9 research outputs found
Keragaman Genetik Karakter Hasil Pada Beberapa Hibrida Melon (Cucumis melo L.) di Dataran Tinggi.
Melon (Cucumis melo L.) ialah salah satu jenis tanaman hortikultura buah
yang tergolong ke dalam famili Cucurbitaceae. Buah ini memiliki potensi yang
baik jika dikembangkan di Indonesia. Hal tersebut dibuktikan dengan peningkatan
konsumsi buah perkapita. Tingginya permintaan buah melon tersebut sayangnya
tidak diimbangi dengan produksinya. Buah melon yang beredar di pasar Indonesia
kebanyakan ialah buah melon hasil impor yang dikenal karena memiliki beberapa
keunggulan dibandingkan dengan varietas melon lokal Indonesia. Selain itu
budidaya buah melon umumnya dilakukan pada dataran rendah hingga dataran
menengah yang akibatnya kapasitas produksi buah melon di Indonesia hanya
dapat memenuhi kebutuhan nasional sebesar 40%. Pengembangan benih melon
dalam negeri yang adaptif di dataran tinggi perlu dilaksanakan dalam rangka
memenuhi kebutuhan tersebut. Pengembangan tersebut dapat dilakukan dengan
program pemuliaan tanaman. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui
keragaman genetik karakter hasil pada beberapa hibrida melon yang ditanam di
dataran tinggi, serta mengidentifikasi genotip potensial berdasarkan karakter hasil
pada beberapa hibrida melon di dataran tinggi. Hipotesis pada penelitian ini ialah
didapatkan nilai Koefisien keragaman genetik dan koefisien keragaman fenotip
yang rendah pada seluruh hibrida melon yang ditanam di dataran tinggi dan
diduga terdapat genotip potensial berdasarkan karakter hasil pada beberapa
hibrida melon di dataran tinggi
Penelitian dilaksanakan dari bulan November 2021 sampai dengan bulan
Januari 2022 bertempat di Lahan Percobaan Dusun Jurang Rejo, Desa Pandesari,
Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang. Bahan yang digunakan adalah benih
hibrida hasil persilangan dialel. Sedangkan bahan lain yang digunakan adalah
pupuk kandang, NPK, SP 36 dan KCl, kapur, air, tanah, tali rafia, ajir, sekam,
cocopeat, pestisida dan Fungisida. Alat yang digunakan adalah cangkul, gembor,
gunting, handuk, knapsack sprayer, alfaboard, penggaris, timbangan, alat tulis
dan kamera.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok
(RAK). Perlakuan teridiri dari 10 genotip melon yang masing masing diulang
sebanyak 3 kali sehingga terdapat 30 unit percobaan. Setiap unit percobaan
terdapat 5 tanaman. Penelitian ini menggunakan lahan dengan ukuran 54 m2
dengan penggunaan jarak tanam sebesar 60 x 60 cm. Pengamatan pada penelitian
ini dilakukan pada seluruh individu tanaman tanpa adanya sampel. Data yang
diperoleh dilakukan analisis ragam (ANOVA) sesuai dengan rancangan acak
kelompok (RAK) dengan menggunakan uji beda nyata jujur (BNJ). Variabel
pengamatan dalam penelitian ini adalah ketebalan daging buah (cm), umur mulai
berbunga, umur mulai panen, bobot buah (g), diameter buah (cm), panjang buah
(cm), dan tingkat kemanisan buah (brix).
Hasil analisis ragam pada masing-masing variabel pengamatan
menunjukkan perbedaan yang nyata pada variabel bobot dan panjang buah. Sedangkan nilai koefisien keragaman yang diperoleh berkisar antara 2,99 sampai
23,93. Nilai KKF dan KKG pada 10 genotip melon diperoleh hasil dengan kriteria
rendah. Selain itu, nilai KKF memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan nilai
KKG hal tersebut dikarenakan melon ditanam pada tempat yang sub optimal yaitu
di dataran tinggi sehingga dapat dikatakan pertumbuhan tanaman melon lebih
dipengaruhi oleh lingkungan. Hasil rerata pada karakter yang diamati didapatkan
hasil genotip terbaik yaitu genotip J x B memiliki bobot buah tertinggi yaitu
sebesar 1285,67 gram dengan panjang buah 14, 67 cm sedangkan genotip yang
memiliki hasil terendah ialah genotip C x H dengan bobot buah sebesar 548,33
gram dengan panjang buah 10cm. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,
dari keseluruhan genotip yang ditanam di dataran tinngi didapatkan nilai
Koefisien Keragaman Fenotip dan nilai Koefisien Keragaman Genetik yang
rendah pada semua genotip melon yang ditanaman di dataran tinggi. Semua
genotip yang diuji memiliki potensi jika dikembangkan di dataran tinggi
“Analisis Regresi dan Korelasi Karakter Morfologi Terhadap Hasil Tanaman Melon Hibrida (Cucumis melo L.)”.
Melon merupakan salah satu tanaman buah yang banyak diminati oleh
masyarakat. Permintaan buah melon yang meningkat setiap tahunnya ditandai
dengan meningkatnya konsumsi buah melon. Pada tahun 2017 konsumsi buah
melon mencapai 1 kg/kapita/minggu. Produksi buah melon di Indonesia mengalami
penurunan. Produksi buah melon tahun 2020 sebesar 138,2 ribu ton dibandingkan
dengan produksi buah melon di tahun 2014 sebesar 150,4 ribu ton produksi buah
melon mengalami penurunan. Ketersediaan benih melon menjadi salah satu kendala
dalam budidaya tanaman melon. Benih yang digunakan oleh petani melon
kebanyakan merupakan benih impor. Impor benih melon pada tahun 2014 mencapai
1,1 Ton dengan nilai 3,7 miliar rupiah. Produksi benih unggul melalui pemuliaan
tanaman merupakan upaya untuk meningkatkan produksi buah melon.
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui karakter yang berpengaruh besar
dan berhubungan kuat dengan hasil tanaman melon. Karakter yang berpengaruh
besar dan berhubungan kuat terhadap hasil tanaman melon dapat digunakan untuk
seleksi hasil tanaman melon secara tidak langsung. Penelitian dilaksanakan dari
bulan April hingga Juli 2022 di Green House yang berada di Desa Pendem Kota
Batu. Pada penelitian ini tanaman ditanam dalam satu baris tanpa ulangan di
lingkungan yang sama dan seluruh tanaman diamati. Pengamatan karakter
dilakukan pada lima genotipe tanaman F1 dengan 14 karakter tanaman. Karakter
tanaman yang diamati ditetapkan berdasarkan panduan pengujian individual
kebaruan, keunikan, keseragaman, dan kestabilan (PPVT, 2006). Jumlah tanaman
yang ditanam di tiap genotipe sejumlah 20 tanaman. Pengamatan dilakukan pada
setiap tanaman sesuai dengan genotipenya. Data hasil pengamatan pada masingmasing karakter dilakukan analisis dengan menggunakan analisis regresi dan
analisis korelasi.
Hasil analisis regresi dan korelasi menunjukkan terdapat nilai koefisien
determinasi dan korelasi yang beragam. Nilai koefisien determinasi hasil analisis
regresi menunjukkan empat karakter yang berpengaruh besar terhadap bobot dan
kemanisan buah melon. Panjang buah berpengaruh terhadap bobot buah sebesar
62,9% pada populasi D dan 77,1% pada populasi E. Diameter buah memengaruhi
bobot buah sebesar 91,8% pada populasi D dan 91,4% pada populasi E. Tebal
daging buah memengaruhi bobot buah sebesar 78,2% pada populasi D dan 52,6%
pada populasi E. Kemanisan buah dipengaruhi oleh waktu panen sebesar 21,3%
pada populasi D dan 25,1% pada populasi E. Hasil analisis korelasi menunjukkan
panjang buah, diameter buah, dan tebal daging buah berkorelasi dengan bobot pada
populasi D dan populasi E. Kemanisan buah populasi D berkorelasi dengan waktu
panen dan panjang buah. Kemanisan buah populasi E berkorelasi dengan waktu
berbunga hermaprodit dan waktu panen. Terdapat 4 karakter yang dapat digunakan
sebagai karakter untuk seleksi tidak langsung terhadap hasil tanaman melon.
Karakter panjang buah, diameter buah, dan tebal daging buah terpilih sebagai
karakter untuk seleksi bobot buah melon. Karakter waktu panen terpilih sebagai
karakter untuk seleksi kemanisan buah melon
Uji Daya Hasil Pendahuluan Enam Galur Harapan Padi Generasi F7 (Oryza sativa L.) di Dataran Rendah.
Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu komoditas pangan utama. Menurut BPS (2021) terdapat penurunan produksi sebesar 2,21% pada Tahun 2021 dibandingkan Tahun 2020. Permasalahan penurunan produksi dapat disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya ialah alih fungsi lahan pertanian yang menyebabkan berkurangnya luas lahan produktif, Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan padi salah satunya dengan perakitan varietas padi yang dapat tumbuh secara optimal di lahan kering dengan hasil produksi yang tinggi, melalui program pemuliaan tanaman dengan melakukan persilangan antara varietas padi sawah varietas Cibogo dan padi gogo varietas Situ Bagendit, yang telah menghasilkan generasi F7 yang digunakan sebagai bahan tanam dalam penelitian ini, menurut Acquaah (2012) generasi F7 dapat dilakukan uji daya hasil pendahuluan untuk mengetahui potensi hasil dari masing-masing nomor genotipe harapan. Uji daya hasil pendahuluan dilakukan di dataran rendah sebab memiliki potensi yang baik untuk budidaya padi. Tujuan dari penelitian ini untuk menguji daya hasil dari enam galur harapan padi generasi F7 yang dibandingkan dengan varietas pembanding di dataran rendah.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari – Juni 2023 di Desa Jenggolo, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 9 perlakuan bahan tanam, yang diulang sebanyak 3 kali. Perlakuan bahan tanam yang digunakan yaitu enam galur harapan padi generasi F7 dengan nomor genotipe (G1) F7-4-21-11-23-3-2, (G2) F7-4-21-11-23-3-11, (G3) F7-4-21-11-23-3-12, (G4) F7-4-21-11-23-6-2, (G5) F7-4-21-11-23-6-11, (G6) F7-4-21-11-23-6-17, serta tiga varietas pembanding yaitu varietas Situ Bagendit (SB), varietas Cibogo (CB) dan varietas IR64 (IR). Karakter yang diamati yaitu karakter kuantitatif dan karakter kualitatif. Karakter kuantitatif yang diamati yaitu: Tinggi Tanaman (cm), Umur Panen (HST), Umur Berbunga (HST), Jumlah Anakan Produktif, Panjang Malai, Jumlah Gabah Bernas Per Malai (bulir), Jumlah Gabah Total Per Malai (bulir), Presentase Gabah Bernas (%), Bobot 1000 Butir (g), Bobot Gabah Bernas Per Rumpun (g), Hasil Panen Per Hektar (t.ha-1), dan selisih hasil (%). Sedangkan, karakter kualitatif yang diamati yaitu: Warna Daun, Warna Telinga Daun, Warna Lidah Daun, Daun Bendera, Bentuk Tanaman, Warna Gabah, Permukaan Daun, dan Kerebahan. Data yang dihasilkan dari karakter kualitatif dianalisa secara deskriptif yang ditujukan untuk informasi tambahan dalam bentuk deskripsi pada galur harapan sebagai pendukung data kuantitatif. Sedangkan, data kuantitatif dianalisa menggunakan Analysis of Varian (Anova). Hasil analisis ragam yang berbeda nyata dilakukan uji lanjut menggunakan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf 5%.
Hasil penelitian menunjukkan pada karakter kuantitatif diperoleh 8 karakter yang berbeda nyata yaitu, karakter tinggi tanaman, umur berbunga, umur panen, panjang malai, jumlah gabah bernas per malai, jumlah gabah total per malai, bobot gabah bernas per rumpun dan hasil panen per hektar. Sedangkan, karakter kualitatif yang dihasilkan oleh keenam galur harapan dan varietas pembanding didapati hasil seragam kecuali karakter kerebahan. Terdapat galur harapan yang memiliki prospek daya hasil tinggi dan jumlah gabah bernas tinggi dibandingkan ketiga varietas pembanding, yaitu nomor genotipe F7-4-21-11-23-3-2 dan F7-4-21-11-23-6-11. Kemudian, Diperoleh individu terbaik dari genotipe terbaik, berdasarkan hasil karakter jumlah gabah bernas per malai yaitu individu 4-21-11-23-3-2-9 dan 4-21-11-23-6-11-2
Uji Keberhasilan Hibridisasi antara Krai Lokal dengan Krai Hibrida (Cucumis sativus L.).
Krai merupakan salah satu komoditi hortikultura berupa sayur mayur yang mudah dibudidayakan namun, belum banyak dimanfaatkan. Budidaya krai di Indonesia sendiri lebih jarang dibandingkan jenis tanaman Cucumis sp. yang lain, selain itu masih tergolong sedikit varietasnya. Sehingga, perlu adanya peningkatan keragaman tanaman pada krai. Keragaman tanaman dapat ditingkatkan dengan kegiatan pemuliaan tanaman. Salah satu kegiatan pemuliaan yang dapat dilakukan ialah persilangan. Persilangan merupakan kegiatan penting dalam memperbaiki karakter dan sifat induk suatu tanaman sehingga dapat menjadi tanaman yang unggul. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini ialah untuk mengetahui, mempelajari, dan menguji tingkat keberhasilan hibridisasi pada tanaman Krai Lokal dan Krai Hibrida. Selain itu, dapat menambah keragaman genetik dan hasil dari penelitian ini diharapkan dapat tersedianya bahan sebagai perakitan varietas unggul baru serta sebagai bahan informasi untuk penelitian selanjutnya. Hipotesis dari penelitian ini ialah (1) diduga keberhasilan hibridisasi tanaman Krai Lokal dengan Krai Hibrida berhasil menghasilkan F1, dan (2) semua pasangan persilangan diduga memiliki tingkat keberhasilan hibridisasi yang tinggi.
Penelitian dilaksanakan di Dusun Dermo, Desa Gunung Gangsir, Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur pada bulan Juni sampai dengan September 2023. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah, sprayer, sekop, cangkul, ember, kertas label, pinset, plastik, karet, gembor, gunting, alat tulis, kertas pengamatan, kamera, jangka sorong, timbangan analitik. Bahan yang digunakan dalam penelitian terdiri dari benih krai hibrida dan krai lokal, mulsa plastik perak, ajir bambu, pupuk NPK, pupuk KNO3, dan herbisida. Penelitian ini menggunakan susunan persilangan yang terdiri dari persilangan antara Krai lokal (KL) dan Krai hibrida (KH) untuk menghasilkan tanaman F1, dengan Krai Hibrida sebagai tetua betina dan Krai Lokal sebagai tetua jantan. Sedangkan, persilangan resiprok menggunakan Krai Lokal sebagai tetua betina dan Krai Hibrida sebagai tetua jantan, sehingga terdapat dua pasangan persilangan. Pengamatan pada penelitian ini dilakukan terhadap karakter kualitatif dan kuantitatif. Variabel yang diamati antara lain, warna kulit buah, warna garis kulit buah, warna biji buah, persentase keberhasilan persilangan (%), jumlah buah pertanaman, panjang buah, bobot buah, diamater buah, dan berat 100 biji. Keseluruhan data variabel pengamatan dilakukan perhitungan rata-rata dari masing-masing data kemudian dianalisis secara statistik menggunakan uji T – tidak bepasangan (independent samples t test) dengan taraf 5%. Pengolahan data pada hasil pengamatan keberhasilan hibridisasi ini menggunakan software Microsoft Excel.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa persilangan antara krai lokal dengan krai hibrida berhasil menghasilkan F1. Pada persilangan KL♀ × KH♂ memperoleh keberhasilan persilangan yang lebih besar dibandingan persilangan KH♀ × KL♂. Tingkat keberhasilan hibridisasi pada persilangan KH♀ × KL♂ sebesar 80%, sedangkan pada persilangan KL♀ × KH♂ sebesar 97%. Rata-rata keberhasilan dari dua persilangan ialah sebesar 88%.
Perbedaan hasil rata-rata keberhasilan persilangan disebebkan karena proporsi bunga betina pada Krai Lokal lebih banyak dibandingkan Krai Hibrida
Deskripsi Karakter 20 Genotipe Hibrida F1 Tanaman Melon (Cucumis melo L.)
Melon merupakan salah satu tanaman hortikultura dalam family Cucurbitaceae. Melon memiliki banyak kandungan gizi yang bermanfaat bagi tubuh manusia. Rasa buah yang segar diakibatkan kandungan air yang cukup tinggi berperan baik dalam pencernaan tubuh. Selain itu juga terdapat kandungan vitamin C yang cukup tinggi yang dapat meningkatkan imun atau daya tahan tubuh. Di masa sekarang ini banyak masyarakat yang mengonsumsi buah-buahan dalam menjaga pola hidup sehat, salah satunya buah melon. Hal ini dapat dilihat dari tingkat konsumsi melon yang mengalami kenaikan pada tahun 2014 hingga 2017. Pada proses pembelian tentunya masyarakat sangat memperhatikan kualitas buah. Untuk memenuhi permintaan masyarakat tersebut maka diperlukan pengembangan tanaman melon dengan melakukan kegiatan pemuliaan tanaman. Karakterisasi penting dilakukan untuk mengetahui deskripsi karakter yang selanjutnya dapat digunakan sebagai salah satu syarat pelepasan varietas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui deskripsi karakter dari 20 genotipe melon dan mengetahui genotipe yang unggul berdasarkan beberapa karakter dari 20 genotipe hibrida melon. Hipotesis penelitian ini adalah diduga memiliki perbedaan sifat dari masing-masing 20 genotipe melon pada beberapa karakter dan diduga terdapat genotipe yang unggul berdasarkan beberapa karakter dari 20 genotipe hibrida melon.
Penelitian ini dilaksanakan di rumah kasa desa Ngijo, Kecamatan Karangploso, Malang pada bulan Juli – September 2021. Alat yang digunakan yaitu berupa sprayer, tray, cangkul, sekop, cangkil, polybag, meteran, kertas label, tali rafia, timbangan digital, ajir/tali gawar, jangka sorong, pisau, panduan Descriptor for Melon dari IPGRI tahun 2003, pantone color chart, kamera, alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan antara lain 20 genotipe tanaman melon, pupuk kandang, pupuk NPK (16:16:16), KNO3, multi KP, fungisida. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok dengan perlakuan 20 genotipe yang diulang sebanyak tiga kali. Variabel pengamatan berupa karakter kuantitatif dan karakter kualitatif. Analisis data yang digunakan pada karakter kualitatif menggunakan panduan deskriptor dari IPGRI yang disajikan dalam bentuk deskripsi. Sedangkan pada karakter kuantitatif menggunakan uji analisi ragam (uji F) taraf 5% dan uji lanjut dengan Skott Knott apabila berpengaruh nyata.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter kualitatif dari 20 genotipe hibrida melon menghasilkan karakter yang sama dan berbeda. Karakter kualitatif yang sama yaitu warna batang, warna daun, warna bunga, warna daging buah, warna kulit buah, umur panen, warna biji dan bentuk biji. Karakter kualitatif yang berbeda yaitu bentuk daun menghasilkan 10 entire 10 pentalobate, bentuk buah menghasilkan 18 globular 2 oblate, ukuran buah menghasilkan 2 kecil 2 sedang 16 kecil-sedang dan kadar kemanisan menghasilkan 6 manis 3 hambar 11 sedang. Berdasarkan karakter kuantitatif, genotipe AxC, AxE, AxF, AxH, AxI dan BxF memiliki kadar kemanisan yang lebih tinggi dibandingkan genotipe yang lain. Sehingga diperoleh hasil dari analisis karakter kuantitatif dan kualitatif bahwa genotipe AxC termasuk kategori genotipe yang unggul. Genotipe AxC terpilih menjadi genotipe unggul berdasarkan karakter buah yang berbentuk globular (bulat), daging buah berwarna orange, bobot buah kategori sedang dan kadar manis buah tergolong manis (10,130 brix)
Keragaman Genetik Dan Heritabilitas Beberapa Karakter Kuantitatif Pada 15 Galur Melon (Cucumis Melo L.) Hibrida
Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu jenis buah yang bernilai
komersial tinggi di Indonesia dengan jangkauan pasar yang luas, mulai dari pasar
tradisional hingga pasar modern. Buah melon merupakan salah satu buah yang
disukai dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Akan tetapi, produksi
melon di Indonesia terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Rendahnya
hasil melon menyebabkan Indonesia mengimpor melon untuk memenuhi
kebutuhan melon dalam negeri. Rendahnya hasil melon ini diakibatkan oleh
penggunaan varietas yang tidak unggul, teknik budidaya yang masih sederhana
dan adanya pengaruh lingkungan yang dapat menyebabakan penurunan hasil
produksi. Hal ini menjadi masalah yang serius bagi petani melon, sehingga perlu
dilakukan peningkatan produksi tanaman melon. Oleh karena itu, perlu dilakukan
upaya pemuliaan tanaman untuk mendapatkan benih dengan potensi hasil yang
lebih baik. Keberhasilan program pemuliaan tanaman sangat tergantung oleh
tersedianya keragaman genetik dan nilai duga heritabilitas. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui keragaman genetik dan heritabilitas beberapa
karakter kuantitatif pada 15 galur melon hibrida.
Percobaan ini dilakukan pada bulan Mei sampai September 2022 di
Greenhouse Kebun Percobaan Agrotechnopark (ATP) Universitas Brawijaya di
Desa Jatikerto, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Kegiatan penelitian meliputi penyemaian, persiapan media tanam, penanaman,
pemeliharaan, pengamatan dan pemanenan. Pemeliharaan tanaman dilakukan
dengan berbagai kegiatan seperti penyiraman, penyulaman, pemasangan tali ajir,
pembumbunan, pemupukan, penyiangan gulma, pemangkasan cabang,
pengendalian hama dan penyakit. Pengamatan dilakukan pada karakter kuantitatif
tanaman melon. Karakter kuantitatif yang diamati meliputi panjang tanaman,
jumlah daun, diameter batang, umur berbunga, umur panen, bobot buah, diameter
buah, panjang buah, lebar buah, tebal daging buah dan tingkat kemanisan buah.
Karakter kuantitatif dianalisis dengan analisis ragam dengan taraf 5% dan uji
lanjut menggunakan DMRT (Duncan’s Multiple Range Test) 5%. Data kuantitatif
yang telah dilakukan analisis ragam, selanjutnya dilakukan perhitungan KKG
(Koefisen Keragaman Genetik), KKF (Koefisien Keragaman Fenotipe) dan h2
(Heritabilitas).
Hasil analisis ragam menunjukkan hasil yang berbeda nyata dan tidak
berbeda nyata. Hasil yang berbeda nyata didapatkan pada karakter panjang
tanaman, jumlah daun, diameter batang, umur berbunga, umur panen, bobot buah,
panjang buah dan tingkat kemanisan buah. Hasil yang tidak berbeda nyata
didapatkan pada karakter diameter buah, lebar buah dan tebal daging buah. Nilai
koefisien keragaman genetik (KKG) berkisar antara 1,49%-12,43%. Karakter
yang masuk kedalam KKG kriteria rendah dan agak rendah yaitu diameter batang,
umur berbunga, umur panen, diameter buah, panjang buah, lebar buah dan tebal
daging buah. Karakter yang masuk ke dalam KKG kriteria cukup tinggi dan tinggi
adalah panjang tanaman, jumlah daun, bobot buah dan tingkat kemanisan buah. Nilai koefisien keragaman fenotipe (KKF) berkisar antara 2,54%-17,40%.
Karakter tanaman melon yang masuk ke dalam KKF kriteria rendah dan agak
rendah adalah diameter batang, umur berbunga, umur panen, diameter buah,
panjang buah, lebar buah dan tebal daging buah. Karakter tanaman yang masuk ke
dalam KKF kriteria cukup tinggi dan tinggi adalah panjang tanaman, jumlah daun,
bobot buah dan tingkat kemanisan buah. Nilai heritabilitas menunjukkan nilai
dengan rentang 0,16 sampai dengan 0,79. Karakter tanaman melon yang masuk
dalam kategori heritabilitas tinggi adalah panjang tanaman, jumlah daun dan
tingkat kemanisan buah, kategori heritabilitas sedang adalah diameter batang,
umur berbunga, umur panen, bobot buah, diameter buah, panjang buah dan lebar
buah, serta heritabilitas kategori rendah adalah tebal daging buah. Respon seleksi
akan lebih efektif jika dilakukan pada karakter yang memiliki keragaman genetik
yang luas disertai dengan pendugaan heritabilitas yang tinggi
Seleksi Tanaman Padi (Oryza Sativa L.) Generasi F6 Menggunakan Metode Seleksi Pedigree
Indonesia menjadi salah satu negara dimana padi merupakan komoditas
pangan utama karena mayoritas masyarakatnya yang mengonsumsi beras sebagai
makanan pokok. Produksi beras menunjukkan fluktuasi pada tahun 2018-2020.
Penurunan luas lahan pertanian, perubahan iklim, terbatasnya varietas toleran
cekaman abiotik dan biotik mempengaruhi produksi padi di Indonesia. Perakitan
varietas unggul padi dapat dilakukan melalui program pemuliaan tanaman.
Karakter-karakter padi yang diamati pada generasi F5 hasil persilangan Situ
Bagendit dan Cibogo belum seluruhnya menunjukkan keragaman genetik yang
rendah. Nomor-nomor genotipe hasil seleksi F5 di seleksi kembali menggunakan
metode pedigree. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter yang dapat
digunakan sebagai karakter seleksi, memperoleh nomor genotipe terbaik padi
generasi F6 berdasarkan karakter seleksi dan memperoleh individu terbaik padi
generasi F6 berdasarkan karakter seleksi. Hipotesis penelitian ini terdapat karakter
yang dapat digunakan sebagai karakter seleksi, terdapat nomor genotipe terbaik
padi generasi F6 berdasarkan karakter seleksi dan terdapat individu terbaik padi
generasi F6 berdasarkan karakter seleksi.
Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan (sawah) Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya yang berada di Kelurahan Jatimulyo, Kecamatan
Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur pada bulan Februari hingga Juni 2022.
Penelitian disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) 7 perlakuan
dengan 4 kali ulangan. Bahan utama yang digunakan adalah 5 nomor genotipe F6
serta 2 tetua yaitu Situ Bagendit (SB) dan Cibogo (CB) sebagai pembanding. Bahan
lain untuk mendukung kegiatan penelitian antara lain media semai, Urea, Sp-36,
KCl, tali rafia, insektisida dan fungisida. Alat yang digunakan meliputi nampan
semai, sprayer, cangkul, meteran, penggaris, timbangan digital, gunting, alfaboard,
plastik bening, jaring, kamera, laptop dan alat tulis. Pengamatan dilakukan pada
seluruh individu tanaman. Karakter yang diamati adalah umur berbunga, jumlah
anakan total, tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, umur panen, panjang malai,
jumlah gabah total per malai, jumlah gabah bernas per malai, persentase gabah
bernas per malai dan bobot gabah bernas per rumpun. Analisis data menggunakan
analisis varians (ANOVA) 5%, apabila menunjukkan perbedaan yang nyata
dilakukan uji lanjut DMRT (Duncan’s Multiple Range Test) 5%. Komponen ragam
digunakan untuk menghitung keragaman dan heritabilitas, dilanjutkan dengan
perhitungan kemajuan genetik harapan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien variasi genetik pada seluruh
karakter rendah, koefisien variasi fenotipe rendah hingga agak rendah, heritabilitas sedang hingga tinggi dan kemajuan genetik harapan rendah hingga tinggi. Terdapat
dua karakter seleksi yang digunakan dalam penelitian yaitu jumlah gabah total per
malai dan jumlah gabah bernas per malai. Kedua karakter tersebut menunjukkan
heritabilitas sedang dengan kemajuan genetik cukup tinggi dan tinggi. Nomor
genotipe terbaik berdasarkan karakter seleksi jumlah gabah total per malai dan
jumlah gabah bernas per malai adalah nomor F6-23-3 dan F6-23-6. Berdasarkan
dua karakter seleksi tersebut, individu tanaman terbaik dari nomor genotipe F6-23-
3 adalah nomor 2, 11, dan 12, sementara pada nomor genotipe F6-23-6 adalah
nomor 2, 11, dan 17
Uji Daya Hasil Pendahuluan Enam Galur Harapan Padi Generasi F7 (Oryza sativa L.) di Dataran Medium.
Padi memiliki peranan sangat penting bagi keberlanjutan hidup manusia, hal
ini dikarenakan padi yang merupakan salah satu bahan pangan pokok yang
dibutuhkan oleh manusia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistika (2022), hasil
produksi padi di wilayah Jawa Timur mengalami penurunan sebanyak 102,827.67t
dibandingkan dengan produktivitas padi pada tahun 2021. Penurunan hasil produksi
padi ini dapat berdampak besar apabila tidak dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat dan berdampak pada impor beras. Salah satu upaya untuk memenuhi
kebutuhan beras dan menekan angka impor adalah dengan melakukan intensifikasi
pertanian yang salah satunya dapat berupa penggunaan varietas unggul yang
diharapkan dapat menghasilkan produktivitas tinggi. Guna mendapatkan varietas
unggul, harus melewati beberapa tahapan dimulai dari persilangan hingga beberap
tahap seleksi hingga mendapatkan galur yang unggul. Galur yang unggul ini
kemudian dilakukan uji daya hasil sebelum dijadikan varietas unggul baru (VUB).
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan galur harapan padi F7 yang memiliki
potensi hasil yang tinggi di dataran medium serta mengetahui perbedaan hasil
dengan varietas pembandin
Pendugaan Heritabilitas Dan Aksi Gen Komponen Hasil Biji Pada 4 Genotipe Tanaman Kenaf (Hibiscus Cannabinus L.)
Kenaf (Hibsicus cannabinus L.) merupakan tanaman penghasil serat yang
mulanya digunakan sebagai bahan baku pembuat karung goni. Namun dengan
adanya plastik, karung goni yang sebelumnya digunakan sebagai pembungkus
mulai ditinggalkan. saat ini telah di kembangkan produk yang memanfaatkan kenaf
tidak hanya serat yang menjadi karung goni saja namun juga menjadi produk lain
bahkan bagian tanaman lain yang salah satunya adalah biji kenaf. Biji kenaf
mengandung minyak yang kaya antioksidan dapat dimanfaatkan sebagai minyak
alternatif yang dapat dikonsumsi manusia. Adanya potensi dari biji kenaf
menandakan diperlukannya produksi biji kenaf secara masal.
Penelitian ini menduga parameter genetik berupa heritabilitas, serta aksi gen
komponen hasil biji pada tanaman kenaf. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Maret hingga Agustus 2020 yang bertempat di Kebun Percobaan Karangploso,
BALITTAS Malang. Alat yang digunakan dalam penelitian ini ialah kamera digital,
cangkul, gembor, gunting, spidol permanen, papan nama, meteran, penggaris,
timbangan analitik, alat penghitung benih, kertas label, dan kalkulator. Bahan yang
digunakan pada penelitian ini ialah benih menggunakan 4 genotipe dan 2 tetua
tanaman kenaf yang terdiri dari P1, P2, F1 sebanyak 100 tanaman; F2 sebanyak 300
tanaman; BC1.1 dan BC1.2 sebanyak 200 tanaman, air, polybag, dan Urea. Penelitian
ini dilaksanakan pada satu lahan dengan ukuran 5 m x 19 m ditanam ke 4 genotipe
dan 2 tetua dengan jarak tanam 10 cm x 30 cm dan setiap genotip di tempatkan pada
satu petak. komponen hasil biji yang diamati antara lain umur berbunga bunga,
jumlah buah per tanaman, jumlah biji per buah, dan berat 1000 biji kenaf (g), jumlah
buah per ruas, jumlah ruas yang terdapat buah, serta panjang batang buah pertama
hingga terakhir (cm). Analisis data menggunakan joint scaling test.
Hasil menunjukkan nilai heritabilitas arti sempit tertinggi terdapat pada
karakter umur berbunga sebesar 33%. Pada karakter lain menunjukkan nilai negatif
yang mana dinyatakan nol atau tidak dipengaruhi oleh gen aditif. Perhitungan joint
scaling test 3 parameter menunjukkan model tersebut tidak layak karena χ2 hitung
yang lebih besar dari χ2 tabel sehingga perlu dilakukan analisis menggunakan model
6 parameter. Hasil joint scaling test 6 parameter menunjukkan gen aditif
berpengaruh positif pada karakter umur berbunga. Seluruh karakter yang diamati
dipengaruhi oleh 3 interaksi gen antar lokus kecuali pada karakter umur berbunga
tidak dipengaruhi interaksi gen aditif-dominan. Seluruh karater dipengaruhi
epistasis jenis duplikat yang menyebabkan kecilnya nilai karakter yang diamat