94 research outputs found
The Impact of Travel Pattern on Rural Transport Development
Jumlah penelitian di Indonesia dalam bidang transportasi perdesaan masih sangat terbatas. Kondisi ini tidak menguntungkan mengingat wilayah perdesaan yang ada sangat luas. Banyak masalah transportasi terjadi di berbagai wilayah perdesaan yang menyebabkan potensi sumber daya yang ada tidak dapat di kelola secara optimal. Program-program pembangunan perdesaan tidak selalu membawa perbaikan besar bila jaringan dan layanan transportasi perdesaan tidak tersedia. Transportasi memungkinkan jasa dan barang dapat diberikan kepada masyarakat perdesaan dan dapat mendukung pencapaian kesejahteraan. Penelitian ini mencoba menjawab sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan pola perjalanan dan dampaknya terhadap pengembangan transportasi perdesaan. Perjalanan terbanyak yang dilakukan masyarakat perdesaan adalah perjalanan dengan jarak dan waktu pendek dengan tujuan bekerja di sawah serta pergi ke sekolah dengan bersepeda atau berjalan kaki. Namun demikian kebutuhan potensial terhadap layanan transportasi cukup tinggi. Dengan demikian dalam kaitan dengan pengembangan transportasi diperlukan peningkatan layanan angkutan umum perdesaan baik dengan layanan formal maupun informal
Kajian Tarif Angkutan Antar Jemput Sekolah Di YOGYAKARTA: Studi Kasus Tk/sd Budi Mulia II, Tk/sd Syuhada, SD Ungaran, Dan SD Serayu
Jasa angkutan antar jemput sekolah secara khusus belum diatur oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah, termasuk dalam hal pentarifan. Padahal keberadaanya masih diperlukan oleh masyarakat yang sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak mempunyai cukup waktu untuk mengantar dan menjemput anaknya ke sekolah. Apalagi Yogyakarta merupakan kota pendidikan yang banyak tumbuh sekolah favorit dari tingkat TK sampai Perguruan Tinggi. Studi ini dilakukan untuk mengkaji tarif angkutan antar jemput sekolah dengan studi kasus TK/SD Budi Mulia Dua, TK/SD Syuhada, SD Ungaran, dan SD Serayu. Dengan menganalisis tarif saat ini dibandingkan dengan perhitungan running cost pada kendaraan yang digunakan, dan menganalisis nilai Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP) pengguna jasa. Hasil dari analisis diperoleh tarif saat ini lebih rendah perhitungan running cost. Dari sisi kemampuan dan kesediaan membayar pelanggan jasa angkutan menunjukkan hasil lebih tinggi dari tarif yang berlaku saat ini. Responden pada jasa angkutan yang dikelola sekolah mampu membayar tarif lebih tinggi Rp77.448,00 dari tarif saat ini, tetapi hanya mau membayar bila tarif dinaikkan sebesar Rp17.600,00. Responden pada jasa angkutan yang tidak dikelola sekolah mampu membayar tarif lebih tinggi Rp84.277,00 dari tarif saat ini, tetapi hanya mau membayar bila tarif dinaikkan sebesar Rp21.737,00.Kata
Evaluasi Penggunaan Apron Bandar Udara Adi Sucipto YOGYAKARTA
Tingkat pergerakan pesawat terbang di Bandar Udara Adi Sucipto, Yogyakarta, beberapa tahun belakangan pascakrisis moneter menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hal ini terlihat pada munculnya beberapa maskapai penerbangan baru dan maskapai penerbangan lama menambah rute penerbangannya. Setiap hari terdapat rata-rata 45 penerbangan rutin berjadwal dari 11 maskapai penerbangan, dengan menggunakan 8 jenis pesawat terbang. Pada studi ini dilakukan evaluasi penggunaan apron di suatu bandar udara, sebagai tempat parkir pesawat terbang dan berlangsungnya berbagai aktivitas untuk mempersiapkan pesawat terbang sebelum melakukan take-off. Evaluasi dilakukan dengan menganalisis kapasitas tahunan apron dan kapasitas pada jam puncaknya serta terhadap kegiatan pelayanan pesawat terbang yang terkait dengan lama pesawat terbang tersebut berada di apron. Data dianalisis dengan menggunakan metode statistika deskriptif dan dengan menggunakan model lintasan kritis (Critical Path Model, CPM). Hasil studi menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kapasitas apron tahunan pascakrisis moneter. Sampai dengan akhir tahun 2004 diperkirakan kapasitas tahunan yang terjadi adalah sebesar 29.864 pesawat terbang/tahun dan kapasitas apron pada jam puncak sebanyak tujuh buah pesawat terbang. Kapasitas maksimal apron di bandar udara Adi Sucipto adalah delapan pesawat terbang, sehingga dari segi kapasitas dengan komposisi jenis pesawat terbang yang ada, masih terdapat ruang untuk satu pesawat terbang lagi. Akan tetapi dengan mempertimbangkan penggunaan apron maksimal, dengan jenis pesawat terbang terbesar yang beroperasi adalah MD-82, maka disarankan agar ukuran apron ditambah dengan 67,8 meter untuk panjang dan 22 meter untuk lebar. Kegiatan pelayanan pesawat terbang yang menentukan lama pesawat terbang di apron adalah penyiapan tangga penumpang ke pesawat terbang (position steps), turunnya penumpang dari pesawat terbang (deplane passangers), pengisian bahan bakar (fueling aircraft), naiknya penumpang ke pesawat terbang (enplane passangers), penyingkirkan tangga (removing steps), mendorong mundur pesawat terbang (push back) dan start engines. Jenis pesawat terbang yang membutuhkan waktu kegiatan pelayanan paling lama adalah jenis MD-82, yaitu sebesar 1.903,3 detik (31 menit 43 detik). Waktu untuk kegiatan pelayanan tersebut masih dapat diterima oleh PT (Persero) Angkasa Pura I, karena standar standar waktu kegiatan pelayanan pesawat terbang maksimal yang ditetapkan oleh Perusahaan tersebut adalah 3.300 detik (55 menit). Bila ditinjau Gate Occupancy Time (GOT), maka pesawat terbang B-737 300 mempunyai GOT terbesar, yaitu 2.538,61 detik (42 menit 19 detik). Pada jam puncak terdapat tiga jenis pesawat terbang yang beroperasi (MD-82, B-737 400, dan F 100) dengan waktu penggunaan apron yang terjadi lebih besar daripada waktu penggunaan apraon di luar jam puncak, Tetapi tetap masih lebih kecil daripada yang telah ditentukan PT (Persero) Angkasa Pura I.Kata
Penerapan Sistem In-town Check-in Pada Stasiun Kereta Api Sebagai Fasilitas Pendukung Moda Akses Utama Menuju Bandara Baru Di Temon Kulon Progo
The main issues related to Adisutjipto airport relocation is matter of affordability to go to the airport. One strategy that can be applied is development of In-Town Check-in facility where air transport service users can perform check-in and baggage-reporting on a train station located in urban areas. The purpose of the study is to know the perceptions and needs of this facilitiy, determining the best train station as well as the design of the facility. Data were obtained from questionnaire of 179 respondents, collecting data from the relevant institutions and field survey. About 94.97% of eel the need to apply this facility because it is very helpful to ease travel to the airport. Tugu railway station was chosen as the best station because it is close to the tourist attractions and hotels. The design is done using of 15% of the forecasted passenger departing from the new airport. This is the early stage of planning which is expected later to continue to grow so that the train becomes primary transportation to get to the new airport in Kulon Progo
Model Permintaan Perjalanan Penumpang Antar Kota/kabupaten Dengan Moda Transportasi Darat: Studi Kasus Propinsi Sumatra Selatan
Model permintaan perjalanan penumpang antar kota merupakan suatu model alternatif yang dapat digunakan untuk memprediksi jumlah perjalanan penumpang antar kota dengan moda transportasi darat. Pada studi ini dicoba untuk dikembangkan suatu model permintaan perjalanan penumpang tersebut dengan menggunakan data Propinsi Sumatra Selatan. Model ini diharapkan dapat digunakan sebagai suatu alat bantu dalam perencanaan transportasi darat di Propinsi Sumatra Selatan, serta sebagai dasar bagi penelitian selanjutnya. Dari studi ini diperoleh hasil sebagai berikut:(1) Model untuk permintaan perjalanan penumpang antar kota menggunakan moda darat:(a) Untuk waktu perjalanan antar kota kurang dari 4 jam:Y1 = 43429.75 exp (– 0.0000021 Z2 + 0.498 Z4 + 1.116 Z9 + 0.00000028 Z15 ) (b) Untuk waktu perjalanan antar kota kurang antara 4 hingga 5 jam:Y1 = 5211554.99 exp (0.309 Z3 – 0.799 Z8 1.566 Z9 + 0.000000122 Z15 )(c) Untuk waktu perjalanan antar kota lebih dari 5 jam:Y1 = 1.93 .10-10 exp (0.336 Z3 + 0.987 Z4 + 6.15 Z9 + 4.077 Z10 + 16.22 Zp + 0.00000054 Z15 )(2) Model untuk permintaan perjalanan penumpang antar kota dengan menggunakan angkutan umum:(a) Untuk waktu perjalanan antar kota kurang dari 5 jam:Y2 = 3332537957 exp ( 0.606 Z3 + 2.459 Z4 – 7.455 Z5+ 0.000017 Z6+1.089 Z9 – 5.39 Z10 )(b) Untuk waktu perjalanan antar kota antara 5 hingga 7 jam:Y2 = 2.754 exp ( 1.983 Z3 – 0.753 Z4 +0.00017 Z6+4.25 Zq – 0.00000037 Z14+0.00000018 Z15)(c) Untuk waktu perjalanan antar kota lebih dari 7 jam:Y2 = 93.10-35 Z3 3.089 Z6 12.96 Z10 8.42 Z14 -5.69 Z15 1.96 Kata
Rendahnya Praktik Menyusui pada Ibu Post Sectio Caesarea dan Dukungan Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit
Penelitian terdahulu menyebutkan bahwa ibu melahirkan secara sectio caesarea cenderung lebih lambat melakukan inisiasi menyusu dini dan mempunyai prevalensi lebih rendah dalam praktik ASI ekslusif dibanding Ibu melahirkan pervaginam. Ibu post sectio caesarea juga tidak memulai menyusui bayinya pada hari pertama melahirkan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor yang menyebabkan rendahnya praktik inisiasi ASI pada Ibu post sectio caesarea termasuk peran tenaga kesehatan di sebuah rumah sakit di Surabaya. Sebanyak 72 ibu yang melahirkan secara sectio caesarea selama bulan Juni 2012 telah menandatangani informed consent, diobservasi sejak masuk rumah sakit sampai akhir hari ke-2 post sectio caesarea, dan diwawancara dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan semua ibu sudah mempunyai pengetahuan yang baik tentang ASI, 26,4% di antaranya sudah mempunyai pengalaman sebelumnya dalam memberikan ASI, tetapi hanya 6,9% dan total 29,2% yang mulai memberikan ASI pada hari pertama dan kedua pasca sectio caesarea. Dukungan tenaga kesehatan dalam hal membantu proses pemberian ASI dilaporkan masih rendah. Uji korelasi mendapatkan bahwa dukungan tenaga kesehatan dan kondisi rawat gabung adalah faktor yang berhubungan dengan praktik pemberian ASI (p value 0,39; p = 0,001; phi value = 0,47; p = 0,001). Rendahnya pemberian ASI ibu pasca sectio caesarea berkorelasi dengan rendahnya dukungan tenaga kesehatan dan penundaan rawat gabung.Previous studies showed that breastfeeding initiation was late in babies born with sectio caesarea compared to those with vaginal delivery and prevalence of exclusive breastfeeding practice was low in the former group. There was no breastfeeding initiation in the first day of post sectio caesarea. The objective of this study was to define factors correlated to low breast feeding practice initiation on post sectio caesarea mother, including the role of health workers in a hospital in Surabaya. 72 post sectio caesarea mothers were observed and interviewed on 1-30 June 2012 to find the factors correlated with breastfeeding practice. The results showed that although all the mothers already had a good knowledge about breastfeeding, and 26.4% of them had previous experience in breastfeeding, only 6.9% and 29.2% of total breastfeeding is started on the first and second post sectio caesarea respectively. Support for breastfeeding practice from health workers was low, and there were significant correlation between the support and rooming conditions with breastfeeding practices (p = 0.001). We concluded that low level of breastfeeding practice on mother with sectio caesarea correlated with low support of health professional and with the delay of room-in practice
Religiusitas Sebagai Prediktor Terhadap Kesehatan Mental Studi Terhadap Pemeluk Agama Islam
Modern era that is more focus on materialism, individual and demand on the quickly change. It makes people will get such problem if they can't adjust their self. The incapability in adaptation will make someone get anxiety, frustration and depression quickly; those are manifestation of mental illness. This condition will be worse if someone has not paid attention religion aspects of his life. This is caused by the base of religion if one of four dimension which influence somebody's life. If one of them is unfulfilled so human function will be disturbed i.e. mental illness. The aimed of this research is to know whether religiosity is the factor that effect mental illness. The sampling technique in this research is quota sampling and accidental sampling. Subject of this research is 18-40 years old and Moslem with the total number of 82 people. The instrument for collecting data is mental illness scale and religiosity scale. The result of regression analysis was indicated that F (54,068) > F table and r2 = 0,403. So the hypothesis is accepted, this means religiosity can predict mental illness with the prediction capacity is 40,3%
Hubungan Kecerdasan Spiritual Dengan Resiliensi Pada Siswa Yang Mengikuti Program Akselerasi
The study was conducted to determine the relationship between spiritual intelligence with resilience in students who attend an accelerated program. The populations in this study were students at SMAN acceleration in Malang as many as 194 students. The samples in this study were female students of SMAN accelerated program in the city of Malang by 55 students. Sampling in this study use purposive sampling technique. The process of data analysis is the product moment correlation. Results for resilience scale of 60 items made as many as 54 valid item items. As for the scale of spiritual intelligence of 60 items made, as much as 55 valid item items. Reliability test results obtained values for resilience scale reliability coefficient of 0.917. As for the spiritual intelligence scale values obtained reliability coefficient of 0.935 so that the reliability test results showed the existence of a reliable degree. The results of the analysis of data obtained r count greater than r table (0.687> 0.266) with a correlation index (r xy) of 0.687 at a significance level of 0.05 which indicates that there is a positive relationship between the resilience of the spiritual intelligence, so that the working hypothesis (Ha) states that there is a relationship between resilience with spiritual intelligence, accepted
English-Indonesian crisis translation: accuracy and adequacy of Covid-19 terms translated by three MT tools
This study focuses on one basic question: how accurate and adequate are the three MT tools, namely Google Translate, Bing and Systran, in generating Covid-19 terms? It measures mainly the accuracy and adequacy of Covid-19 terms translated by three popular MT tools between English and Indonesian. Data analysis is conducted manually through human evaluation toward translation products by using a translation rubri
- …