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap yaitu : (1). Analisis kandungan
nutrisi dan zat bioaktif kunyit, analisis fitokimia kunyit (Curcuma longa) dan
pembuatan probiotik. (2). Analisis uji daya hambat kunyit dan probiotik terhadap
Salmonella dan Escherichia coli. (3). Analisis mikroflora usus melalui uji Total
Plat Count, analisis karakteristik usus melalui histopatologi vili, dan penerapan
kunyit dan probiotik terhadap performa produksi dan reproduksi itik Mojosari.
Penelitian tahap pertama dilakukan dengan metode analisis uji kimia
kunyit meliputi kandungan bahan kering (BK), protein kasar (PK), serat kasar
(SK), lemak kasar (LK), karbohidrat (KH), kandungan abu dilaksanakan di
Laboraturium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas
Hasanuddin Makassar. Uji kalsium (Ca) dan fospor (P) dilaksanakan di
Laboraturium Fitofarmaka Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Makassar.
Analisis fitokimia dilakukan untuk menentukan komponen bioaktif kunyit atau efek
farmakologis dilaksanakan di Laboraturium Fitofarmaka Fakultas Farmasi
Universitas Hasanuddin, Makassar. Pembuatan probiotik dilaksanakan di
Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya yang berasal dari penelitian RAPID
(Sjofjan, 2013). Data yang diperoleh ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif.
Penelitian tahap kedua dilakukan dengan analisis uji daya hambat
kunyit terhadap Salmonella dan Escherichia coli dilaksanakan di Laboraturium
hama dan penyakit tanaman Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Metode
yang digunakan adalah percobaan Laboratorium mengunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan 4 ulangan. Perlakuan penelitian meliputi:
P0 (aquades/kontrol), P1 (kunyit 98% + aquades 2%), P2 ( probiotik 96% +
aquades 4%), P3 (probiotik 92% + kunyit 8%), P4 (antibiotik bazitrasin 92% +
aquades 8%), jika terdapat perbedaan antara perlakuan dilanjutkan dengan Beda
Nyata Terkecil (BNT).
Penelitian tahap ketiga dilakukan dengan (1). pemeliharaan itik Mojosari
di Kandang peternak itik kelurahan Batu Lappa Kecamatan Watang Pulu
Kabupaten Sidrap Propinsi Sulawesi Selatan. Selanjutnya menghitung jumlah
populasi mikroflora saluran pencernaan itik Mojosari dilakukan di Laboraturium
Mikrobiologi dan Bakteriologi Fakutas Peternakan Universitas Hasanuddin
Makassar. (2). Analisis histopatologi dilakukan di Laboraturium Patologi Balai
Besar Veteriner Kabupaten Maros Sulawesi Selatan. 3). Menganalisis dan
menghitung konsumsi pakan, konversi pakan, produksi telur harian (HDP%),
bobot telur dan mortalitas. (4). Menganalisis dan menghitung jumlah folikel
kuning besar, jumlah folikel kuning kecil, jumlah folikel putih besar dan jumlah
folikel putih kecil, bobot ovarium dan jumlah folikel induk petelur. Metode yang
digunakan percobaan rancangan acak lengkap (RAL) 6 perlakuan 4 ulangan,
satu unit percobaan terdiri atas 8 ekor itik dengan perlakuan yaitu : P0 (pakan
basal + kontrol 0%), P1 (pakan basal + tepung kunyit 0,2%), P2 (Pakan basal +
tepung kunyit 0,8%), P3 (Pakan basal + tepung kunyit 0,2% + probiotik 0,1%), P4
(Pakan basal + tepung kunyit 0,8% + probiotik 0,6%), P5 (Pakan basal +
Antibiotik bazitrasin 0,01%) data yang diperoleh ditabulasi dan dianalisis sidik
ragam, jika terdapat perbedaan dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT).
Hasil penelitian tahap pertama diperoleh sebagai berikut : Hasil analisis
kandungan nutrisi (proximat) tepung kunyit meliputi kandungan kadar air 17,37±
0,23%, protein kasar 13,39± 0,12%, lemak kasar 11,96± 0,07%, serat kasar 11,17± 0,49%, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) 53,92± 0,24%, abu 9,55±
0,06 %, kalsium 0,52± 0,01% dan pospor 0,58± 0,01 %. Hasil analisis fitokimia
zat bioaktif kunyit yakni kadar kurkumin 11,170%, kadar flavonoid 30,206%, dan
kadar polifenol 26,994%.
Hasil penelitian tahap kedua diperoleh hasil rata-rata uji daya hambat
kunyit dan probiotik terhadap bakteri Salmonella tertinggi (p4) 5,13±0,00 mm,
(p3) 3,92±1,35 mm, (p2) 3,91±0,71 mm, dan (p1) 1,98±0,30 mm, secara statistik
p0 tidak berbeda dengan p1, tetapi keduanya berbeda sangat nyata(p<0,01)
dengan p2, p3 dan p4, diantara ketiga perlakuan tersebut menunjukkan hasil
yang tidak berbeda. Demikian pula dengan bakteri Eschericia coli tertinggi (p4)
5,49±0,00 mm, (p3) 5,00±1,36 mm, (p2) 4,94±0,49 mm, (p1) 2,85±0,29 mm,
secara statistik p0 dan p1 berbeda sangat nyata (p<0,01) terhadap p2, p3 dan
p4, sedangkan ketiganya p2,p3 dan p4 tidak berbeda nyata.
Hasil penelitian tahap ketiga hasil rata-rata jumlah koloni bakteri Total Plat
Count tertinggi yakni (p1) 164,58±32,92 cfu/ml, (p4) 95,92±33,28 cfu/ml, (p3)
85,10±17,05 cfu/ml, (p2) 56,68±22,82 cfu/ml, (p0) 28,00±9,90cfu/ml dan (p5)
48,33±22,50 cfu/ml. berdasarkan analisa statistik p0 terhadap p1 memiliki
perbedaan sangat nyata (p<0,01) sedangakan pada perlakuan p2,p3, p4 dan p5
tidak menunjukkan perbedaan nyata (p>0,05). Perlakuan p1 menunjukkan
perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) terhadap semua perlakuan. Hasil analisis
karakteristik panjang usus tertinggi terdapat pada perlakuan (p1) 180,25±12,84
cm, (p2) 179,50±12,12 cm, (p0) 178,75±13,75 cm, (p3) 175,25±11,44 cm, (p4)
173,50±7,32 cm dan (p5) 168,25±16,27 cm. Namun dalam hal ini semua
perlakuan tidak terdapat perbedan yang nyata. Hasil rata-rata bobot usus
tertinggi terdapat pada perlakuan (p0) 108,50±21,45 g, (p2) 103,75±7,13 g, (p1)
97,75±11,76, (p5) 88,75±11,73, (p3) 87,75±7,36 dan terendah (p4) 87,25±18,62
g, semua perlakuan tidak terdapat perbedaan nyata. Hasil analisis histopatologi
ukuran tinggi vili tertinggi pada (p4) 630,25±69,97 μm, (p1) 517,70±40,42 μm,
(p3) 511,00±69,73 μm, (p5) 492,73±131,64 μm (p2) 464,72±71,31 μm dan
terendah (p0) 416,22±43,30 μm. Analisis statistik menunjukkan bahwa p0
berbeda sangat nyata (p>0,05) dengan perlakuan lainnya. Pada ukuran lebar vili
menunjukkan hasil tertinggi (p4) 106,88±8,67 (p2) 86,91±17,81 (p5) 85,99±10,50
(p3) 84,81±11,16 (p1) 80,62±4,05 dan terendah (p0) 67,54±18,98. Analisis
statistic menunjukkan p0 berbeda nyata (p<0,05) terhadap p4. Hasil analisis
performa yakni : rata-rata konsumsi pakan semua perlakuan sebesar 160
g/ekor/hari. Rata-rata produksi telur tertinggi pada perlakuan P4 yaitu sebesar
55,00±0,76% kemudian diikuti (p3) 51,98±1,34%, (p2) 47,76±1,06%,
(p1)37,45±2,38%, (p5) 37,86±0,92%, dan (p0) 36,77±1,16%. Berdasarkan
analisis sidik ragam, produksi telur berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap
perlakuan yang diberikan. Hasil uji lanjut BNT memperlihatkan bahwa perlakuan
p0 tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap p1 dan p5, namun berbeda sangat
nyata (P<0,01) terhadap p2, p3, dan p4. Perlakuan p4 yang memiliki jumlah
terbesar menunjukkah perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) terhadap
perlakuan lainnya. Rata-rata bobot telur tertinggi perlakuan (p4) 66,25±0,96 g,
(p3) 65,75±0,96 g, (p1) 63,50±0,58 g, (p2) 63,13±1,03 g, (p5) 63,50±0,58 g, dan
(p0) 62,00±1,98 . Berdasarkan analisis statistik p4 memiliki perbedaan yang
sangat nyata (P<0,01) terhadap semua perlakuan lainnya kecuali dengan p3
memiliki perbedaan yang tidak nyata (P>0,05). Rata –rata konversi terbaik pada
perlakuan (p4) 4,41±0,68, (p3) 4,68±0,08, (p2) 5,32±0,10, (p1) 6,75±0,36, (p5)
6,85±0,16 dan (p0) 7,02±0,27. Uji statistik menunjukkan P4 berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap semua perlakuan kecuali pada P3 tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata (P>0,05). Hasil analisis performa reproduksi yakni : rata –
rata bobot ovarium tertinggi pada perlakuan (p4) 55,24±9,90 g, (p3) 49,00±10,74
g, (p2) 44,00±13,31 g, (p1) 42,33±14,44 g, (p0) 35,25±6,18 g dan (p5)
30,38±6,20 g. Rata-rata jumlah folikel kuning besar tertinggi pada perlakuan (p4)
6,25±0,96, (p3) 6,00±0,82, (p2) 3,50±1,30, (p5) 2,25±2,50, (p1) 2,25±0,50 dan
(p0) 2,00±0,82. Jumlah folikel kuning kecil tertinggi pada perlakuan (p4)
9,00±2,45, (p3) 8,50±3,00, (p2) 4,00±1,15,(p1) 2,75±2,21, (p0) 1,50±0,58, (p5)
1,25±2,50. Jumlah folikel putih besar tertingg pada perlakuan (p2) 19,00±7,35,
(p4) 12,50±2,88, (p3) 10,50±3,32, (p5) 8,75±5,96, (p1) 8,50±5,44, (p0)
5,00±2,16. Rata-rata Jumlah folikel putih kecil tertinggi pada perlakuan (p3)
300,00±40,83, (p4) 237,50±75,00, (p5) 200,00±57,74, (p2) 187,50±103,08, (p0)
145,00±42,03 (p1) 137,50±25,00. analisis statistik menunjukkan bahwa rataan
bobot ovarium, folikel putih besar dan putih kecil berpengaruh nyata (P<0,05)
terhadap perlakuan P4, sedangkan jumlah folikel kuning besar dan kuning kecil
berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap perlakuan P2 dan P3.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan : 1). Analisis proximat
tepung kunyit dari rata – rata kadar air, protein kasar, lemak kasar, serat kasar,
BETN, abu, Ca dan fosfor sesuai angka standar komposisi pangan Indonesia. 2).
Analisis fitoskrining kadar kurkumin, flavonoid, dan polifenol memiliki nilai yang
sesuai pada standar komposisi kimia kunyit. 3). Analisis diameter zona hambat
bakteri Salmonella dan Eschericia coli tertinggi pada perlakuan p4 (antibiotik
92%+aquades 8%). Namun pada penelitian ini kami menitik beratkan kombinasi
pada perlakuan P3 (kunyit 92%+ probiotik 8%). 4). Analisis jumlah koloni bakteri
Total Plat Count usus terbaik pada perlakuan p2 (pakan basal + kunyit 0,8%).
5). Panjang dan bobot usus tidak berpengaruh dengan penambahan antibiotik,
probiotik dan herbal namun pada tinggi dan lebar vili memberikan hasil terbaik
dengan perlakuan P4 (kunyit 0,8% + probiotik 0,6%). 6). Produksi telur, konversi
pakan, dan bobot telur terbaik pada perlakuan P4 (kunyit 0,8% + probiotik 0,6%).
7). Performa reproduksi terbaik pada perlakuan P4 terhadap jumlah folikel kuning
besar, folikel kuning kecil, dan folikel putih besar. Sedangkan jumlah folikel putih
kecil terbaik pada perlakuan P3.
Dari hasil penelitian dapat disarankan bahwa : kombinasi penggunaan
kunyit 0,8% dan probiotik 0,6% dalam pakan untuk performa produksi dan
reproduksi itik Mojosari