2 research outputs found

    Pengaruh Variasi Konsentrasi Pati Talas Beneng (Xanthosoma Undipes K. Koch) sebagai Penghancur terhadap Kadar Zat Aktif dan Uji Batas Mikroba Tablet Parasetamol 500 Mg

    Full text link
    Sediaan tablet terdiri atas zat aktif dan eksipien. Eksipien atau zat tambahan pada formulasi tablet dapat berupa zat pengisi, zat pengikat dan adhesif, disintegran (penghancur), lubrikan, glidan, antiadheren, adsorben, zat penyedap, dan zat pewarna. Eksipien merupakan zat inert secara fisik, kimia, dan farmakologi yang ditambahkan ke dalam formulasi sediaan tablet untuk membantunya memenuhi persyaratan proses teknologi, persyaratan spesifikasi teknis, fisik, penampilan, persyaratan mutu resmi (farmakope). Eksipien penting untuk sediaan tablet adalah bahan penghancur. Bahan penghancur mempengaruhi pelepasan zat aktif obat dari sediaan untuk kemudian dapat memberikan efek terapi yang diinginkan. Salah satu bahan penghancur adalah amilum atau pati. Tanaman yang berpotensi memiliki kadar pati yang tinggi adalah talas beneng. Umbi Xanthosoma undipes K. Koch sendiri memiliki kadar pati sebesar 15.21%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi pati talas beneng terhadap kadar dan batas mikroba tablet parasetamol 500 mg. Pembuatan tablet dilakukan dengan kempa langsung dengan variasi konsentrasi pati talas beneng sebagai penghancur yaitu 0% (FI), 5% (FII), 10% (FIII) dan 15% (IV). Hasil penetapan kadar menunjukkan bahwa semua formulasi memenuhi persyaratan kadar Farmakope Indonesia yaitu FI = 100,27%; FII = 99,95%; FIII = 100,06%; dan FIV 99,85%. Uji batas mikroba menunjukkan bahwa Angka Lempeng Total FI = 20 cfu/g; FII = 35 cfu/g; FIII = 10 cfu/g; FIV = 50 cfu/g. Angka Kapang Kamir yaitu FI = 110 cfu/g; FII = 100 cfu/g; FIII = 50 cfu/g; FIV = 150 cfu/g. Uji bakteri patogen menunjukkan bahwa semua formula tidak tercemar bakteri patogen. Kata kunci: tablet, Xanthosoma undipes K.Koch, parasetamol, penetapan kadar, mikrob

    Penentuan Kawasan Asuhan Udang sebagai Salah Satu Opsi Konservasi di Perairan Muara Gembong

    Full text link
    Sumberdaya udang tangkapan di perairan Muara Gembong mengalami penurunan, salah satu penyebabnya adalah rusaknya habitat mangrove yang berakibat habitat asuhan udang terganggu. Kawasan asuhan udang menjadi salah satu opsi konservasi yaitu sebagai sumber rekruitmen stok udang dan biota laut lainnya. Tujuan penelitian ini untuk menentukan kawasan asuhan sumber daya udang. Penelitian dilakukan di 20 stasiun pada bulan Maret, Juli, dan September 2018. Kriteria penentuan kawasan asuhan udang meliputi: Eko-biologi, Sosial-Budaya-Ekonomi, dan Integrasi Sosio-Ekobiologi. Hasil penelitian menunjukan bahwa di stasiun penelitian nomor 11 wilayah perairan Mulut Muara Kuntul, Desa Pantai Sederhana yaitu Pulau Buaya sesuai untuk calon kawasan asuhan udang. Di Pulau Buaya teridentifikasi udang pada Fase larva sebanyak 2,45%, post larva 1,04-76,83% dan komposisi juvenile udang dari famili Penaeidae sebanyak 72,5%, Palaemonidae 19,65%, Atydae 7,95% dan Squilidae 3,3%. Ketersedian sumberdaya udang didukung oleh kualitas perairan, ketersediaan pakan alami, dukungan masyarakat dan pemerintah daerah. Posisi geografis Pulau Buaya pada 107°0'47,044" - 106°59'37,968" BT dan 5°58'49.431" - 6°0'51,683" LS dengan luas sekitar 42,104 Ha
    corecore