11 research outputs found
Studi Simulasi Pola Operasi Waduk Bendungan Tiu Kulit di Pulau Sumbawa
Pembangunan waduk bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air dengan memperhatikan
produksi dan kapasitas waduk. Bendungan Tiu Kulit di Nusa Tenggara Barat memiliki
tampungan efektif sebesar 7,15 juta m3 dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air baku,
irigasi, dan air minum ternak. Studi optimasi pola operasi dilakukan untuk menentukan pola
operasi waduk yang tepat berdasarkan kondisi musim dan keanekaragaman kebutuhan.
Penelaahan operasi dan simulasi pengoperasian waduk dilakukan untuk jangka waktu tertentu
berdasarkan aturan yang ditetapkan.
Dari hasil simulasi tampungan waduk pada tahun kering, normal, dan basah, dapat
disimpulkan bahwa pada periode tahun kering, waduk masih dapat memenuhi kebutuhan air
baku, irigasi, dan air minum ternak secara penuh dengan pengeluaran air maksimal sebesar
1.20 m3/dtk. Pada periode tahun normal, debit inflow tahunan secara keseluruhan dapat
memenuhi kebutuhan air 100% dengan pengambilan air maksimal sebesar 1.20 m3/dtk tanpa
terjadi defisit pada seluruh periode 15 harian di semua bulan. Sedangkan pada periode tahun
basah, waduk akan mengalami spillout pada semua debit inflow tahunan, namun tetap dapat
memenuhi kebutuhan air maksimal sebesar 1.20 m3/dtk.
Hasil pola operasi Waduk Tiu Kulit adalah bahwa pola operasi tergantung pada kondisi
tahunan, yaitu tahun kering, normal, atau basah. Pada tahun kering, elevasi dibatasi pada
+53.07 m dengan debit outflow maksimum sebesar 1.20 m3/dtk. Pada tahun normal, elevasi
awal operasi pada +57.00 m dengan debit outflow maksimum sesuai kebutuhan sebesar 1.20
m3/dtk. Pada tahun basah, operasi dilakukan pada elevasi NWL +57.00 m dengan pengeluaran
debit outflow sesuai dengan kebutuhan maksimum. Pada seluruh debit inflow kondisi tahun
normal juga menghasilkan elevasi di akhir periode pada elevasi NWL +57.00 m. Kondisi ideal
untuk tahun basah adalah pada elevasi +57.00 m dimana semua debit inflow kondisi tahun
basah dapat terjadi kondisi seimbang dan muka air minimum pada tahun berikutnya adalah
sama atau lebih besar dari tahun sebelumnya
Penilaian Kinerja Sistem Irigasi Di Daerah Irigasi Kaliboto, Kabupaten Kediri
Swasembada beras merupakan tujuan yang tertuang pada program Nawacita Pemerintah
Indonesia. Salah satu faktor tujuan tersebut dapat tercapai adalah dengan terciptanya kinerja
jaringan irigasi yang baik di seluruh Indonesia. Seiring berjalannya waktu kinerja jaringan
irigasi pada suatu Daerah Irigasi dapat mengalami penurunan. Integrated Participatory
Development and Management of Irrigation Program (IPDMIP) merupakan program di
bidang irigasi yang salah satu dampaknya untuk pemeliharaan sistem irigasi, termasuk Daerah
Irigasi Kaliboto Kabupaten Kediri.
Dalam upaya meningkatkan pengelolaan aset irigasi pada Daerah Irigasi Kaliboto perlu
dilakukan penelusuran dan penilaian Kinerja Sistem Jaringan Irigasi pada Daerah Irigasi
Kaliboto menggunakan manajemen aset yakni melalui aplikasi Epaksi dan metode manual PU
sebagai perbandingannya. Penilaian yang dilakukan mencakup penilaian kondisi fisik mapun
non fisik yang mengahsilkan produk berupa nilai indeks aset jaringan irigasi guna mengetahui
kondisi aset dan skala prioritas perbaikan.
Berdasarkan peneletian yang sudah dilakukan didapat hasil bahwa Indeks Kinerja Sistem
Irigasi daerah irigasi Kaliboto sebesar 63,79% (sedang) dengan metode manual PU dan
70,96% (sedang) dengan aplikasi Epaksi. Total 16 bangunan dan 8 saluran yang ditemukan
saat survei lapangan.
Terdapat 2 bangunan dan 3 saluran yang masuk kedalam prioritas perbaikan dengan
biaya perbaikan sebesar Rp. 9.310.014. Untuk Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan
Pemeliharaan (AKNOP) pada Daerah Irigasi Grogol Kabupaten Kediri sebesar Rp.
547.339.253
Analisis Hidrolis Uji Model Fisik Bendung Mena, Kabupaten Timor Tengah Utara
Bendung Mena merupakan salah satu infrastruktur untuk mengatasi masalah
pemenuhan kebutuhan air irigasi daerah Mena, sebagai suatu upaya konservasi sumber daya
air. Sungai Mena merupakan salah satu sungai yang melintasi Kabupaten Timor Tengah Utara
dan terletak pada DAS Oemanu yang memiliki luas sebesar 362,80 km2. Berhulu pada Sungai
Noel Oemanu dan bermuara di Selat Ombai, Sungai Mena memiliki panjang 29,25 km.
Sedangkan Bendung Mena secara administratif terletak di Desa Kaubele Kecamatan Biboki
Moenleu dan Desa Humusu Oekolo Kecamatan Insana Utara Kabupaten Timor Tengah Utara.
Daerah Irigasi Mena mempunyai 2 pintu pengambilan kiri dan kanan. Kondisi Bendung Mena
mengalami kerusakan sehingga mengalami penurunan fungsi yang cukup beasr. Menanggapi
hal tersebut maka Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II Timor Tengah utara merencanakan
proyek rehabilitasi D.I Mena untuk memperbaiki fungsi dan kinerja bangunan Bendung Mena
serta memperluas areal irigasi dengan menambahkan saluran intake kanan. Dengan adanya
penambahan intake sebagai upaya meluaskan daerah irigasi, perlu adanya perencanaan yang
matang terhadap sistem intake tersebut yang meliputi: pintu pengambilan (intake), kantong
lumpur, debit kebutuhan irigasi, dan debit pembilasan kantong lumpur. Upaya perencanaan
tersebut harus dilakukan dengan meninjau kembali perilaku hidrolik desain Bendung Mena
terhadap perubahan-perubahan yang diterapkan serta untuk melihat juga efektivitas intake
tersebut. Berdasarkan uji model Bendung Mena, dihasilkan kondisi aliran pada Sungai Mena
dengan menggunakan parameter bilangan Froude (Fr) menunjukkan aliran sub-kritis pada
sebagian besar section kecuali pada bagian pelimpah hingga peluncur pelimpah (section 0 –
III) untuk keseluruhan variasi debit. Sedangkan untuk kavitasi, menunjukkan hasil di bawah
kavitasi sehingga menunjukkan tidak terjadinya kavitasi pada seluruh variasi debit. Kondisi
gerusan pada hilir bangunan Bendung Mena dianalisis menggunakan empat metode yaitu
metode pengamatan, metode Lacey, metode Vendijh, dan Metode USBR. Dengan metode
pengamatan berbeda cukup signifikan dengan metode analitis dikarenakan perbedaan parameter yang digunakan dan juga dampak dari adanya kolam olak. Untuk kala ulang debit
Q2th dengan debit sebesar 0,037 m3/detik menghasilkan kedalaman gerusan pada metode
pengamatan sebesar 0,016 m, metode Lacey sebesar 0,117 m, Metode Vendijh sebesar 0,090
m, dan Metode USBR sebesar 0,085 m. Kala ulang debit Q10th dengan debit sebesar 0,063
m3/detik menghasilkan kedalaman gerusan pada metode pengamatan sebesar 0,021 m, metode
Lacey sebesar 0,140 m, Metode Vendijh sebesar 0,110 m, dan Metode USBR sebesar 0,115 m.
Kala ulang debit Q25th dengan debit sebesar 0,084 m3/detik menghasilkan kedalaman gerusan
pada metode pengamatan sebesar 0,022 m, metode Lacey sebesar 0,154 m, Metode Vendijh
sebesar 0,125 m, dan Metode USBR sebesar 0,136 m. Hasil pemodelan menunjukkan desain
intake bendung kanan dan kiri dapat mengalirkan kebutuhan irigasi sebesar 1,5 m3/detik pada
intake kanan dan 1,12 m3/ detik pada intake kiri. Setelah dilakukan analisis, menghasilkan debit
pembilasan paling efektif pada kantong lumpur kanan adalah 4,1 m3/detik dengan efektivitas
pengangkutan volume sedimen sebesar 75,39%, elevasi muka air +24,50 meter, dan tinggi
jagaan 0,50 mete
Analisa Hidrolika Uji Model Test Pelimpah Bendungan Pelosika Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara.
Kabupaten Konawe merupakan salah satu kabupaten di
Provinsi Sulawasi Selatan, yang dimana sebelumnya kabupaten ini bernama kabupaten kendari.
Kabupaten Konawe mempunyai beberapa sungai yang cukup potensial untuk pengembangan
pertanian, irigasi, dan pembangkit tenaga listrik, salah satunya yaitu sungai Konaweeha, Sungai
Lahumbuti, Sungai Lapoa, Sungai Lasolo, Sungai Kokapi, Sungai Toreo, Sungai Andumowu
dan Sungai Molawe. Dalam prosesnya sungai-sungai yang potensial ini dapat menjadi sebuah
permasalahan pada saat musim penghujan. Hal ini dikarenakan kurangnya pengolahan terhadap
sumber daya alam ini yang mengakibatkan kemungkinan terjadinya banjir pada saat musim
penghujan semakin tinggi. Salah satu desa yang merasakan dampaknya ialah Desa
Wonoamonapa, kecamatan Pondidaha, hal tersebut dilansir di suara.com pada bulan agustus
2021.
Salah satu langkah untuk menangani permasalahan pengolahan ini, direncanakan
bendungan Pelosika yang berlokasi di Sungai Konaweha, Kabupaten Konawe, Sulawesi
Selatan sebagai upaya konservasi air dan pemanfaatan sumber air sebagai pengairan irigasi dan
pembangkit tenaga listrik. Dalam menyempurnakan perencanaannya dilakukan uji model fisik
di Laboratorium Hidrolika Terapan Universita Brawiajya. Model test Bendungan Pelosika ialah
bangunan model berskala lebih kecil dari Bendungan Pelosika dengan mengikuti prinsip
kesebangunan hidrolis dengan memenuhi parameter-parameter yang sesuai dengan banjir
rancangan yang sudah ditentukan yaitu mulai dari Q100th, Q500th, QPMF. Hal ini bertujuan
untuk penyempurnaan desain dari Bendungan Pelosika sesuai dengan kaidah hidrolika yang
berlaku.
Studi ini dilakukan dengan mula-mula membangun konstruksi model fisik dari Bendungan
Pelosika sesuai dengan data teknis Bendungan Pelosika dari konsultan terkait. Kemudian
dibangun dengan skala 1:50 yang sudah mempertimbangkan ketelitian dan fasilitas yang
tersedia pada Laboratorium Hidrolika Terapan. Setelah itu, dilakukan pengujian pada model
test meliputi pengukuran muka air, kecepatan, tekanan hidrostatis, operasi bukaan pintu, dan
fenomena yang terjadi pada model fisik Bendungan Pelosika. Mula-mula dilakukan running
seri 0 sesuai dengan desain perencanaan awal untuk menilai kaidah hidrolika dari desain awal,
kemudian terdapat ketidak sesuain dengan kaidah hidrolika. Kemudian dilakukan
penyempurnaan desain diantaranya dengan perbaikan bangunan pengarah
Studi Optimasi Alokasi Air Irigasi Pada Daerah Irigasi Brangkal Bawah Kabupaten Madiun Menggunakan Program Dinamik
Daerah Irigasi Brangkal Bawah berada di wilayah Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun,
Jawa Timur. Areal Irigasi Daerah Irigasi Brangkal Bawah mempunyai luas baku sawah sebesar
1026 Ha. Penggunaan air irigasi di Daerah Irigasi Brangkal Bawah masih dirasa belum optimal
karena masih sering terjadi kekurangan air terutama pada musim kemarau. Permasalahan ini
terjadi karena pembagian air yang belum merata. Pemberian air harus dilakukan dengan
memperhatikan ketersediaan air yang ada sehingga perlu dilakukan optimasi untuk
mengoptimalkan pemberian air irigasi dan didapatkan keuntungan yang maksimal pula.
Teknik optimasi yang digunakan dalam studi ini adalah Program Dinamik Deterministik.
Untuk menyelesaikan masalah menggunakan program dinamik deterministik, problem dipecah
menjadi beberapa tahap (stage) sehingga didapatkan keuntungan berdasarkan pemberian air
pada tiap tahapnya. Fungsi kendala dari optimasi ini adalah luas lahan dan debit tersedia dengan
fungsi tujuan yaitu keuntungan maksimum. Tahapan optimasi pada studi ini adalah Forward
Recusrive yaitu bergerak maju dari tahap awal menuju tahap akhir yang dimulai dari B. Bk 1,
B. Bk 2, B. Bk 3, B. Bk 4, B. Bku 1, dan B. Bks 1. Kemudian dari hasil running menggunakan
excel, dilakukan pelacakan balik (back tracking) dari tahap akhir menuju tahap awal untuk
mendapatkan jalur pemberian air yang optimal.
Berdasarkan hasil optimasi, terjadi peningkatan luas tanam sebesar 51,25 Ha dan
peningkatan keuntungan sebesar 8,38%. Setelah dilakukan optimasi program dinamik,
keuntungan yang didapatkan pada musim tanam II sebesar Rp. 5.241.706.263,02, dan pada
musim tanam III sebesar Rp. 3.041.485.345,94 dengan total keuntungan adalah sebesar Rp.
8.283.191.608,9
Penilaian Indeks Kinerja Sistem Irigasi Daerah Irigasi Grogol Kabupaten Kediri Dengan Menggunakan Aplikasi Epaksi
Indonesia merupakan negara kepulauan yang dianugrahi kekayaan alam dan
kesuburan tanahnya sehingga pemerintah mentargetkan untuk menjadi lumbung pangan
dunia. Oleh karena itu untuk menjaga dan mengoptimalkan pertaniannya perlu dilakukannya
penulusran dan penilaian pada Daerah Irigasi terutama pada Daerah irigasi yang mengalami
permasalahan seperti pada Daerah Irigasi Grogol kabupaten Kediri.
Penelusuran dan penilaian pada Daerah Irigasi Grogol dilakukan dengan aplikasi
Epaksi dan Metode PU. Penelusuran dilakukan dari Bendung hingga bangunan pada saluran
tersier. Berdasarkan penelusuran tersebut ditemukan 10 bangunan dan 3 saluran hilang
tertimbun urukan tanah proyek pembangunan bandara Dhoho kediri yang menyebabkan 6
bangunan dan 4 saluran tidak teraliri air irigasi.
Penilaian pada aset irigasi dilakukan berdasarkan pedoman yang ada pada aplikasi
Epaksi dan Modul Penilaian Indeks Kinerja Sistem Irigasi 2019. Setelah dilakukan penilaian
didatan nilai Indeks 69,52 % (Sedang) dengan aplikasi Epaksi dan 67,24% (Sedang) dengan
metode manual PU.
Dalam perbaikan aset irigasi diusulkan 2 saluran yang rusak dan 2 mistar ukur yang
rusak dengan biaya sebesar Rp46.856.762. Untuk Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan
Pemeliharan diusulkan sebesar Rp605.168.573
Analisa Dampak Sedimen Terhadap Usia Guna Waduk Plumbon
Waduk merupakan bangunan struktural untuk menampung air di Daerah Aliran Sungai (DAS). Terdapat banyak faktor pendukung dalam pengelolaan waduk atau bendungan, seperti aspek perencanaan, operasi, dan pemeliharaan. Sedimentasi merupakan salah satu dari banyaknya permasalahan yang timbul dalam pengoperasian waduk. Pengaruh sedimentasi waduk yaitu pendangkalan sungai, aliran irigasi serta dapat mempengaruhi usia guna waduk dan fungsi waduk. Bertambahnya endapan sedimen di dead storage tiap tahun berpotensi menyebabkan penurunan efisiensi kinerja waduk dan mengurangi produksi air. Lokasi penelitian ini berada pada Waduk Plumbon yang terletak di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar laju erosi dan sedimen pada DTA Plumbon serta pengaruhnya terhadap usia guna Waduk Plumbon
Studi Optimasi Pemanfaatan Air Irigasi Bendungan Batu Tegi Menggunakan Program Linier
Bendungan Batu Tegi merupakan Bendungan yang dibangun di hulu DAS Way
Sekampung yang terletak di Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung. Fungsi utama
dibangunnya Bendungan Batu Tegi yaitu untuk membantu suplai air ke Bendungan
Argoguruh sehingga daerah layanan untuk irigasi Way Sekampung dapat diperluas dan
dimaksimalkan. Namun, manajemen sumber daya air diantara kedua bangunan tersebut belum
optimal untuk memenuhi berbagai kebutuhan, terutama irigasi di DI Way Sekampung. Belum
optimalnya manajemen pemanfaatan air irigasi dari Bendungan Batu Tegi dapat dilihat pada
berkurangnya lahan layanan yang dialiri dari luas baku sebesar 76.006 Ha menjadi 55.373
Ha yang berfungsi artinya masih terdapat 20.633 Ha yang belum termanfaatkan. Sehingga
diperlukan studi untuk menganalisis pemanfaatan air irigasi agar dapat memaksimalkan luas
lahan layanan pertanian.
Tujuan dilakukannya studi ini yaitu untuk memaksimalkan luas lahan layanan irigasi
yang tersedia dengan memberikan alternatif alternatif pola tata tanam menggunakan program
linier melalui fasilitas solver pada Microsoft Excel. Maka dari itu, studi ini hanya difokuskan
pada 3 permasalah yaitu (a) bagaimana neraca air pada kondisi eksisting pada daerah irigasi
Way Sekampung sebelum dilakukan optimasi, (b) berapakah luas layanan optimum daerah
irigasi Way Sekampung Sistem setelah dilakukan optimasi menggunakan program linier,
dan (c) berapa keuntungan maksimum hasil produksi pertanian setelah dilakukan optimasi
menggunakan program linier. Studi juga memberikan 4 alternatif pola tata tanam dengan
perbedaan jadwal tanam tiap alternatifnya.
Setelah dilakukan analisis menggunakan program linier didapatkan hasil Pada pola tata
tanam alternatif 1 setelah dilakukan optimasi terjadi peningkatan intensitas tanam sebesar
300%. Pada pola tata tanam alternatif 2 setelah dilakukan optimasi terjadi peningkatan
intensitas tanam sebesar 254%. Pada pola tata tanam alternatif 3 setelah dilakukan optimasi
terjadi peningkatan intensitas tanam sebesar 265%. Pada pola tata tanam alternatif 4 setelah
dilakukan optimasi terjadi peningkatan intensitas tanam sebesar 231%. Dengan keuntungan
terbesar didapatkan pada pola tata tanam alternatif 4
Studi Penerapan Manajemen Aset Irigasi Pada Daerah Irigasi Nglirip Kabupaten Tuban. Dosen Pembimbing
Daerah Irigasi Nglirip Kabupaten Tuban memiliki luas 1292 ha. Kerusakan pada
beberapa dapat mempengaruhi kondisi dan fungsi aset. Maka dari itu perlu dilakukan
manajemen aset irigasi. Manajemen aset irigasi dimulai dari inventarisasi aset irigasi,
penilaian kondisi aset irigasi, hingga perhitungan skala prioritas. Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui penilaian kondisi fisik aset irigasi dan urutan skala prioritas berdasarkan
penilaian kondisi sehingga diketahui prioritasnya untuk direhabilitasi. Menentukan urutan
skala prioritas didapatkan dengan cara mengurutkan nilai kondisi fisik yang terkecil dan
menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP).
Inventarisasi aset irigasi berdasarkan skema jaringan irigasi yaitu Bangunan Utama,
Bangunan Pelengkap dan Saluran Pembawa. Semua aset irigasi dinilai menggunakan
Kriteria dan Bobot Penilaian Kinerja Irigasi Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat tahun 2018. Perhitungan metode AHP dimulai dengan membuat struktur jaringan
(tujuan, kriteria, alternatif), mengisi nilai bobot kepentingan, lalu menghitung matriks
perbandingan berpasangan. Hasil matriks perbandingan berpasangan digunakan untuk
menghitung vektor prioritas dan nilai CR (Consistency Ratio) sehingga didapatkan urutan
skala prioritas.
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan bangunan utama dalam kondisi baik (85,08%),
saluran pembawa dalam kondisi sedang (76,99%), bangunan pelengkap dalam kondisi
sedang (80,99%), Saluran Primer Nglirip Kanan dalam kondisi baik (81,14) dan Saluran
Primer Nglirip Kiri dalam kondisi sedang (79,57). Urutan skala prioritas berdasarkan
penilaian kondisi fisik yaitu saluran pembawa, Saluran Primer Nglirip Kiri, bangunan
pelengkap, Saluran Primer Nglirip Kanan dan bangunan utama. Urutan skala prioritas
menggunakan metode AHP berdasarkan alternatif yaitu urutan pertama adalah Saluran
Primer Nglirip Kanan, selanjutnya Saluran Primer Nglirip Kiri. Sedangkan berdasarkan
kriteria yaitu urutan pertama adalah saluran pembawa, selanjutnya bangunan pelengkap dan
bangunan utama
Studi Penilaian Indeks Kinerja Irigasi dan Angka Kebutuhan Nyata Operasional dan Pemeliharaan pada Rehabilitasi Daerah Irigasi Molek Kabupaten Malang”.
Daerah Irigasi Molek secara administrasi berada di Kabupaten Malang Provinsi Jawa
Timur yang meliputi Kecamatan Kepanjen, Kromengan dan Sumberpucung. Daerah Irigasi
ini memiliki beberapa permasalahan pada saluran - saluran dan bangunan - bangunannya.
Dari hasil inventarisasi yang dilakukan terdapat kerusakan yang terjadi di 9 ruas. Kerusakan
terjadi di 7 ruas saluran primer Molek dan di 2 ruas saluran sekunder. Nilai indeks kinerja
Daerah Irigasi Molek mendapat nilai sebesar 79,82% yang terdiri dari aspek prasarana fisik
sebesar 38,63%, produktivitas tanaman sebesar 12,75%, sarana penunjang O&P sebesar
5,95%, organisasi personalia sebesar 11,69%, dokumentasi sebesar 4,05%,
perkumpulan petani pemakai air sebesar 6,75%. Perhitungan prioritas penanganan
aset pada Daerah Irigasi Molek berdasarkan urutan nilai kondisi fisik yang paling rendah ke
yang paling tinggi dilihat dari perhitungan indeks kinerja irigasi. Perhitungan Angka
Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan (AKNOP) pada Daerah Irigasi Molek yaitu
sebesar Rp. 1.289.036,26