7 research outputs found

    Antioksidan dari Ekstrak Pegagan (Centella asiatica) sebagai Hepatoprotektor pada Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) yang Mengalami Stres Oksidatif Akibat Pemaparan Herbisida Isopropilamina Glifosat

    Get PDF
    Herbisida merupakan pestisida yang digunakan khusus untuk membasmi gulma. Pemakaian herbisida dalam bidang pertanian, industri, perkotaan, kehutanan dan perairan berpotensi menyebabkan pencemaran perairan. Organisme yang hidup dalam ekosistem perairan merupakan organisme non target yang juga terkena dampak kontaminasi herbisida. Beberapa penelitian telah mengungkapkan bahwa efek dari kontaminasi herbisida isopropilamina glifosat adalah terjadinya stres oksidatif pada ikan. Stres oksidatif menyebabkan kerusakan pada membran lipid sehingga menyebabkan tingginya kadar malondialdehida (MDA) pada darah maupun jaringan. Jika tubuh tidak mampu menetralisir radikal bebas yang berasal dari herbisida ini, maka akan menyebabkan kerusakan sel, jaringan, maupun organ. Setiap organisme memiliki antioksidan endogen yang terdapat didalam tubuh, salah satunya adalah enzim SOD. Enzim SOD bertugas mengubah senyawa radikal (O2-) menjadi hidrogen peroksida (H2O2). Kontaminasi herbisida yang berlebihan menyebabkan ketidakseimbangan antara radikal bebas dengan enzim antioksidan endogen di dalam tubuh. Dibutuhkan antioksidan eksogen yang berasal dari luar tubuh seperti bahan aktif (flavonoid, terpenoid, tanin, saponin), vitamin C dan E sebagai pemutus reaksi radikal dari herbisida isopropilamina glifosat. Tanaman pegagan (Centella asiatica) merupakan tanaman yang mengandung bahan aktif seperti, terpenoid, flavonoid dan fenolik. Beberapa penelitian telah mengungkapkan bahwa ekstrak tanaman pegagan memiliki sifat antioksidan dengan cara meningkatkan aktivitas antioksidan endogen. Penelitian ini akan memanfaatkan ekstrak tanaman pegagan yang memiliki kemampuan sebagai antioksidan untuk menetralisir radikal bebas yang disebabkan oleh paparan herbisida isopropilamina glifosat terhadap ikan mas (Cyprinus carpio). Pemberian ekstrak pegagan diharapkan dapat membantu meningkatkan enzim SOD sebagai enzim utama dalam menangkap radikal bebas sehingga tidak terjadi kerusakan oksidatif pada tubuh ikan mas. Metode yang digunakan adalah metode ekperimental. Metode analisis yang digunakan adalah uji fitokimia, uji antioksidan (DPPH), analisa menggunakan Mass Spectrometry (MS), uji kadar MDA, serta SOD. Penelitian ini menggunakan 10 perlakuan yang terdiri dari (K+), yaitu perlakuan tanpa pemaparan, ikan dengan pemberian herbisida 2 ppm (K-), ikan dengan pemberian ekstrak pegagan dosis 50, 100, 150, dan 300 mg/kg BB (P1, P2, P3, P4) serta ikan dengan pemaparan herbisida 2 ppm dan penambahan ekstrak pegagan dosis 50, 100, 150, dan 300 mg/kg BB (HP1, HP2, HP3, dan HP4). Pemberian ekstrak pegagan dilakukan setiap 3 hari sekali selama 14 hari. Pemaparan herbisida dilakukan selama 10 hari. Pengambilan organ hati dilakukan pada hari ke-14 untuk selanjutnya dilakukan analisis MDA dan SOD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak C. asiatica memiliki beberapa senyawa bioaktif seperti flavonoid, alkaloid, terpenoid, tanin, saponin, serta memiiliki kemampuan mengikat DPPH dengan nilai IC50 sebesar 125 ΞΌg/ml. Data hasil pengukuran kadar MDA menunjukkan bahwa rata-rata kadar MDA pada ikan kontrol sebesar 516,50 ng/ml. Perlakuan dengan penambahan ekstrak etanol pegagan sebesar 300 mg/kg memiliki kadar MDA terendah yakni sebesar 409,83 ng/ml, sedangkan dengan penambahan ekstrak 300mg/kg dan pemaparan herbisida 2 ppm memiliki kadar MDA terendah sebesar 450,67 ng/ml. Selanjutnya perlakuan dengan penambahan ekstrak etanol pegagan sebesar 300 mg/kg memiliki kadar SOD tertinggi yakni sebesar 1,726 ng/ml, sedangkan perlakuan dengan pemaparan herbisida 2 ppm ditambah pemberian ekstrak etanol pegagan sebesar 300 mg/kg memiliki kadar SOD tertinggi yakni sebesar 2,272 ng/ml. Setelah melakukan uji anova dua arah, dan terdapat perbedaan dengan signifikansi < 0,05 maka dilakukan uji lanjutan dengan metode Tukey HSD yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan jika dibandingkan dengan kelompok kontrol dengan nilai P < 0,05. Perlakuan ekstrak C. asiatica dosis 150 dan 300 mg/kg menunjukkan hasil yang paling signifikan. Berdasarkan data tersebut, ekstrak C. asiatica terbukti meningkatkan kadar SOD pada hati ikan mas yang diinduksi oleh herbisida berbahan aktif isopropilamina glifosat. Penelitian ini menunjukkan bahwa C. asiatica memiliki efek antioksidan dengan meningkatkan mekanisme antioksidan seperti SOD di dalam tubuh ikan dengan dosis terbaik sebesar 300 mg/kg BB

    Kajian Biosorpsi Logam Berat Kromium Heksavalen (CrVI) oleh Bakteri Indigenous dari Biofilm di Sungai Badek, Malang, Jawa Timur

    Get PDF
    Pencemaran lingkungan perairan akibat dari cemaran logam berat menjadi salah satu isu krusial yang menjadi perhatian di Indonesia. Faktor yang menjadi penyebab terjadinya pencemaran perairan adalah semakin meningkatnya aktifitas manusia, seperti: kegiatan industri, pemukiman, rumah sakit, pertanian, dan lain sebagainya. Salah satu jenis logam berat non essensial yang berbahaya adalah Kromium heksavalen (CrVI) yang umum digunakan dalam industri penyamakan kulit. Sungai Badek yang terletak di Kelurahan Ciptomulyo, Kecamatan Sukun, Kota malang merupakan salah satu sungai yang mengalami pencemaran logam berat CrVI. Sungai ini dilimpasi oleh limbah dari dua industri penyamakan kulit yang terdapat di sekitar lokasi, dimana pada industri penyamakan kulit umumnya menggunakan Kromium sebagai bahan penyamak kulit. Sehingga dalam limbah produksi tersebut terdapat kandungan kromium yang cukup tinggi yang apabila tidak dilakukan pengolahan dengan baik sebelum dilakukan pembuangan maka dapat mencemari lingkungnan perairan tersebut. Salah satu metode yang dapat dikembangkan untuk menurunkan kandungan kromium limbah penyamakan kulit yaitu biosorpsi dengan menggunakan mikroorganisme sebagai biosorben. Bakteri yang berasal dari biofilm di sungai badek merupakan mikroorganisme yang mampu bertahan dengan kondisi lingkungan tersebut sehingga perlu dilakukan kajian biosorpsi logam berat Kromium Heksavalen (CrVI) Oleh Bakteri indigenous yang berasal dari sungai Badek. Penelitian ini terdiri dari 3 tahap penelitian dengan tujuan akhir yaitu mendapatkan jenis bakteri dari sampel biofilm Sungai Badek dengan kemampuan menurunkan kandungan CrVI di media yang tertinggi. Tahap pertama adalah pengamatan kondisi bioekologis sungai badek. Pada tahap ini, dilakukan pengukuran kualitas air (pH, DO, BOD5, COD, BOT, NH3, NO2, NO3, dan PO4), pengukuran properti sedimen (Karbon Organik Total, Nitrogen Total, rasio C/N, NH3, NO2, NO3, rasio NH3/NO3, PO4, pH, dan Electrical conductivity (EC)), dan pengukuran kandungan logam berat pada air, sedimen, dan biofilm. Tahap kedua yaitu analisis potensi bakteri dari biofilm sebagai kandidat biosorben logam berat kromium heksavalen (CrVI). Pada tahapan ini dilakukan beberapa penelitian, antara lain: isolasi bakteri dari sampel biofilm yang melekat pada permukan batu di Sungai Badek, Uji Ketahanan CrVI pada isolat bakteri pada konsentrasi 0 sampai 1000 ppm, pengujian kapasitas reduksi CrVI oleh isolat bakteri pada konsentrasi yang umum ada pada limbah penyamakan kulit (10, 50, dan 100 ppm), optimasi kondisi suhu dan pH bakteri dalam proses biosorpsi CrVI, pengamatan aktifitas gugus fungsi pada sel bakteri dengan menggunakan Fourier Transform xiii Infrared (FTIR) dan pengamatan morfologi dan komposisi material pada bakteri dengan menggunakan Scanning Electron Microscopy-Energy-Dispersive X-ray (SEM-EDX). Adapun langkah yang ketiga adalah identifikasi isolat bakteri secara biokimia dan secara molekuler. Hasil penelitian tahap pertama menunjukkan bahwa telah terjadi pencemaran di sungai Badek. Hal ini dapat dilihat selain dari pengamatan fisik perairan juga dari beberapa pengukuran parameter kualitas air yang telah diamati diantaranya adalah nilai rasio COD/BOD yang cukup tinggi, ini mengindikasikan adanya material degradable dan non-degradable yang cukup tinggi di sungai badek. Selain itu terjadi ketidakseimbangan proses dekomposisi di sungai tersebut hal ini ditunjukkan dengan nilai rasio C/N yang cukup tinggi dan rendahnya rasio NH3/NO3. Hasil penelitian tahap kedua menunjukkan bahwa ditemukan 7 isolat bakteri yang toleran terhadap CrVI. Berdasarkan hasil uji ketahanan bakteri terhadap CrVI diketahui bahwa ada 4 isolat yang dapat digunakan sebagai kandidat biosorben CrVI (Isolat Bakteri 2, 3, 5, dan 6). Kemudian pada pengujian kapasitas biosorpsi CrVI oleh bakteri tersebut diketahui bahwa Isolat Bakteri 2 dan Isolat Bakteri 5 memiliki kemampuan biosorpsi CrVI yang tertinggi disbandingkan 2 isolat bakteri lainnya, hal ini dapat diketahui dari kemampuan Kedua bakteri tersebut menurunkan kandungan CrVI (10 ppm) di media hingga mencapai 98,1% (pada Isolat Bakteri 2) dan 92,2% (pada Isolat Bakteri 5) dengan masa inkubasi selama 120 jam. Selain itu dari hasil pengamatan SEM-EDX terjadi peningkatan kandungan CrVI dan pada pengamatan FTIR menunjukkan adanya peningkatan aktifitas gugus fungsional pada bakteri. Kemudian pada tahap ketiga, hasil identifikasi baik secara biokimia dan molekuler menunjukkan bahwa Isolat Bakteri 2 identik dengan jenis bakteri Bacillus licheniformis dan Isolat Bakteri 5 identik dengan jenis bakteri Proteus mirabilis

    Profil Hemosit Susuh Kura (Sulcospira testudinaria) dan Hubungannya dengan Kualitas Air dari Daerah Aliran Sungai Desa Sidoasri, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang

    No full text
    Sungai merupakan perairan yang berfungsi sebagai daerah tangkapan air bagi wilayah sekitarnya. Kualitas sungai dapat mengalami penurunan yang diakibatkan oleh berbagai macam aktivitas manusia. Limbah yang dihasilkan dapat mengganggu ekosistem perairan serta menurunnya mutu air sungai. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis kualitas air, menganalisis profil hemosit Susuh kura (Sulcospira testudinaria), serta menganalisis THC (Total Haemocyte Count) dan DHC (Differential Haemocyte Count) untuk mengetahui status pencemaran di DAS Desa Sidoasri, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang. Susuh kura (Sulcospira testudinaria) merupakan salah satu spesies siput air tawar yang dikategorikan ke dalam kelas gastropoda. Susuh kura (Sulcospira testudinaria) dapat dijumpai di berbagai wilayah perairan di Jawa seperti di parit, sungai, waduk, danau ataupun rawa. Penelitian dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2022. Metode yang digunakan yaitu metode deskriptif. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 2 kali dengan jeda waktu 2 minggu dari pengambilan sampel pertama dengan pengambilan sampel kedua. Pengambilan sampel Susuh kura (Sulcospira testudinaria) dan sampel air dilakukan sebanyak 2 kali pada 3 stasiun. Pada pengamatan THC dan DHC Susuh kura dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali tiap stasiun dengan maksud agar data yang dihasilkan lebih akurat. Hasil pengukuran dari 7 parameter kualitas air diperoleh nilai suhu sebesar 25.5-27.6oC, TSS sebesar 12-24 mg/l, TDS sebesar 110-160 mg/l, pH sebesar 7.76-8.1, DO sebesar 6.3–8.5 mg/l, BOD sebesar 1.7–3.45 mg/l, dan amoniak sebesar 0.148–0.699 mg/l. Hasil pengukuran kualitas air dan perhitungan menggunakan Indeks Pencemaran (IP) dengan nilai <5 dapat diketahui tingkat pencemaran di DAS Desa Sidoasri tergolong tercemar ringan berdasarkan PP No. 22 Tahun 2021. Hasil dari pengamatan THC diperoleh nilai sekitar 38-51x104 sel/ml. Sedangkan untuk pengamatan DHC, sel hyalinosit diperoleh nilai sekitar 47.69-54.01%, sel semi granulosit sekitar 20.77-33.21%, dan sel granulosit sekitar 18.88–20.77%. Hasil analisis CCA menggunakan aplikasi PAST 4.03 dapat disimpulkan bahwa nilai THC yang tinggi dipengaruhi oleh nilai amoniak yang tinggi hingga sedang, serta dipengaruhi oleh nilai TSS, BOD, suhu, DO, dan pH yang sedang. Tingginya THC juga dipengaruhi oleh nilai TDS yang rendah. Tingginya sel granulosit dipengaruhi oleh nilai pH, TSS, TDS, BOD, suhu, DO, dan amoniak yang tinggi. Tingginya sel semi granulosit dipengaruhi oleh nilai TDS, TSS, BOD, suhu, pH, DO, amoniak yang rendah. Tingginya sel hyalinosit dipengaruhi oleh nilai pH, TSS, TDS, BOD, suhu, DO, dan amoniak yang tinggi. Saran yang bisa diberikan yaitu perlunya pengawasan dari Dinas Kabupaten bidang sumber daya air dan juga dari pemerintah desa yang menangani bidang tersebut dalam upaya pengelolaan dan pemanfaatan sungai, sehingga tetap terjaga kelestariannya

    Profil Hemosit Gastropoda Hubungannya dengan Kualitas Air dari Daerah Aliran Sungai Brantas di Desa Tirtoyudo, Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten Malang.

    No full text
    Padatnya jumlah penduduk Kota Malang yang semakin meningkat setiap tahun mempengaruhi kualitas air Sungai Brantas. Kegiatan penduduk di sepanjang aliran sungai yang terus berkembang dapat mempengaruhi kualitas air sungai. Hal ini dikarenakan semakin banyak limbah yang dihasilkan yang dibuang langsung ke sungai. Sungai Brantas digunakan oleh masyarakat untuk kepentingan rumah tangga, industri, serta pertanian. Hal ini menjadikan Sungai Brantas sebagai sungai yang sangat penting terutama bagi masyarakat Jawa Timur. Gastropoda sering kali dijadikan sebagai gambaran penentu kondisi suatu perairan. Sehingga, kualitas air dapat diindikasikan dengan adanya keberadaan gastropoda. Hemosit merupakan sel darah merah pada invertebrata yang berfungsi sebagai efektor imun utama. Tujuan dari penelitian ini yaitu: menganalisis kualitas perairan daerah aliran Sungai Brantas di Desa Tirtoyudo, Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten Malang, menganalisis profil hemosit gastropoda untuk menduga adanya pencemaran di daerah aliran Sungai Brantas di Desa Tirtoyudo, Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten Malang, dan menganalisis hubungan parameter kualitas air fisika (suhu, TSS, dan TDS) dan kimia (pH, DO, Amoniak, dan BOD) terhadap profil hemosit gastropoda untuk menduga adanya pencemaran di daerah aliran Sungai Brantas di Desa Tirtoyudo, Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten Malang. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Pengambilan data pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Penelitian dimulai dari bulan Maret – Mei 2022. Kegiatan penelitian ini terdiri dari pengukuran parameter kualitas air dan pengamatan hemosit. Hasil parameter suhu berkisar antara 19 – 23,8Β°C, pengukuran TSS berkisar antara 9 – 46 mg/l, pengukuran TDS berkisar antara 30 – 228 mg/l, pengukuran pH berkisar 7,22 – 8,5; pengukuran DO berkisar 5,8 – 10,3 mg/l, pengukuran amoniak berkisar 0,061 – 0,396 mg/l, dan pengukuran BOD berkisar 5,1 – 6,5 mg/l. Pengukuran THC berkisar 46 – 67 x 104 sel/ml dengan hasil hyalinosit 62,15 – 64,84%; semi granulosit berkisar 22,48 – 26,84%; dan granulosit berkisar 11,01 – 14,53%. Hasil indeks pencemaran menunjukkan bahwa sungai dikategorikan tercemar ringan. Berdasarkan hasil yang telah disimpulkan maka saran yang dapat diberikan adalah diperlukan adanya penurunan dari limbah yang masuk ke sungai dilakukan oleh masyarakat sekitar dan perlunya penyuluhan serta monitoring oleh Dinas Lingkungan Hidup Malang, Jawa Timur agar kondisi sungai tetap terjaga

    Profil Hemosit Gastropoda Hubungannya dengan Kualitas Air dari Daerah Aliran Sungai Desa Sitiarjo, Kecamatan Sumbermanjing, Kabupaten Malang.

    No full text
    Padatnya jumlah penduduk Kota Malang yang semakin meningkat setiap tahun mempengaruhi kualitas air Daerah Aliran Sungai Desa Sitiarjo. Kegiatan penduduk di sepanjang aliran sungai yang terus berkembang dapat mempengaruhi kualitas air sungai. Hal ini dikarenakan semakin banyak limbah yang dihasilkan yang dibuang langsung ke sungai. Daerah Aliran Sungai Desa Sitiarjo digunakan oleh masyarakat untuk kepentingan rumah tangga, industri, serta pertanian. Hal ini menjadikan Daerah Aliran Sungai sebagai sungai yang sangat penting terutama bagi masyarakat Desa Sitiarjo Gastropoda sering kali dijadikan sebagai gambaran penentu kondisi suatu perairan. Sehingga, kualitas air dapat diindikasikan dengan adanya keberadaan gastropoda. Hemosit merupakan sel darah merah pada invertebrata yang berfungsi sebagai efektor imun utama. Tujuan dari penelitian ini yaitu: menganalisis kualitas perairanDaerah Aliran Sungai di Desa Sitiarjo, Kecamatan Sumbermanjing, Kabupaten Malang, menganalisis profil hemosit gastropoda untuk menduga adanya pencemaran di Daerah Aliran Sungai di Desa Sitiarjo, Kecamatan Sumbermanjing, Kabupaten Malang, dan menganalisis hubungan parameter kualitas air fisika (suhu, TSS, dan TDS) dan kimia (pH, DO, Amoniak, dan BOD) terhadap profil hemosit gastropoda untuk menduga adanya pencemaran di Daerah Aliran Sungai di Desa Sitiarjo, Kecamatan Sumbermanjing, Kabupaten Malang. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Pengambilan data pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Penelitian dimulai dari bulan Maret – Mei 2022. Kegiatan penelitian ini terdiri dari pengukuran parameter kualitas air dan pengamatan hemosit. Hasil parameter suhu berkisar antara 24 – 26Β°C, pengukuran TSS berkisar antara 12 – 35 mg/l, pengukuran TDS berkisar antara 82 – 208 mg/l, pengukuran pH berkisar 7,6 – 8,2 ; pengukuran DO berkisar 8,5 – 8,8 mg/l, pengukuran amoniak berkisar 0,01 – 0,862 mg/l, dan pengukuran BOD berkisar 6,9 – 13,8 mg/l. Pengukuran THC berkisar 36 – 73 x 104 sel/ml dengan hasil hyalinosit 41,67 – 67,33%; semi granulosit berkisar 21,23 – 25,95%; dan granulosit berkisar 8,99 – 11,9%. Hasil indeks pencemaran menunjukkan bahwa sungai dikategorikan tercemar sedang. Berdasarkan hasil yang telah disimpulkan maka saran yang dapat diberikan adalah diperlukan adanya penurunan dari limbah yang masuk ke sungai dilakukan oleh masyarakat sekitar dan perlunya penyuluhan serta monitoring oleh Dinas Lingkungan Hidup Malang, Jawa Timur agar kondisi sungai tetap terjaga

    Review Hubungan Logam Berat Cadmium (Cd) terhadap Biomarker Metallothionein (Mt) pada Gastropoda

    No full text
    Dalam beberapa dekade terakhir, pencemaran logam berat telah menjadi masalah lingkungan yang semakin serius bagi manusia dan organisme lain karena industrialisasi, urbanisasi dan pertumbuhan populasi. Tidak seperti polutan lain, logam berat sulit dihilangkan dari lingkungan dan tidak dapat terdegradasi secara kimia atau biologis. Cadmium (Cd) adalah elemen biotoksik dan salah satu logam utama yang tersebar di mana-mana dalam sistem akuatik. Ini juga merupakan logam berat yang banyak digunakan di industri. Satu kelompok organisme akuatik yang telah dilaporkan menunjukkan sensitivitas tinggi terhadap jejak logam, termasuk Cd, adalah gastropoda pulmonat air tawar. Metallothioneins (MT) adalah adalah protein non-enzimatik dengan berat molekul rendah yang kaya akan sistein, bebas dari asam amino aromatik dan stabil terhadap panas. MT ada di mana-mana di antara spesies moluska dan memainkan peran dalam detoksifikasi logam jejak non-esensial seperti Ag, Cd dan Hg, yang melindungi organisme terhadap stres oksidatif dengan memulung radikal bebas intraseluler. Tujuan dari penelitian review ini adalah untuk mereview kemampuan Gastropoda sebagai bioakumulator logam berat Cadmium (Cd), mereview hubungan antara pencemaran logam berat Cd dalam organ tubuh Gastropoda dengan tingkat ekspresi Metallothionein (MT) pada Gastropoda, serta mereview range kadar ekspresi MT sesuai kadar logam Cd yang terpapar pada Gastropoda Metode penelitian yang digunakan adalah metode review study pustaka. Metode review adalah suatu metode yang mengandalkan data-data sekunder dari hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Adapun data sekunder sebagai bahan review diperoleh dari jurnal nasional atau internasional yang masih relevan dengan judul dan tujuan penelitian ini. Kemudian untuk mengetahui hasil klusterisasi hubungan antara kadar logam berat Cd dengan ekspresi MT pada Gastropoda menggunakan cara confidence interval, yaitu dengan membuat tabel frekuensi dari data-data penelitian sebelumny Gastropoda memiliki kemampuan sebagai bioakumulator logam berat Cd. Hal ini terbukti berdasarkan hasil penelitian review ini didapatkan hasil rata-rata korelasi adalah 0,11. Hal tersebut mengindikasi Gastropoda adanya korelasi yang kuat antara kandungan logam Cd pada daging tutut. Rata-rata konsentrasi logam berat Cd pada daging tutut masih di bawah baku mutu menurut BSN 1 ppm. Ekspresi MT memiliki korelasi yang sangat kuat dengan tingkat kadar logam Cd pada tubuh Gastropoda. MT umumnya digunakan sebagai biomarker untuk menilai paparan logam dalam program pemantauan lingkungan pada organisme akuatik. Laporan terbaru menemukan bahwa aktivitas transkripsi MT dapat menjadi biomarker potensial paparan Cd pada invertebrata air yang berbeda Kemudian berdasarkan hasil review ini diperoleh 6 cluster hubungan kadar logam Cd dengan nilai MT pada Gastropoda. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ekspresi MT dan kadar logam berat Cd memiliki hubungan positif, artinya MT dapat digunakan sebagai biomarker suatu peraira

    Pengaruh Kualitas Air Sungai Brantas Wilayah Blitar Terhadap Status Hematologi dan Kadar Metallotionein pada Ikan Bader (Barbonymus altus)

    No full text
    Brantas memiliki peran yang sangat penting dalam aspek sosial ekonomi untuk penyediaan kebutuhan air bersih, baik domestik maupun industri, irigasi, energi listrik, infrastruktur rekreasi, transportasi, dan kebutuhan lainnya. Brantas menghadapi banyak masalah sejak terakhir kali, seperti banjir di musim hujan, kekeringan di musim kemarau, gangguan pada sedimennya, konflik kebutuhan manusia, pencemaran air, dan masalah lainnya. Banyak perusahaan industri yang beroperasi di sekitar DAS Brantas yang dapat menambah masalah di daerah Sungai Brantas Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas Sungai Brantas di wilayah Blitar dengan menilai profil hematologi ikan bader (Barbonymus altus). Parameter kualitas air yang diukur berupa suhu pH, DO, Amoniak, Logam berat Hg, BOD, TSS, dan TDS sungai. Parameter hematologi ikan yang diukur yaitu eritrosit, leukosit, hemoglobin, hematokrit, mikronuklei Hg pada insang, dan Metallotionein. Pengukuran dilakukan dari Bulan Januari-Maret dengan pengambilan data satu kali dalam seminggu selama tiga minggu. Metode analisis data yang dipakai yaitu indeks pencemaran (IP), regresi kolerasi, dan canonical corelation analysis (CCA). Hasil yang didapat dari pengukuran IP adalah bahwa ketiga stasiun pengambilan sampel masih tergolong tercemar ringan dengan berkisar 1,99-4,52. Hubungan antara logam berat dengan densitas dan intensitas Metallotionein menggunakan regresi kolerasi, Hasilnya densitas dengan logam berat Hg pada insang memiliki korelasi yang besar dengan nilai R2=0,856. Tetapi hubungan antara intensitas Metallotionein dengan logam berat Hg pada insang memiliki korelasi yang kecil dengan nilai R2=0,013. Analisis CCA dapat disimpulkan beberapa parameter yang memiliki korelasi searah yang kuat yaitu eritrosit dengan pH, leukosit dengan suhu, hemoglobin dengan DO, hemoglobin dengan TSS, dan hematokrit dengan BOD. Beberapa parameter didapatkan berhubungan kuat berlawanan yaitu mikronuklei dengan DO, hematokrit dengan TDS, dan fagositosis dengan parameter amoniak dan DO. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah Indeks Pencemaran (IP) perairan sungai Brantas pada tiga stasiun masih tergolong tercemar ringan dan adanya korelasi kuat antara parameter kualitas air sungai Brantas dan parameter hematologi ikan bader sehingga ikan bader dapat digunakan sebagai biomarker untuk kualitas air sungai brantas wilayah Blitar
    corecore