18 research outputs found

    Peranan Asam Klorogenat Tanaman Kopi Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat dan Beban Oksidatif

    Get PDF
    Tanaman kopi termasuk dalam golongan familia Rubiaceae, merupakan tumbuhan tropis yang tumbuh di lereng gunung. Selain mengandung  senyawa kafein,  kopi juga mengandung  polifenol yang sangat tinggi, yaitu dalam bentuk caffeoylquinic acids (CQAs), feruloylquinic acids (FQAs), dan dicaffe oylquinic acids (diCQAs) serta asam klorogenat (chlorogenic acid).  Di antara senyawa polifenol tersebut, yang paling banyak terdapat di dalam kopi adalah asam klorogenat. Kandungan asam klorogenat dalam kopi Robusta sekitar 7,0–10,0 % dan dalam biji kopi Arabika adalah 7,73 %. Senyawa ini memiliki efek farmakologi sebagai antioksidan, sehingga dapat menurunkan beban oksidatif dalam tubuh, dan memiliki kemampuan menghambat aktivitas enzim xantin oksidase, sehingga dapat menurunkan kadar asam urat dalam darah penderita hiperurisemia.  Tanaman kopi termasuk dalam golongan familia Rubiaceae, merupakan tumbuhan tropis yang tumbuh di lereng gunung. Selain mengandung  senyawa kafein,  kopi juga mengandung  polifenol yang sangat tinggi, yaitu dalam bentuk caffeoylquinic acids (CQAs), feruloylquinic acids (FQAs), dan dicaffe oylquinic acids (diCQAs) serta asam klorogenat (chlorogenic acid).  Di antara senyawa polifenol tersebut, yang paling banyak terdapat di dalam kopi adalah asam klorogenat. Kandungan asam klorogenat dalam kopi Robusta sekitar 7,0–10,0 % dan dalam biji kopi Arabika adalah 7,73 %. Senyawa ini memiliki efek farmakologi sebagai antioksidan, sehingga dapat menurunkan beban oksidatif dalam tubuh, dan memiliki kemampuan menghambat aktivitas enzim xantin oksidase, sehingga dapat menurunkan kadar asam urat dalam darah penderita hiperurisemia. &nbsp

    Peranan Enzim Glukosa 6 Fosfat Dehidrogenase dalam Mempertahankan Integritas Membran Sel Darah Merah terhadap Beban Oksidatif

    Get PDF
    Abstrak Enzim glukosa 6 fosfat dehidrogenase (G6PD) merupakan enzim yang diperlukan dalam proses oksidasi molekul glukosa melalui jalur pentosa fosfat (Hexoxe mono phosfat shunt / HMP shunt). Pada proses tersebut dihasilkan molekul Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate tereduksi (NADPH). Salah satu peranan penting NADPH adalah untuk mereduksi glutation teroksidasi, glutation–sulfur–sulfur-glutation (GSSG), membentuk glutation tereduksi, glutation-sulfhidril (GSH) yang dikatalisis oleh enzim glutation reduktase. Defisiensi enzim G6PD dapat mengakibatkan terakumulasinya senyawa toksik hidrogen peroksida (H2O2), merupakan salah satu senyawa oksigen reaktif. Defisiensi enzim G6PD merupakan kelainan genetik herediter, terkait kromosom seks (X-linked). Beberapa penelitian tentang defisiensi enzim G6PD di Indonesia telah dilaporkan, salah satu di antaranya adalah tentang prevalensi kejadian defisiensi G6PD pada 1.802 bayi baru lahir di rumah sakit Ibu dan Anak (RS Bunda). Dari hasil pemeriksaan diketahui 94 bayi baru lahir mengalami defisiensi G6PD. Persentase kejadian G6PD pada bayi laki-laki (6.26%) lebih besar dari pada bayi perempuan (4.07%). Membran biologis tersusun dari suatu dwilapis lipid, protein, dan sejumlah kecil karbohidrat. Apabila lipid membran sel darah merah terpajan/teroksidasi oleh senyawa oksigen reaktif, maka dapat membentuk suatu peroksida lipid, disebut dengan proses peroksidasi lipid. Proses ini bersifat autooksidasi dan tidak saja melisiskan membran sel darah merah, juga dapat menyebabkan kerusakan jaringan. Kata Kunci : Glukosa 6 fosfat dehidrogenase, senyawa oksigen reaktif Abstract Glucose 6 phosphate dehydrogenase (G6PD) is an enzyme that is necessary in the process of oxidation of glucose molecules through the pentose phosphate pathway (Hexoxe mono phosphate shunt / HMP shunt). In the process generated reduced Nicotinamide adenine dinucleotide phosphate (NADPH) molecule. One of the important role of NADPH is to reduce oxidized glutathione, glutathione–sulfur–sulfur–glutathione (GSSG), to form reduced glutathione, glutation sulfhydril (GSH), which is catalyzed by the enzyme glutathione reductase. G6PD enzyme deficiency can lead to the accumulation of toxic compounds of hydrogen peroxide (H2O2), is one of the reactive oxygen compounds. G6PD enzyme deficiency is an inherited genetic disorder, related to the sex chromosome (X-linked). Several studies of G6PD enzyme deficiency in Indonesia has reported, one of them is about the prevalence of G6PD deficiency in 1.802 newborns in the hospital Mother and Child (Bunda Hospital). From the results of the examination found 94 newborns with G6PD deficiency. The percentage incidence of G6PD in male infants (6,26%) is greater than in female infants (4,07%). Biological membranes are composed of lipid bilayer, protein and a small amount of carbohydrates. If the red blood cell membrane lipids exposed / oxidized by reactive oxygen compounds that can form a lipid peroxide, called lipid peroxidation process. This process can cause autooxidation and not just damage red blood cell membrane, and even can cause tissue damage. Key Words : Glucose 6 phosphate dehydrogenase, the reactive oxygen compound

    Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Tentang Gizi Seimbang dengan Status Gizi Siswa Kelas IV dan V di Sekolah Dasar Tarakanita Gading Serpong

    Get PDF
    AbstrakStatus gizi berpengaruh untuk pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah dasar. Faktor yang mempengaruhi status gizi, diantaranya pengetahuan, sikap, dan perilaku terhadap gizi seimbang. Sekolah Dasar Tarakanita Gading Serpong adalah sekolah swasta di Banten, yaitu salah satu provinsi dengan masalah gizi. Penelitian ini mencari hubungan pengetahuan, sikap, dan perilaku terhadap gizi seimbang dengan status gizi siswa Sekolah Dasar tersebut. Hipotesis penelitian (Ho) adalah tidak adanya hubungan pengetahuan, sikap, dan perilaku terhadap gizi seimbang dengan status gizi siswa sekolah tersebut. Metode penelitian menggunakan studi analitik, dengan desain penelitian kros- seksional. Sampel yang diperoleh sebanyak 89 siswa meliputi siswa kelas IV dan V di Sekolah Dasar Tarakanita Gading Serpong. Data primer diperoleh menggunakan kuesioner. Kategori status gizi responden ditentukan dengan indeks massa tubuh, menggunakan data tinggi dan berat badan. Analisis data dilakukan menggunakan uji statistik Chi Square. Dari kuesioner diperoleh gambaran persentase responden laki-laki 53,93%, perempuan 46,07%, usia 9 tahun 31,46%, 10 tahun 66,29%, 11 tahun 2,25  %, kelas  IV  34,83%,  V  65,17%.  Dari  hasil  analisis  data  diperoleh  nilai p<0,05,  sehingga hipotesis (Ho) ditolak. Artinya ada hubungan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku terhadap gizi seimbang dengan status gizi pada siswa Sekolah Dasar Tarakanita Gading Serpong. Kata Kunci: gizi seimbang, status giziAbstractGood nutrition status is important for the growth and development of elementary school children. Some  of  the  factors  that  affect  nutrition  state  are  knowledge,  attitude, and  practice  related  to balanced diet. Tarakanita Gading Serpong Elementary School is a private school in Banten, one of the provinces with nutrition problem. The research aims to determine a correlation between knowledge, attitudes and practice towards balanced nutrition and nutritional status of the elementary school students. The research hypothesis (Ho) is the absence of correlation between knowledge, attitude and practice towards balanced nutrition and nutritional status of the elementary school students. The research method uses analytic studies, with a cross-sectional study design. The subjects are 89 students include students in grade IV and V. Primary data is taken using questionnaire. Category of respondents’ nutritional status is determined with body mass index, using body weight and height data. The data is analyzed with Chi Square test. From the questionnaire, it is obtained the percentage of male respondents 53.93%, female 46.07%, aged nine 31,46% aged ten 66.29%, aged eleven 2.25%, grade four 34,83%, grade five 65.17%. The analysis shows that the value of p<0,05 s the hypothesis (Ho) is rejected. It means there is a correlation between knowledge, attitude, and practice related to balanced diet with nutrition state on students of  Tarakanita Gading Serpong Elementary School. Keywords: balanced diet, nutrition stat

    In-silico study of the Effectiveness of Allium sativum L. extract as an Angiotensin-Converting Enzyme (ACE) Inhibitor in Hypertension

    Get PDF
    Over the last decade, the global prevalence of hypertension rate has increased by 5.2% and, in Indonesia, the prevalence rate has increased significantly from 25.8% in 2013 to 34.1% in 2018. Hypertension treatments using blood pressure-lowering drugs, such as angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitors, often cause unpleasant side effects. These side effects increase the interest in using potentially effective natural remedies, such as garlic. This study aimed to determine which organosulfur compounds in garlic can act as an ACE inhibitor to reduce blood pressure in hypertension using a cheminformatics approach. Eighteen organosulfur compounds of Allium sativum L. were screened based on Lipinski’s rules and ADMET evaluation. Seven compounds passed the screening and were subjected to QSAR analysis, molecular docking analysis, and molecular dynamics simulations to assess the stability of the protein. The seven compounds then underwent molecular docking and QSAR analysis. Ajoene (4,5,9-trithiadodeca-1,6,11-triene-9-oxide) and S-allylmercaptocysteine (SAMC) were two compounds with better docking values compared to the positive control compound. The QSAR analysis also showed that SAMC had an activity as an ACE inhibitor. The ADMET evaluation showed that Ajoene and SAMC had good absorption and could not penetrate the blood-brain barrier. Molecular dynamics simulation of ACE complexes Ajoene, SAMC, and Captopril ranged from 0.05 to 5.61 Å but exhibited a pattern of synonymous fluctuations for most residues. Based on the simulation data, the organosulfur compounds from garlic, Ajoene, and SAMC are proven to have a mechanism of action as ACE inhibitors to reduce blood pressure in hypertension

    Efek Ekstrak Bunga Sisir (Illicium verum) terhadap Penurunan Kadar Malondialdehida (MDA) pada Tikus Diabetes Galur Sprague dawley

    Get PDF
    Banyak sekali sumber oksidan atau radikal bebas, baik yang berasal dari asupan yang kita konsumsi ataupun secara tidak sadar terpapar dengan sumber oksidan tersebut. Pada diabetes mellitus terjadi hiperglikemia dan tubuh akan menghasilkan banyak radikal bebas, dalam bentuk oksigen yang reaktif, reactive oxygen species (ROS), yang dapat mengoksidasi protein dan lipid dalam tubuh. Oksidasi lipid yang meningkat oleh adanya ROS tersebut akan menyebabkan peningkatan dari kadar malondialdehida (MDA) di dalam tubuh. Bunga sisir (illicium verum) telah diteliti memiliki tingkat fenolik yang tinggi dari minyak atsirinya, minyak esensial dari bunga sisir yang memiliki potensi sebagai antioksidan alami. Berdasarkan teori di atas maka dilakukan penelitian eksperimental dengan tujuan untuk mengetahui efek antioksidan bunga sisir terhadap tikus Sprague dawley. Metoda yang digunakan dalam penelitian ini, tikus Sprague dawley dibuat menjadi diabetes (diinduksi dengan streptozotocin, STZ), kemudian diberi perlakuan dengan pemberian bunga sisir dosis 1mg/kgbb dan 0,5mg/kgbb. Untuk mengetahui apakah bunga sisir memberi efek antioksidan terhadap tikus diabetes, maka dilakukan pengukuran kadar MDA di dalam darah tikus. Penelitian dilakukan selama empat belas hari. Pengambilan sampel darah untuk pengukuran kadar MDA dilakukan setiap tujuh hari. Dari data yang didapat terlihat adanya penurunan kadar MDA pada empat dari sepuluh ekor tikus setelah pemberian ekstrak bunga sisir dengan dosis 1mg/kg berat badan dan tiga dari sepuluh ekor pada dosis 0,5mg/kg berat badan.Kata kunci: Sprague dawley, Tikus Diabetes, Streptozotocin (STZ), Bunga Sisir, Illicium verum

    Optimalisasi Pemberian Streptozotocin Beberapa Dosis terhadap Peningkatan Kadar Gula Darah Tikus Sprague dawley

    Get PDF
    Streptozotocin merupakan derivat sintetik dari nitrosourea glukopiranosa hasil fermentasi Streptomyces achromogenes. Salah satu peranannya adalah menghambat sekresi insulin dan menyebabkan terjadinya insulin-dependent diabetes mellitus (IDDM). Terdapat dua mekanisme pemberian streptozotocin yaitu multiple low dose yang dapat menginduksi inflamasi dari pulau Langerhans dengan menarik sel mononuklear terutama limfosit, sehingga terjadi dekstrusi dari sel beta dan single high dose secara langsung dapat merusak sel beta dikarenakan sitotoksisitasnya. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit metabolik yang ditandai oleh peningkatan glukosa dalam darah dikarenakan defisiensi atau gangguan sekresi dari insulin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian streptozotocin dosis tunggal 40 mg/kg BB, 50 mg/kg BB, dan 60 mg/kg BB secara intravena terhadap kadar gula darah sewaktu pada tikus strain Sprague dawley. Tujuannya adalah sebagai referensi untuk peneliti lain yang ingin meneliti menggunakan tikus strain Sprague dawley dalam menentukan dosis optimal, yang paling banyak menghasilkan tikus diabetes. Pada penelitian ini, tikus dibagi menjadi empat kelompok yang terdiri atas satu kelompok kontrol dan tiga kelompok uji. Tikus kelompok uji I diinjeksi dengan streptozotocin dosis tunggal 40 mg/kg BB, tikus kelompok uji II di injeksi dengan streptozotocin dosis tunggal 50 mg/kg BB, dan tikus kelompok uji III diinjeksi dengan streptozotocin dosis tunggal 60 mg/kg BB. Gula darah tikus diukur sebelum perlakuan dan tiga hari setelah perlakuan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dosis 50 mg/kg BB merupakan dosis optimal yang memiliki tingkat keberhasilan tertinggi.Kata Kunci: Sprague dawley, tikus diabetes, Streptozotocin, diabetes mellitu

    Peran Kalsium dalam Penurunan Berat Badan pada Obesitas

    Get PDF
    AbstrakKegemukan atau obesitas terjadi karena konsumsi makanan yang melebihi kebutuhan Angka Kecukupan Gizi (AKG) per hari. Bila kelebihan ini terjadi dalam jangka waktu lama, dan tidak diimbangi dengan aktivitas yang cukup untuk membakar kelebihan energi, lambat laun kelebihan energi tersebut akan diubah menjadi lemak dan ditimbun di dalam sel lemak di bawah kulit. Banyak upaya yang telah dilakukan untuk menurunkan berat badan, tetapi cara yang efektif adalah melalui perbaikan pola makan atau dengan diet yang diimbangi dengan melakukan olah raga dengan tujuan untuk membakar lemak. Penelitian tentang peranan kalsium untuk menurunkan berat badan telah dilakukan menggunakan hewan coba. Mekanisme kerja kalsium berhubungan dengan peran kalsium dalam metabolisme pada jaringan adiposa. Adanya peningkatan konsumsi kalsium dalam bahan pangan akan menurunkan konsentrasi 1,25-dehidroksi vitamin D3 (1,25 (OH2) D3), sehingga  akan menyebabkan penurunan pengaturan transfer kalsium ke jaringan adiposa dan pankreas.  Pada jaringan adiposa, penurunan konsentrasi kalsium intraseluler akan menurunkan enzim asam lemak sintase, penurunan proses lipogenesis, dan peningkatan lipolisis. Sementara, pada sel pankreas, penurunan konsentrasi kalsium intraseluler akan menurunkan produksi insulin yang akan berpengaruh terhadap penurunan lipogenesis dan peningkatan lipolisis dalam adiposit. Kombinasi keduanya ini berperan dalam penurunan simpanan lemak dalam jaringan adiposa. Kata kunci : obesitas, metabolisme kalsium, peranan kalsium intraseluler  Abstract Overweight or obesity occurs due to consumption of food that exceed the recommended Dietary allowance.  When this excess occurs in the long term, and not enough activity to burn off the excess energy, eventually the energy will be converted into fat and deposited in fat cells under the skin. Much effort has been made to lose weight, but how effective it is through improved diet or a diet that balanced with exercise for the purpose of fat burning. The research of the role of calcium for weight loss has been carried out using experimental animals. The mechanism of action of calcium associated with the role of intracellular calcium metabolism in adipose tissue. An increase of calcium consumption in food will lower the concentration of 1,25-dehidroksi vitamin D3 (1,25 (OH2) D3), which will cause a decrease of calcium transfer to adipose tissue and pancreas. In adipose tissue,  the reduction of intracellular calcium concentration will decrease fatty acid synthase enzyme, decreased lipogenesis process, and increase lipolysis. Meanwhile, in the pancreatic cells, a decrease in intracellular calcium concentration will decrease the production of insulin which will affect the decrease in lipogenesis and increased lipolysis in adipocytes. This combination plays a role in decreasing the fat deposits in adipose tissue. Keywords: obesity, calcium metabolism, the role of intracellular calciu

    Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi dalam Kehamilan di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk Agustus 2016

    Get PDF
    Millenium Development Goals, WHO (World Health Organization) melaporkan pada tahun 2015 terdapat 830 kematian ibu setiap harinya dikarenakan komplikasi kehamilan dan proses melahirkan. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia, kematian terbesar pada ibu masih disebabkan oleh perdarahan lalu diikuti oleh hipertensi pada kehamilan (hipertensi gestasional) dengan angka pada tahun 2013 sebesar 27,1%. Penelitian ini menggunakan desain studi analitik dengan pendekatan cross sectional yang dilaksanakan pada bulan Agustus 2016 di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk. Subjek penelitian sebanyak 102 ibu dengan teknik sampling yang digunakan adalah consecutive sampling.Variabel tergantung berupa kejadian hipertensi pada kehamilan dan variabel bebas meliputi usia, gravida, dan riwayat hipertensi. Analisis yang digunakan adalah Chi Square dan Uji Fisher dengan taraf signifikansi 0.05%, dengan tingkat kepercayaan 95% menggunakan program SPSS v16. Uji statistik menunjukkan ada hubungan bermakna antara kejadian hipertensi dalam kehamilan dengan usia (p=0.016), jumlah kehamilan (p=0.003), dan riwayat hipertensi (p=0.002).Kata kunci: hipertensi gestasional, gravida, riwayat hipertensi, usia ib

    Prevalensi Faktor Risiko Konsumsi Makanan Asin dan Kopi pada Pasien Hipertensi di Bairo-Pite Clinic Timor-Leste

    Get PDF
    Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik maupun diastolik dari nilai normal. Hipertensi seringkali disebut sebagai pembunuh gelap (silent killer), karena termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai dengan gejala terlebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya. Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius, karena jika penyakit ini tidak terkendalikan atau tidak dikontrol, maka akan berkembang dan menimbulkan komplikasi yang berbahaya, seperti stroke, gagal ginjal, dan yang paling banyak penyakit jantung. Timor – Leste adalah sebuah pulau kecil, termasuk negara sedang berkembang dengan jumlah penduduknya sekitar 1.234.441 jiwa dan 1,43 % diantaranya menderita hipertensi. Sampai sekarang belum ada program khusus untuk penanggulangan hipertensi yang dilakukan oleh Pemerintah Timor-Leste. Penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui prevalensi faktor risiko konsumsi makanan asin dan kopi pada pasien hipertensi di Bairo-Pite Clinic, Timor-Leste. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita hipertensi yang datang berkunjung ke Bairo-Pite Clinic untuk kontrol dengan besar sampel adalah seratus orang. Dari hasil penelitian diperoleh prevalensi faktor risiko mengkonsumsi kopi pada pasien hipertensi, yaitu sebesar 81%, dan mengkonsumsi makanan banyak garam didapatkan 76%. Petugas kesehatan sangat perlu melakukan edukasi tentang betapa pentingnya menghindari faktor risiko yang terdapat pada setiap pasien hipertensi sebagai upaya pencegahan komplikasi.Kata kunci: prevalensi faktor risiko hipertensi, penderita hipertensi, pencegahan komplikas

    Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada Balita di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk Bulan Agustus 2016

    Get PDF
    Acute Respiratory Infection (ARI) is one of the main causes of patients to visit health facilities. The incidence and prevalence of ARI in Indonesia in 2013 is 1.8 and 4.5%, respectively. ARI is still among the top ranks of eleven major causes of morbidity and mortality in children under five in 2013. One of the factors that makes a person get exposed to respiratory diseases is the nutritional status. This study aimed to determine whether there is a relationship between nutritional status and the incidence of ARI in infants at Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk on August 2016. Research subjects were toddlers who sought treatment at MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) health center in Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk. Eighty-four subjects participated in this study were selected by a consecutive sampling technique. Nutritional status was categorized based on anthropometric standards by measuring body weight age ratio. Among the subjects, 9 infants (64,3%) had bad nutrition and ISPA, whereas 49 infants (70,0%) had good nutrition and ISPA. Statistical analysis using Fisher test obtained a significance value, with a p-value of 0.754 (p> 0.05). The study concludes that there was no association between nutritional status and the incidence of ARI in infants in Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk in August 2016.Keywords: respiratory infections, nutritional status, toddler, Puskesmas Kecamatan Kebon Jeru
    corecore