7 research outputs found
TRACER STUDY TERHADAP PESERTA PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN YANG DISELENGGARAKAN OLEH PUSAT PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN LPPM UNIVERSITAS SEBELAS MARET TAHUN 2000-2007
Tracer Study adalah kegiatan penelusuran alumni khususnya dalam hal pencarian
kerja, situasi kerja, dan pemanfaatan pemerolehan kompetensi selama kuliah di universitas.
Tracer study bermanfaat untuk berbagai pihak, yakni perguruan tinggi dan terutama untuk
alumni guna memberikan informasi penting mengenai hubungan antara dunia pendidikan
tinggi dengan dunia kerja. Tracer study dapat menyajikan informasi mendalam dan rinci
mengenai relevansi antara dunia kerja dengan lulusan perguruan tinggi. Dalam rangka
melakukan perbaikan berkelanjutan Pusat Pengembangan Kewirausahaan LPPM UNS
merasa perlu untuk mengetahui bagaimana dampak dari berbagai pelatihan terhadap
“lulusannya”. Untuk itulah kegiatan tracer study ini dilakukan. Kegiatan ini pada dasarnya
untuk melakukan pengembangan program kerja dalam rangka peningkatan mutu
berkelanjutan. Informasi mengenai kompetensi yang relevan bagi dunia kerja dapat
membantu upaya perbaikan kurikulum dan sistem pembelajaran. Di sisi lain, dunia industri
dan dunia kerja dapat "mereferensi" ke dalam instistusi pendidikan tinggi melalui tracer
study ini, dan dengan demikian dapat menyiapkan diri dengan menyediakan pelatihanpelatihan
yang lebih relevan bagi sarjana pencari kerja baru.
Kata kunci : tracer study, pendidikan, dunia kerja
PENDAMPINGAN DAN PELATIHAN DASAR TEKNOLOGI BUDIDAYA DAN MANAJEMEN USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH
Pendampingan peternak sapi perah yang dilaksanakan oleh Pusat Pengembangan
Kewirausahaan bermitra dengan unit PKBL Pertamina mengambil lokasi di Kabupaten
Boyolali dan Kabupaten Semarang karena lokasi tersebut merupakan daerah potensial
untuk pengmbangan sapi perah berdasarkan kondisi geografisnya. Pendampingan petani
ternak sapi perah difokuskan pada teknologi budidaya dan manajemen usaha peternak.
Usaha budidaya selama ini belum dilaksanakan dengan baik, manajemen petani yang
kurang tertata dengan baik mengakibatkan produksi hasil ternak belum optimal. Melalui
pelatihan dan pendampingan diharapkan para petani ternak yang berjumlah 72 orang, dapat
mengembangkan usahanya menjadi lebih professional
IPTEKS BAGI KEWIRAUSAHAAN (IbK) DI PUSAT PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN (PPKwu) LPPM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
Ipteks Bagi Kewirausahaan (IbK) merupakan program yang dirancang untuk memandu
universitas menyelenggarakan unit layanan kewirausahaan yang professional, mandiri dan
berkelanjutan, berwawasan knowledge based economy. Dalam upaya menciptakan wirausaha
baru mandiri yang berbasis ipteks dan diharapkan sesuai dengan bidang ilmunya, pelaksanaan
program IbK diwujudkan dalam bentuk pelatihan kewirausahaan, menempatkan mahasiswa
untuk melaksanakan magang pada unit-unit usaha dan memfasilitasi mahasiswa dalam
berwirausaha. Kegiatan IbK tiap tahunnya diwajibkan membina 15 orang calon wirausaha yang
seluruhnya adalah mahasiswa dari program PKM, mahasiswa yang merintis usaha baru, dan
alumni. Pelaksanaan program IbK di Pusat pengembangan Kewirausahaan telah membina 15
orang calon wirausaha baru yang usaha bergerak di bidang agro dan kuliner. Melalui program
IbK calon wirausaha baru mendapatkan motivasi bagi mahasiswa yang mulai merintis usaha
untuk lebih mengembangkan dan meningkatkan omzet usahanya
PELUANG USAHA BISNIS RUMAHAN COKELAT REMPAH
Coklat merupakan makanan yang digemari semua kalangan masyarakat. Dalam coklat
juga terkandung banyak manfaat kesehatan sehingga coklat memiliki prospek yang
sangat baik untuk dikembangkan, salah satunya adalah usaha coklat rempah. Namun
karena kesulitan bahan baku berupa rempah bubuk, minimnya inovasi produksi dan
informasi tentang pengemasan produk secara tepat sehingga produk dapat tahan lama
tanpa bahan pengawet menyebabkan UKM Soeklat sulit untuk berkembang. Berbeda
halnya dengan UKM Komasatu, yang beranggotakan petani rempah mempunyai
kesulitan dalam memasarkan produk dan kurangnya inovasi dalam pengolahan rempah.
Oleh karena itu, kedua UKM ini belum dapat memaksimalkan usahanya. Modal yang
kecil menyebabkan usaha dilakukan secara konvensional yang masih memiliki banyak
kekurangan. Selain permasalahan teknis produksi permasalahan lain adalah kurangnya
kemampuan UKM dalam mengelola usahanya. Pengelolaan usaha yang dimaksud
meliputi kegiatan administrasi dan pencatatan serta manajemen kualitas. Peningkatan
kualitas dan kuantitas coklat dan rempah dari kedua UKM ini dilakukan melalui
kegiatan pendampingan., pemasaran dan keuangan), pendampingan pengemasan
pangan, Pendampingan yang dilakukan meliputi pendampingan pengelolaan usaha,
manajemen produksi, pendampingan proses produksi inovasi coklat buah, serta
pemberian Teknologi Tepat Guna yaitu berupa alat penggiling rempah dan alat
pengemas kedap udara
PENGEMBANGAN PUSAT KEWIRAUSAHAAN DAN PRODUKTIVITAS NASIONAL (P2KPN) DI UNIVERSITAS SEBELAS MARET MELALUI PUSAT PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN (PPKwu) LEMBAGA PENELITIAN & PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (LPPM)
Berbagai upaya yang bertujuan untuk menumbuhkembangkan jiwa
kewirausahaan dan meningkatkan aktivitas kewirausahaan agar para lulusan perguruan
tinggi lebih menjadi pencipta lapangan kerja, perlu dilakukan oleh berbagai pihak
termasuk perguruan tinggi. Melalui gerakan ini pada saatnya budaya kewirausahaan
diharapkan menjadi bagian etos kerja masyarakat (terutama masyarakat kampus) dan
bangsa Indonesia, yang pada akhirnya dapat dilahirkan wirausaha-wirausaha baru yang
handal, tangguh dan mandiri. Namun demikian budaya kewirausahaan masih belum
menampakkan hasil yang nyata. Kebijakan dan program penguatan kelembagaan yang
mendorong peningkatan aktivitas bcrwirausaha dalam percepatan pcrtumbuhan
wirausaha-wirausaha baru dengan basis IPTEKS sangat diperlukan. Sehubungan dengan
hal tersebut, diperlukan program khusus untuk memperkuat posisi wirausaha dari
kalangan mahasiswa, khususnya wirausaha mahasiswa dari program PMW dan program
kewirausahaan Dikti lainnya.
Kata Kunci : Kewirausahaan, mahasiswa, lapangan kerj
FAKTOR–FAKTOR KEBERHASILAN WIRAUSAHA MAHASISWA BERBASIS MARKETING MIX 7P
The level of success of PMW in several universities in producing new entrepreneurs (WUB) is still not optimal. Failure factors dominate PMW students more than success factors. Therefore, the purpose of this study is to analyze the success factors of student entrepreneurship based on the 7P Marketing Mix. The research method used is quantitative research. The results showed that in culinary and non-culinary businesses, the same success factors are in the elements of price, promotion, place, people, and process. In culinary, non-culinary, and service businesses, the same success factor lies in the process element. The similarities that do not exist in all elements indicate that the success factors found in the three business groups have their own uniqueness
Keywords: Marketing Mix 7P, Student Entrepreneurship, Success Factor
Model of Behavioral Change of Dental Health Social Workers on Community Dental Health Effort Program (UKGM): a qualitative study
Objectives: to analyze behavioral changes in dental health social workers at the Community Dental Health Effort Program (UKGM) in Semarang Regency, Central Java, Indonesia. Background: The dental health social workers are driving figures in the community, are expected to be able to play a role and provide examples in behavioral change in the field of dental health. Design and Methods: This research is a qualitative study with a phenomenological approach. The sampling method was purposive sampling from urban and rural areas. As a participant is : 5 people as dental health social workers from urban areas and 5 people from rural areas, 1 person in charge of the program at the district health office, 2 people from dental health workers at Public Health Center. Data analysis was carried out by holistic analysis of all cases. Results: The level of perceived susceptibility is quite good, the perception of the severity of dental and oral disease has been positive, there are no perceived barriers, there are benefits that are felt after doing self-care, the level of confidence after doing self-care is relatively good. Conclusion: the behavior of dental health social workers in self-care in the field of dental health is not optimal