11 research outputs found

    Tingkat Konsumsi Ikan di Indonesia: Ironi di Negeri Bahari

    Full text link
    Ikan sebagai bahan pangan di Indonesia memiliki beberapa keunggulan, diantaranya: sebagai sumber nutrisi esensial, white meat, bersifat universal, harga relatif murah, proses produksi relatif singkat, serta suppy lokal. Tingkat konsumsi ikan di Indonesia relatif rendah dibandingkan dengan potensi sumber daya perikanan yang dimiliki. Angka konsumsi ikan pada tahun 2010 sebesar 30,48 kg/kap/th, meningkat setiap tahunnya hingga mencapai 38,1 kg/kap/th pada tahun 2014 dengan tingkat pertumbuhan sebesar 5,78%. Penyediaan ikan pada tahun 2010 sebesar 38,39 kg/kap/th dan meningkat menjadi 51,8 kg/kap/th pada tahun 2014 dengan tingkat pertumbuhan sebesar 7,85%. Penyebab rendahnya konsumsi ikan diantaranya adalah kurangnya pemahamn masyarakat tentang manfaat mengkonsumsi ikan, kurang lancarnya distribusi ikan, belum optimalnya sarana dan prasarana serta mitos yang berkembang di masyarakat. Regulasi perikanan diantaranya UU No 31 thn 2004 tentang Perikan jo UU No 45 th 2009 , UU No 18 tahun 2012 tentang Pangan serta INPRES No. 1 tahun 20 17 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

    Aplikasi Bawang Merah dan Bawang Putih Memperlambat Pembentukan Bintik Hitam pada Udang Vaname

    Full text link
    Bawang mengandung senyawa bioaktif, seperti organosulfur, komponen fenolik, dan flavonoid yang mempunyai kemampuan antioksidan. Udang pada saat keluar dari air, mengalami reaksi oksidasi enzimatik, asam amino tirosin yang mengandung gugus fenol dioksidasi oleh enzim polifenol oksidase, mengakibatkan pembentukan bintik hitam atau blackspot pada tubuh udang. Pembentukan blackspot tersebut dapat menurunkan nilai ekonomi, sehingga merugikan Perusahaan udang segar. Penelitian bertujuan meneliti bawang merah (Allium cepa L.) dan bawang putih (Allium sativum) yang diekstraksi menggunakan air terhadap pembentukan blackspot pada udang vaname (Litopeneaus vannameii). Udang direndam menggunakan larutan ekstrak bawang merah dan bawang putih (1:1 dan 1:2), disimpan selama 10 hari pada suhu 0 oC. Udang tanpa ekstrak bawang dan udang dengan sodium metabisulfit (SMS) digunakan sebagai kontrol negatif dan kontrol positif. Nilai melanosis udang dengan perendaman ekstrak bawang merah perbandingan 1:1 pada penyimpanan hari ke-10, lebih rendah dibandingkan dengan ekstrak bawang lainnya, sehingga memperlambat pembentukan blackspot namun masih lebih efektif bila menggunakan SMS. Pengaruh ekstrak bawang terhadap kesegaran udang diamati pada atribut kenampakan, secara umum mengalami kemunduran mutu paling cepat dibandingkan atribut bau dan tekstur. Penambahan ekstrak bawang merah dan bawang putih tidak menimbulkan Perubahan mutu atribut tekstur dan bau yang siginifikan dibandingkan dengan kontrol. Nilai indeks browning menunjukkan udang dengan perendaman bawang merah 1:1 mengalami Perubahan yang paling lambat dibandingkan lainnya. Ekstrak air bawang merah : akuades dengan perbandingan 1:1 berpotensi digunakan sebagai bahan penghambat pembentukan blackspot udang vaname, tanpa memberikan pengaruh terhadap bau dan tekstur udang

    Kondisi Perairan dan Struktur Komunitas Plankton di Waduk Jatigede

    Full text link
    Penelitian tentang kondisi perairan dan struktur komunitas plankton di Waduk Jatigede telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2017. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kondisi perairan dan struktur komunitas plankton di Waduk Jatigede. Sampel diambil dari tiga stasiun pengamatan. Titik pengambilan sampel ditentukan dengan metode purposive sampling. Sampel diambil dengan menggunakan plankton net. Identifikasi sampel dilakukan di Laboratorium. Hasil penelitian didapatkan, Genera fitoplankton yang ditemukan di Waduk Jatigede sebanyak 23-26 genera yang mewakili 4 kelas yaitu Chlorophyceae, Cyanophyceae, Bacillariophyceae, dan Dinophyceae. Indeks keanekaragaman fitoplankton berkisar antara 1,284 – 1,673. Hal ini menunjukkan bahwa waduk jatigede memiliki tingkat keanekaragaman rendah. Indeks keseragaman berkisar 0,436 – 0,607. Indeks keanekaragaman zooplankton berkisar antara 1,289 – 2,020

    Diversitas Plankton dan Kualitas Perairan Waduk Darma Kabupaten Kuningan Jawa Barat

    Full text link
    Penelitian tentang “Diversitas Plankton dan Kualitas Perairan Waduk Darma” telah dilaksanakan pada Bulan Agustus 2017. tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui diversitas plankton dan kualitas air waduk Darma. Sampel diambil dari 3 stasiun pengamatan. Titik pengambilan sampel ditentukan dengan metode purposive sampling. Hasil penelitian didapatkan, Genera fitoplankton yang ditemukan di Waduk Darma sebanyak 19-32 genera yang mewakili 5 kelas, yaitu Chlorophyceae, Cyanophyceae, Bacillariophyceae, Dinophyceae dan Euglenaphyceae. Serta Genera Zooplankton yang ditemukan di Waduk Darma sebanyak 12-15 genera yang mewakili 3 kelas, yaitu Rotifera, Ciliata dan Malacostraca. Indeks diversitas fitoplankton berkisar antara 0,367 – 1,376 dan diversitas zooplankton berkisar antara 1,379 – 2,023. Hal ini menunjukkan bahwa waduk Darma memiliki tingkat keanekaragaman rendah

    Growth Performance and Survival Rate of Catfish (Pangasianodon Hypophthalmus) Juvenile Which is Reared in Recirculation System

    Full text link
    Although recirculation is a cultivation system that has been tried in various commodities, but the effectiveness of this system to the growth and survival of catfish juvenile has not been done. This study aims to determine the effective-ness of recirculation system on growth performance and survival rate of catfish juvenile (Pangasianodon hypophthal-mus). The research was conducted from 11 October to 30 November 2019 at hatchery unit Department of Fisheries Extension, Jakarta Technical University of Fisheries. This study used experimental method with 3 treatments, namely Control (K: 100% Bioball + Bacillus sp.), Treatment 1 (P1: 50% Bioball + 25% zeolite + 25% resin + Bacillus sp.) and Treatment 2 (P2: Bioball 25 % + zeolit 50% + resin 25% + Bacteria Bacillus sp.). The catfish used in this study was measured 0.08 + 0.02 g. Ind.-1. The fish were kept in a concrete tub of 100 cm x 150 cm x 70 cm with water volume of 750 liters tub-1. Stocking density of fish was 5 fish liters-1. Fish juveniles were fed with commercial feed with a dose of 3% of fish biomass with frequency of 3 times a day-1. Observation fish growth and water sampling for monitoring of the abundance of nitrogen-decomposing bacteria and water quality were carried out every 15 days. The results showed that the highest growth weight of catfish seedlings was found in treatment P1 (0.447±0.142b) compared with K (0.377±0.047a) and P2 (0.363±0.057a) treatment. The values of survival rate for K, P1 and P2 treatments were 51±8, 54±4 and 52±8, respectively. This result implies that no significant difference in the survival rates in all treatments

    Tinjauan Kualitas Air terhadap Tingkat Kelayakan Teluk Pangandaran untuk Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus Vannamei)

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan teluk Pangandaran untuk budidaya Vaname (Litopenaeus vannamei) ditinjau dari nilai parameter kualitas air. Lokasi penelitian adalah di Kecamatan Cijulang, Cimerak serta Cikangkung Kabupaten Pangandaran Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi dengan metode survei. Hasil analisis kualitas air untuk parameter suhu, pH, TSS, NO2, NO3, DO, BOD5, serta PO4-P masing – masing sebesar 24-24,5 oC; 7,62 – 7,90 ppm; 0,004 – 0,009 ppm; 0,176 – 0,269 ppm; 4,3 – 6,6 ppm; 0,070 – 0,980 ppm; 0,0122 – 0,00415 ppm. Bedasarkan nilai-nilai parameter tersebut, kualitas air ketiga lokasi penelitian masih layak untuk budidaya Vaname, namun harus disertai dengan tambahan input teknologi pengelolaan kualitas air

    Growth Performance of Giant Gourami (Osphronemus Gouramy) Fed with Combination of Fish Meal and Azolla Flour (Azolla Microphylla

    Full text link
    Giant gourami has a high economic value, but slow growth. To overcome this problem, it is necessary to improve the quality of feed and the cultivation system. Feed used in this experiment was formulated feed with different ratio of combination of fish meal and azolla fermented flour. The cultivation system used in this study was a recirculation system. This study aimed to determine the effect of different ratio of matterials combination in feed on the growth performance of gouramy. This study used an experimental method with the completely randomized design with 5 treatments and 3 replicate. The treatments were the ratio of combination between fish meal and azolla fermented flour, viz: A (100:0%), B (75:25%), C (50:50%), D (25:75%) and E (0:100%). The body size of fish ranged of 7 – 9 cm with an average weight of 8.8 g ind.-1. The results showed that the provision of artificial feed with different combinations gave a significant effect (P<0.05) on growth performance of gourami. The best results were obtained in treatment B with the value of specific growth rate of 0.52±0.01, absolute body weight of 2.06±0.05, feed consumption rate of 93.63±0.43, protein efficiency ratio of 6.39±0.16 and the feed convertion ratio was 1.00±0.25. The best protein retention was achieved in treatment B with the value 13%

    Analisis Potensi dan Permasalahan Usaha Perikanan Budidaya di Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

    Full text link
    Kecamatan Bungursari memiliki 253.890 m2 lahan perikanan dan sumber air yang berasal dari sungai Cirombang dan Cidungkui. Terdapat 10 kelurahan yang mencangkup wilayah Kecamatan Bungursari. Dimana 4 kelurahan merupakan kelurahan potensial dibidang Perikanan. Salah satu kelurahannya adalah Kelurahan Cibunigeulis yang memiliki luas wilayah seluas 93.330 m2. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi potensi dan permasalahan usaha perikanan budidaya di Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas umur penduduk Kecamatan Bungursari usia 15-64 tahun sebanyak 67,1 % yang termasuk dalam kategori usia produktif. Sebanyak 41 % masyarakat Kecamatan Bungursari berpendidikan SMP. Terdapat 32 % responden yang berpendidikan SD, 23 % berpendidikan SMA, dan sangat sedikit yang berpendidikan sarjana yaitu 4 %. Tingkat pendapatan Responden di Kecamatan Bungursari rata-rata Rp. 2.538.042.bulan-1. Permasalahan yang terdapat adalah teknologi tradisional, belum ada lembaga penyedia SAPRAS, dan keuntungan masih rendah. Kondisi ini menunjukan bahwa perlu dilakukan identifikasi potensi wilayah untuk meningkatkan sosial ekonomi responden di Kecamatan Bungursari
    corecore