9 research outputs found

    Pengaruh Senam Ibu Hamil Terhadap Penurunan Nyeri Pinggang Pada Ibu Hamil Trimester III

    Get PDF
    Nyeri pinggang adalah salah satu rasa tidak nyaman yang paling umum selama kehamilan. Seiring dengan pertambahan usia kehamilan, postur wanita berubah untuk mengkompensasi berat uterus yang sedang tumbuh, bahu akan tertarik kebelakang sebagai akibat pembesaran abdomen yang menonjol. Salah satu intervensi non farmakologis untuk mengurangi intensitas nyeri pinggang adalah senam hamil. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh senam hamil dengan penurunan nyeri pinggang pada ibu hamil trimester III. Jenis penelitian ini pre-eksperimental dengan One-Group Pretest-Posttest Design. Populasi penelitian adalah ibu hamil trimester III di Puskesmas Sukawati I berjumlah 60 orang. Sampel sebanyak 20 orang dengan teknik purposive sampling yang dilakukan dari tanggal 1 September 2022 sampai 1 Oktober 2022.Teknik analisa data menggunakan uji wilcoxon. Analisis univariat menunjukkan didapatkan ibu hamil trimester III mengalami nyeri pinggang skala nyeri ringan dengan jumlah 13 responden (65,0%) sebelum melakukan senam hamil sedangkan setelah melakukan senam hamil sebagian besar ibu hamil tidak ada nyeri dengan jumlah 12 responden (60,0%). Analisis bivariat menggunakan uji wilcoxon dengan hasil bahwa ρ value <0,001. Hal ini berarti propabilitas < level of significance (α=0,05), dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima. Ada pengaruh senam hamil terhadap penurunan nyeri pinggang pada ibu hamil trimester III. Ibu hamil trimester III diharapkan terus aktif mengikuti senam hamil.   Low back pain is the most common discomfort during pregnancy. As the gestational age increases, a woman's posture changes to compensate for the growing weight of the uterus. The shoulders will be pulled back as a result of the protruding enlarged abdomen. One of the non-pharmacological interventions to reduce the intensity of low back pain is pregnancy exercise.To identify the influence of pregnancy exercise toward law back pain reduction in third trimester of pregnant women at Sukawati I Public Health Center.This study employed pre-experimental with One-Group Pretest-Posttest Design. The population of this study were 60 pregnant women in third trimester of pregnant women at Sukawati I Public Health Center. There were 20 respondents recruited as sample of the study which were selected by using purposive sampling which carried out from September 1st 2022 to October 1st 2022. The data were analyzed by using Wilcoxon test. Univariate analysis showed that there were 13 respondents (65.0%) of third trimester pregnant women experienced mild low back pain before doing pregnancy exercise and there were 12 respondents (60.0%) of pregnant women did not experience low back pain after doing pregnancy. Bivariate analysis used the Wilcoxon test with the result that ρ value <0.001. This meant that the probability < level of significance (α = 0.05), thus H0 was rejected and H1 was accepted.There is an effect of pregnancy exercise toward law back pain reduction in third trimester of pregnant women at Sukawati I Public Health Center.Nyeri pinggang adalah salah satu rasa tidak nyaman yang paling umum selama kehamilan. Seiring dengan pertambahan usia kehamilan, postur wanita berubah untuk mengkompensasi berat uterus yang sedang tumbuh, bahu akan tertarik kebelakang sebagai akibat pembesaran abdomen yang menonjol. Salah satu intervensi non farmakologis untuk mengurangi intensitas nyeri pinggang adalah senam hamil. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh senam hamil dengan penurunan nyeri pinggang pada ibu hamil trimester III. Jenis penelitian ini pre-eksperimental dengan One-Group Pretest-Posttest Design. Populasi penelitian adalah ibu hamil trimester III di Puskesmas Sukawati I berjumlah 60 orang. Sampel sebanyak 20 orang dengan teknik purposive sampling yang dilakukan dari tanggal 1 September 2022 sampai 1 Oktober 2022.Teknik analisa data menggunakan uji wilcoxon. Analisis univariat menunjukkan didapatkan ibu hamil trimester III mengalami nyeri pinggang skala nyeri ringan dengan jumlah 13 responden (65,0%) sebelum melakukan senam hamil sedangkan setelah melakukan senam hamil sebagian besar ibu hamil tidak ada nyeri dengan jumlah 12 responden (60,0%). Analisis bivariat menggunakan uji wilcoxon dengan hasil bahwa ρ value <0,001. Hal ini berarti propabilitas < level of significance (α=0,05), dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima. Ada pengaruh senam hamil terhadap penurunan nyeri pinggang pada ibu hamil trimester III. Ibu hamil trimester III diharapkan terus aktif mengikuti senam hamil.   Low back pain is the most common discomfort during pregnancy. As the gestational age increases, a woman's posture changes to compensate for the growing weight of the uterus. The shoulders will be pulled back as a result of the protruding enlarged abdomen. One of the non-pharmacological interventions to reduce the intensity of low back pain is pregnancy exercise.To identify the influence of pregnancy exercise toward law back pain reduction in third trimester of pregnant women at Sukawati I Public Health Center.This study employed pre-experimental with One-Group Pretest-Posttest Design. The population of this study were 60 pregnant women in third trimester of pregnant women at Sukawati I Public Health Center. There were 20 respondents recruited as sample of the study which were selected by using purposive sampling which carried out from September 1st 2022 to October 1st 2022. The data were analyzed by using Wilcoxon test. Univariate analysis showed that there were 13 respondents (65.0%) of third trimester pregnant women experienced mild low back pain before doing pregnancy exercise and there were 12 respondents (60.0%) of pregnant women did not experience low back pain after doing pregnancy. Bivariate analysis used the Wilcoxon test with the result that ρ value <0.001. This meant that the probability < level of significance (α = 0.05), thus H0 was rejected and H1 was accepted.There is an effect of pregnancy exercise toward law back pain reduction in third trimester of pregnant women at Sukawati I Public Health Center

    Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Premenstrual Syndrom pada Siswi Sekolah Menengah Atas

    Get PDF
    Premenstrual syndrome (PMS) adalah sekumpulan gejala berupa gangguan fisik dan mental, yang biasanya muncul mulai satu minggu sampai beberapa hari sebelum datangnya haid, dan menghilang sesudah haid datang, walaupun kadang berlangsung sampai haid berhenti PMS yang terjadi pada remaja dapat menurunkan produktivitas dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Gejala-gejala PMS pada remaja dapat berpengaruh terhadap prestasinya di sekolah. Kejadian PMS mempengaruhi kegiatan di sekolah, misalnya: penurunan konsentrasi belajar, terganggunya komunikasi dengan teman juga dimungkinkan terjadi penurunan produktivitas belajar dan peningkatan absensi kehadiran. Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional.. Cara pengambilan sampel dengan non probability sampling. Jumlah sampel penelitian sebanyak 105 responden. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 7,6% remaja mengalami PMS Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kejadian PMS (p=0,036), perilaku dengan kejadian PMS (p=0,035), usia menarche dengan kejadian PMS (p=0,047), dan tingkat stress dengan kejadian PMS (p=0,001). Terdapat hubungan yang signifikan antara Pengetahuan, perilaku, usia menarche dan tingkat stress dengan kejadian premenstrual syndrome.   Premenstrual syndrome (PMS) is a collection of symptoms in the form of physical and mental disorders, which usually appear from one week to a few days before menstruation begins, and disappear after menstruation begins, although sometimes it lasts until menstruation stops PMS that occurs in adolescents can reduce productivity in carrying out daily activities. PMS symptoms in adolescents can affect their performance at school. PMS events affect activities at school, for example: decreased concentration in learning, disruption of communication with friends it is also possible that there is a decrease in learning productivity and an increase in absenteeism This research is analytic with cross sectional design. The sampling method is non-probability sampling. The number of research samples is 105 respondents. Data collectionl used a questionnaire The results of this study indicate that as many as 7.6% of adolescents experience PMS. There is a significant relationship between knowledge and the incidence of PMS (p=0.036), behavior and the incidence of premenstrual syndrome (p=0.035), age of menarche and the incidence of PMS (p=0.047) , and stress level with PMS incident (p=0,001) There is a significant relationship between knowledge, behavior, age at menarche and stress level with the incidence of premenstrual syndrome.Premenstrual syndrome (PMS) adalah sekumpulan gejala berupa gangguan fisik dan mental, yang biasanya muncul mulai satu minggu sampai beberapa hari sebelum datangnya haid, dan menghilang sesudah haid datang, walaupun kadang berlangsung sampai haid berhenti PMS yang terjadi pada remaja dapat menurunkan produktivitas dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Gejala-gejala PMS pada remaja dapat berpengaruh terhadap prestasinya di sekolah. Kejadian PMS mempengaruhi kegiatan di sekolah, misalnya: penurunan konsentrasi belajar, terganggunya komunikasi dengan teman juga dimungkinkan terjadi penurunan produktivitas belajar dan peningkatan absensi kehadiran. Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional.. Cara pengambilan sampel dengan non probability sampling. Jumlah sampel penelitian sebanyak 105 responden. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 7,6% remaja mengalami PMS Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kejadian PMS (p=0,036), perilaku dengan kejadian PMS (p=0,035), usia menarche dengan kejadian PMS (p=0,047), dan tingkat stress dengan kejadian PMS (p=0,001). Terdapat hubungan yang signifikan antara Pengetahuan, perilaku, usia menarche dan tingkat stress dengan kejadian premenstrual syndrome.   Premenstrual syndrome (PMS) is a collection of symptoms in the form of physical and mental disorders, which usually appear from one week to a few days before menstruation begins, and disappear after menstruation begins, although sometimes it lasts until menstruation stops PMS that occurs in adolescents can reduce productivity in carrying out daily activities. PMS symptoms in adolescents can affect their performance at school. PMS events affect activities at school, for example: decreased concentration in learning, disruption of communication with friends it is also possible that there is a decrease in learning productivity and an increase in absenteeism This research is analytic with cross sectional design. The sampling method is non-probability sampling. The number of research samples is 105 respondents. Data collectionl used a questionnaire The results of this study indicate that as many as 7.6% of adolescents experience PMS. There is a significant relationship between knowledge and the incidence of PMS (p=0.036), behavior and the incidence of premenstrual syndrome (p=0.035), age of menarche and the incidence of PMS (p=0.047) , and stress level with PMS incident (p=0,001) There is a significant relationship between knowledge, behavior, age at menarche and stress level with the incidence of premenstrual syndrome

    Penyuluhan tentang Skrining Pranikah pada Wanita Usia Subur di UPTD Puskesmas Kuta Selatan

    No full text
    ABSTRAK Skrining pra nikah merupakan beberapa kelompok tes yang dirancang untuk  mengidentifikasi  adanya  masalah  kesehatan saat ini atau masalah kesehatan yang akan muncul di kemudian hari saat pasangan hamil dan  memiliki  anak. Skrining pranikah dapat dilakukan dengan memberikan pendidikan kesehatan terlebih dahulu, dimana diselipkan informasi dan praktik kesehatan (Hasan, 2009).Penyebab utama kematian ibu adalah hipertensi dalam kehamilan,gangguan sistem peredaran darah, perdarahan dan lainnya. Penyebab tersebut dapat diminimalisir sebelum terjadinya kehamilan seperti meningkatkan  pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku ibu untuk mempersiapkan kehamilan yang sehat (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2020). Wanita Usia Subur (WUS) memahami dan melaksanakan skrining pranikah di fasilitas kesehatan terdekat sebelum terjadinya pernikahan. Metode pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini dengan memberikan penyuluhan tentang skrining pranikah pada WUS dengan memberikan kuesioner pre dan post tes (Profil UPT Puskesmas Kuta Selatan, 2021). Hasil Uji T Pre dan Post Test Skrining Pranikah didapatkan bahwa ada peningkatan yang signifikan antara hasil pre test dan post test, hal ini dapat dilihat dari nilai Sig. (2-tailed) 0.000 <0.05 sehingga terdapat perbedaan skor point yang berarti antara pre dan post. Hasil lain yang dapat dilihat dari tabel di atas adalah terdapat peningkatan yang signifikan antara nilai sebelum diberikan penyuluhan (pre test) dan sesudah mendapatkan penyuluhan (post test) dimana dapat dilihat  nilai lower pada pre test adalah 41.82 dan upper 49.22. Sedangkan pada post test, nilai lower 76.64 dan upper 82.08. Peserta yang mengikuti kegiatan pengabdian kepada masyarakat tentang skrining pranikah sebanyak 25 orang dengan Pemberian penyuluhan skrining pranikah diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan dan minat wanita usia subur untuk melakukan pemeriksaan atau skrining pranikah. Saran dari kegiatan penyuluhan skrining pranikah ini hendaknya dilanjutkan kedepannya dengan sasaran seluruh WUS  yang ada di Indonesia atau khususnya di Bali sehingga informasi tentang skrining atau pemeriksaan sebelum menikah dapat diketahui secara merata oleh masyarakat khususnya para wanita usia subur. Kata Kunci: Penyuluhan, Pengetahuan, Skrining Pranikah, WUS     ABSTRACT Premarital screening is a group of tests designed to identify current health problems or health problems that will arise in the future when a couple is pregnant and has children. Premarital screening can be done by providing health education first, where health information and practices are inserted (Hasan, 2009). The main causes of maternal death are hypertension in pregnancy, circulatory system disorders, bleeding and others. These causes can be minimized before the onset of pregnancy such as increasing knowledge, changing attitudes and behaviors of mothers to prepare for a healthy pregnancy (Bali Provincial Health Office, 2020). Women of Childbearing Age (WUS) understand and carry out premarital screening at the nearest health facility before the onset of marriage. Method: The method of implementing this community service activity is by providing counseling on premarital screening at WUS by providing pre- and post-test questionnaires (Profile of UPT Puskesmas Kuta Selatan, 2021). Pre Screening T Test and Post Test Results Premarital Screening found that there was a significant improvement between the pre test and post test results, this can be seen from the Sig. (2-tailed) 0.000 <0.05 so there is a significant difference in point scores between pre and post. Another result that can be seen from the table above is that there is a significant increase between the value before being given counseling (pre test) and after getting counseling (post test) where it can be seen that the lower value in the pre test is 41.82 and upper 49.22. While in the post test, the lower values are 76.64 and the upper is 82.08. Participants who took part in community service activities on premarital screening as many as 25 people with the provision of premarital screening counseling are expected to be able to increase the knowledge and interest of women of childbearing age to conduct premarital examinations or screenings. Suggestions from this premarital screening counseling activity should be continued in the future with the target of all WUS in Indonesia or especially in Bali so that information about screening or examination before marriage can be known equally by the public, especially women of childbearing age. Keywords: Counseling, Knowledge, Premarital Screening, WU

    Hubungan Pendapatan dan Asi Eksklusif dengan Kejadian Stunting pada Balita

    No full text
    ABSTRACT Stunting is the nutritional status of toddlers based on the height index for age. The maximum stunting standard according to World Health Organization (WHO) is 20% or one-fifth of the total number of children under five. The problem of stunting needs attention from all parties because of the high number of stunting cases. WHO in 2018 reported that the prevalence of stunting in Asia was higher than Africa. Various aspects can affect the high incidence of stunting, including education, social culture, pregnancy history, exclusive breastfeeding, health services, economy, political environment and others. The purpose of this study was to analyze the correlation between income and exclusive breastfeeding with the incidence of stunting in toddlers in the UPTD Work Area of Gianyar Health Center. Methods This research uses a correlation analytic design with a cross sectional approach. The sample in this study were mothers who had toddlers who met the inclusion criteria as many as 120 respondents. The data collection tool is a questionnaire related to factors related to stunting in toddlers. Bivariate analysis with Chi-Squere. Based on the results of the statistical analysis test with the chi square test, it shows that there is a significant relationship between income and the incidence of stunting in toddlers with a p-value of 0.007 (p value <0.05). The same thing is true with exclusive breastfeeding which states that there is a significant relationship between exclusive breastfeeding and the incidence of stunting, p-value = 0.036 (p value < 0.05). Family income and exclusive breastfeeding are related to the incidence of stunting in toddlers Keywords: Stunting, Income, Exclusive Breastfeeding  ABSTRAK Stunting merupakan status gizi balita yang berdasarkan pada indeks tinggi badan menurut umur. Standar stunting maksimal menurut World Health Organization (WHO) yaitu 20% atau seperlima dari jumlah total anak balita.  Masalah stunting perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak karena tingginya kasus stunting. WHO tahun 2018 melaporkan bahwa prevalensi stunting di Asia lebih tinggi di bandingkan dengan Afrika Berbagai aspek dapat mempengaruhi tingginya kejadian stunting antara lain pendidikan, sosial budaya, riwayat kehamilan, ASI Eksklusif, pelayanan kesehatan, ekonomi, lingkungan  politik dan lainnya. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan antara pendapatan dan pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian stunting pada balita di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Gianyar. Metode Penelitian ini menggunakan design analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian adalah ibu yang mempunyai balita yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 120 responden. Alat pengumpulan data adalah kuesioner terkait factor-faktor yang berhubungan dengan stunting pada balita. Analisis bivariat dengan uji korelasi Chi-Squere. Berdasarkan hasil uji analisis statistic dengan uji chi square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan dengan kejadian stunting pada balita dengan p-value 0.007 (p value<0.05). Hal yang serupa juga dengan pemberian ASI Eksklusif yang menyatkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian stunting p-value= 0.036 (p value < 0,05). Pendapatan keluarga dan pemberian ASI Eksklusif berhubungan dengan kejadian stunting pada balita Kata Kunci: Stunting, Pendapatan, ASI Eksklusi

    Upaya Peningkatan Pengetahuan Dan Self Efikasi Untuk Mengurangi Kecemasan Pada Ibu Pra Menopause Melalui Media Video Animasi Di Desa Marga Tabanan

    No full text
    ABSTRAK Kecemasan semakin meningkat pada masa menopaus, kecemasan dapat disebabkan oleh pengetahuan,Pendidikan, budaya, adat istiadat, persepsi citra tubuh dan self efikasi. Berbagai mitos juga dapat menimbulkan kecemasan wanita dalam menghadapi masa menopause, sehingga wanita menopause perlu memiliki pengetahuan yang baik mengenai masa menopause. Pada masa menopause terjadi perubahan hormonal yang mengakibatkan perubahan fisik dan emosional yang menimbulkan gejala psikologis antara lain depresi, mudah tersinggung, mudah marah, mudah curiga, cemas, insomnia dan gelisah. Kecemasan yang berkelanjutan dapat mengakibatkan depresi pada wanita menopause. Kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan self efikasi untuk mengurangi kecemasan pada ibu pra menopause melalui media video Animasi Di Desa Marga Tabanan. Pengabdian kepada masyarakat di Desa Marga Tabanan dilakukan melalui dua tahapan yaitu tahap pertama diberikan pre test dan diberikan pemaparan mengenai kecemasan menopause dan pemberian video edukasi. Tahap kedua ibu dilakukan pemeriksaan TTV selanjutnya diberikan pemaparan materi dan video edukasi dan diakhiri dengan pemberian post test. Hasil kegiatan pengabdian masyarakat ini yaitu meningkatnya pengetahuan dan self efikasi dan menurunnya kecemasa ibu pra menopause di Desa Marga Tabanan. Berdasarkan hasil pre test didapatkan hasil sebanyak 47,5% ibu memiliki pengetahuan baik mengenai masa menopause,ibu pra menopause yang memiliki efikasi diri baik sebanyak 54%,  Ibu pra menopause sebanyak 43% ibu mengalami kecemasan ringan. Setelah diberikan penyuluhan terjadi peningkatan pengetahuan dan penurunan kecemasan, sebanyak 64,5% ibu memiliki pengetahuan baik, ibu yang memiliki efikasi diri baik sebanyak 71,2 % dan sebanyak 24% ibu memiliki kecemasan ringan. Terjadi peningkatan pengetahuan dan self efikasi pada ibu menopause, serta terjadi penurunan pada ibu yang mengalami kecemasan ringan. Kegiatan edukasi kecemasan melalui video edukasi pada ibu menopause bermanfaat untuk menurunkan kecemasan, sehingga diharapkan ibu menopause mampu meningkatkan pengetahuan dan self efikasi untuk menurunkan kecemasan ibu menopause. Kata Kunci: Pengetahuan, Efikasi Diri, Kecemasan      ABSTRACT Anxiety increases during menopause, anxiety can caused by knowledge, education, culture, customs, perception of body image and self-efficacy. Myths can cause anxiety in menopausal women, so menopausal women need to have good knowledge about menopause. During menopause, hormonal changes occur which result in physical and emotional changes that cause psychological symptoms, including depression, irritability, irritability, suspicion, anxiety, insomnia and restlessness. Continuosly anxiety can lead depression in postmenopausal women. This activity is to increase knowledge and self-efficacy to reduce anxiety in pre-menopausal mothers through animation video media in Marga Tabanan Village. Community service in Marga Tabanan Village is carried out in two stages, namely the first stage is given a pretest and given an explanation about menopause anxiety and providing educational videos. The second stage of the mother's TTV examination was then given a presentation of material and educational videos and ended with giving a post test. The results of this community service activity are increased knowledge and self-efficacy and decreased anxiety for pre-menopausal mothers in Marga Tabanan Village. Based on the results of the pre-test, 47.5% of mothers had good knowledge about menopause, 54% of pre-menopausal mothers who had good self-efficacy, 43% of pre-menopausal mothers experienced mild anxiety. After being given counseling there was an increase in knowledge and a decrease in anxiety, as many as 64.5% of mothers had good knowledge, 71.2% of mothers had good self-efficacy and as many as 24% of mothers had mild anxiety. There is an increase in knowledge and self-efficacy in menopausal women, and a decrease in women who experience mild anxiety. Anxiety education activities through educational videos for menopausal women are useful for reducing anxiety, so it is hoped that menopausal women can increase knowledge and self-efficacy to reduce anxiety in menopausal women. Keywords : Knowledge, Anxiety, Self Efficac

    Edukasi Skrining Prakonsepsi Dengan Video Animasi Pada Wanita Usia Subur

    No full text
    ABSTRAK  Kesehatan prakonsepsi adalah kesehatan dalam bidang reproduksi selama masa reproduksi yang berguna dalam menyiapkan kehamilan yang sehat sehingga mampu meningkatkan peuang memiliki bayi yang sehat dan terhindar dari factor resiko. Kondisi kesehatan calon ibu pada masa awal kehamilan akan mempengaruhi kesehatan kehamilan serta kondisi status kesehatan calon bayi yang masih didalam rahim, sehingga selama masa prakonsepsi disarankan agar calon ibu dapat menjaga pola hidup sehat. WUS harus mengetahui dan mampu memotivasi dirinya untuk melakukan skrining prakonsespi. Namun masih banyak WUS yang tidak memperhatikan kesehatan dan kebutuhan yang harus dipeneuhi untuk memperiapkan kehamilan agar melahirkan bayi yang sehat dan generasi yang berkualitas. Kegiatan ini di Desa Tohpati Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Banjarangakan I dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama diawali dengan menggali pemahaman dan kesadaran WUS tentang pentingnya skrining prakonsepsi dimana dari 35 WUS menyatakan setuju melakukan skrining prakonsepsi (57.14%) sedangkan WUS yang menyatakan tidak setuju sebesar (42.85%). Pada tahap kedua memberikan edukasi skrining prakonsespsi dengan video animasi kepada WUS. Edukasi dilakukan pada 35 WUS di Desa Tohpati dan hasilnya rerata pretest sebesar 19,70 sedangkan rerata posttest sebesar 31,40 sehingga dapat disimpulkan terdapat peningkatan pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan tentang skrining pranikah. Pada pemeriksaan Tekanan darah didapatkan 11% memiliki TD rendah, 8% memiliki TD tinggi dan 83% memiliki TD normal. Kesimpulan yang didapatkan dalam kegiatan ini terdapat peningkatan pengetahuan tentang skrining prakonsepsi dengan video animasi pada WUS. Kata Kunci: Edukasi, Skrining Prakonsepsi, Wanita ABSTRACT Preconception health is health in the field of reproduction during the reproductive period which is useful in preparing for a healthy pregnancy so as to increase the chances of having a healthy baby and avoid risk factors. The health condition of the prospective mother in the early stages of pregnancy will affect the health of the pregnancy as well as the health status of the prospective baby who is still in the womb, so that during the preconception period it is recommended that the mother-to-be can maintain a healthy lifestyle. WUS must know and be able to motivate themselves to do preconception screening. However, there are still many WUS who do not pay attention to health and the needs that must be met to prepare for pregnancy in order to give birth to healthy babies and a quality generation. This activity in Tohpati Village, Banjarangakan I Health Center UPTD Working Area was carried out in two stages. The first stage begins with exploring the understanding and awareness of WUS about the importance of preconception screening where from 35 WUS stated agreeing to do pre-conception screening (57.14%) while WUS who stated disagreed (42.85%). In the second stage, providing preconception screening education with animated videos to WUS. Education was carried out at 35 WUS in Tohpati Village and the results were 19.70 in the pretest average while the posttest average was 31.40 so that it can be concluded that there was an increase in knowledge before and after counseling about premarital screening. On examination of blood pressure, it was found that 11% had low BP, 8% had high BP and 83% had normal BP. The conclusion obtained in this activity is that there is an increase in knowledge about preconception screening with animated videos on WUS.  Keywords: Education, Preconception Screening, Wome

    Hubungan Pendidikan dan Kemampuan Deteksi Dini dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil

    No full text
    ABSTRACT The prevalence of anemia in pregnant women in Indonesia was still high at 37.1% or one in three pregnant women in Indonesia suffers from anemia. The impact of anemia on pregnant women is cardiovascular symptoms, decreased physical and mental performance, decreased immune function and fatigue. The impact on the fetus is impaired fetal growth in the womb, prematurity, fetal death in utero, rupture of membranes, defects in breathing and low birth weight. The efforts to prevent anemia on pregnant women is to detect early anemia ability. The purpose of this study was to analyze the relationship between education and early detection ability with the incidence of anemia in pregnant women at Community Health Centers I South Denpasar. This research uses a correlation analytic design with a cross sectional approach. The sample in this study were mothers who had toddlers who met the inclusion criteria as many as 83 respondents. Data collection are use questionnaires and this research use bivariate analysis with Chi-Squere. Based on the results of the statistical analysis test with the chi square test, it showed that there was a significant relationship between education and the incidence of anemia in pregnant women with a p-value of 0.001 (p value <0.05). Variable early detection ability also has a significant relationship between early detection ability and the incidence of anemia with p-value = 0.001 (p value <0.05). Education and early detection ability are related to the incidence of anemia in pregnant women Keywords: Anemia, Education, Early Detection Ability ABSTRAK Prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesua masih tinggi yaitu 37,1% atau satu diantara tiga ibu hamil di Indonesia menderita anemia. Anemia memiliki dampak terhadap ibu, yaitu gejala kardiovaskular, menurunkan kinerja fisik dan mental, penurunan fungsi kekebalan tubuh dan kelelahan. Dampak terhadap janin yaitu gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, prematuritas, kematian janin dalam rahim, pecahnya ketuban, cacat pada prenafasan dan berat badan lahir rendah. Salah satu upaya untuk mencegah anemia yang dapat dilakukan oleh ibu hamil adalah dengan melakukan deteksi dini anemia. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan antara Pendidikan dan kemampuan deteksi dini dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas I Denpasar Selatan. Metode Penelitian ini menggunakan design analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian adalah ibu yang mempunyai balita yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 83 responden. Alat pengumpulan data adalah kuesioner dan analisis bivariat dengan uji korelasi Chi-Squere. Berdasarkan hasil uji analisis statistic dengan uji chi square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara Pendidikan dengan kejadian anemia pada ibu hamil dengan p-value 0.001 (p value<0.05). Variabel kemampuan deteksi dini juga terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan deteksi dini dengan kejadian anemia dengan p-value= 0.001 (p value < 0,05). Pendidikan dan kemampuan deteksi dini berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil Kata Kunci: Anemia, Pendidikan, Kemampuan Deteksi Dini

    Hubungan Informasi Kesehatan dan Dukungan Suami dengan Motivasi Skrining Prakonsepsi pada Wanita Usia Subur

    No full text
    ABSTRACT MMR and IMR are one of the main indicators of public health status. Reproductive health is the starting point for the development of maternal and child health which can be prepared earlier before woman becomes a mother. Preconception health is part of general health for woman and man. Preconception screening is done for woman of childbearing age or couple who are planning for pregnancy. Health information and husband support is one of internal factors which influences woman of childbearing age in doing preconception screening. The purpose of this study was To determine the correlation between health information and husband support toward preconception screening motivation on Woman of Childbearing age in the working area of Public Health Center Banjarangkan I. This study employed correlational analytic design with cross sectional approach. There were 105 respondents recruited as the samples. They were women of childbearing age which has fulfilled inclusive criteria. The data were collected by questionnaire related to health information and husband support and preconception screening motivation on woman of childbearing age. The results were analysed by using Chi-Square test. Based on Chi-Square test showed there was significant correlation between health information and preconception screening motivation on woman of childbearing age p-value 0.018 (p value<0.05). There was significant correlation between husband support and preconception screening motivation on woman of childbearing age p-value <0.001 (p value < 0,05). The more often information is gained and the higher husband support, the stronger preconception screening motivation on woman of childbearing age. Keywords : Health information , Husband's support, Preconception Screening,                  Woman of Childbearing Age  ABSTRAK AKI dan AKB merupakan salah satu indicator utama derajat kesehatan masyarakat. Kesehatan reproduksi menjadi titik awal perkembangan kesehatan ibu dan anak yang dapat dipersiapkan sejak dini, dimana sebelum seorang perempuan hamil dan menjadi ibu. Kesehatan prakonsepsi merupakan bagian dari kesehatan secara keseluruhan antara perempuan dan laki-laki. Skrining prakonsespsi dapat terlaksana oleh wanita usia subur atau pasangan suami istri dapat dipengaruhi oleh adanya motivasi individu maupun pasangan untuk melakukan pemeriksaan dengan tepat sebelum merencanaknan kehamilan. Informasi Kesehatan dan dukungan suami atau pasangan merupakan salah satu factor internal yang dapat mempengaruhi WUS dalam melakukan skrining prakonsepsi. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan antara informasi kesehatan dan dukungan suami dengan motivasi skrining prakonsepsi pada WUS  di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Banjarangkan I. Metode Penelitian ini menggunakan design analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian adalah Wanita Usia Subur yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 105 responden. Alat pengumpulan data adalah kuesioner terkait informasi kesehatan dan dukungan suami dengan motivasi skrining prakonsepsi pada WUS. Analisis bivariat dengan uji korelasi Chi-Squere. Berdasarkan hasil uji analisis statistic dengan uji chi square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara informasi kesehatan dengan motivasi skrining prakonsespsi pada WUS dengan p-value 0.018 (p value<0.05). Hal yang serupa juga dengan dukungan suami yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan suami dengan motivasi skrining prakonsespsi pada WUS p-value <0.001 (p value < 0,05). Semakin sering informasi yang didapatkan dan semakin tinggi dukungan suami atau pendamping terkait skrining prakonsepsi maka semakin kuat motivasi WUS  melakukan skrining prakonsepsi Kata Kunci: Informasi Kesehatan, Dukungan Suami, Skrining Prakonsespi, Wanita Usia Subur (WUS

    Upaya Peningkatan Pengetahuan Deteksi Dini dan Penanganan Premenstrual Syndrom pada Remaja Putri di SMA 1 Dawan Klungkung

    No full text
    ABSTRAK Premenstrual syndrome (PMS) adalah sekumpulan gejala berupa gangguan fisik dan mental, yang biasanya muncul mulai satu minggu sampai beberapa hari sebelum datangnya haid, dan menghilang sesudah haid datang, walaupun kadang berlangsung sampai haid berhenti. PMS yang terjadi pada remaja dapat menurunkan produktivitas dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Gejala-gejala PMS pada remaja dapat berpengaruh terhadap prestasinya di sekolah. Kejadian PMS mempengaruhi kegiatan di sekolah, misalnya: penurunan konsentrasi belajar, terganggunya komunikasi dengan teman juga dimungkinkan terjadi penurunan produktivitas belajar dan peningkatan absensi kehadiran.  Kegiatan ini adalah untuk meningkatkannya pengetahuan remaja putri di SMA 1 Dawan Klungkung mengenai Premenstrual Syndrome. Pengabdian kepada masyarakat dilakukan dengan pemberian pre test pada remaja, pemberian penyuluhan kemudian diakhiri dengan diskusi dan pemberian post test. Hasil kegiatan pengabdian masyarakat ini yaitu terdapat peningkatan pengetahuan remaja putri mengenai deteksi dini dan upaya penanganan PMS, dari 105 remaja putri terdapat 87,5% remaja yang memiliki pengetahuan baik dan 12,5% remaja yang memiliki pengetahuan kurang setelah diberikan penyuluhan. Terjadi peningkatan pengetahuan remaja putri mengenai deteksi dini dan upaya penanganan PMS, setelah dilakukan pengabmas ini diharapkan remaja putri mampu memantau gejala PMS dan melakukan penanganan yang tepat serta mengetahui kapan harus melakukan pemeriksaan ke Tenaga Kesehatan. Kata Kunci: Pengetahuan, Premenstrual Syndrome  ABSTRACT  Premenstrual syndrome (PMS) is a physical and mental, PMS usually appear from one week to a few days before menstruation begins, and disappear after menstruation begins, although sometimes it felt until menstruation stops. PMS can decreassing productivity and daily activities in adolescents. PMS symptoms in adolescents can affect their performance at school. PMS events affect activities at school, for example: decreased concentration in learning, disruption of communication with friends it is also possible that there is a decrease in learning productivity and increase absenteeism. This activity is to increase the knowledge about Premenstrual Syndrome for young women at Senior High School 1 Dawan Klungkung. Community service is carried out by giving pre-tests to adolescents, giving counseling, discussions and giving post-tests.The results of this community service activity that knowledge of young women and early detection aboaut PMS was increasing, from 105 young women there were 87.5% of young women who had good knowledge and 12.5% of young women who had less knowledge after being given counseling.There has been an increase in the knowledge of young women regarding early detection and handlingof PMS. After this community service, it is hoped that young women will be able to monitor PMS symptoms and carry out appropriate treatment and know when to check to the health workers. Keywords: Knowledge, Premenstrual syndrom
    corecore