3 research outputs found
ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN DI INDONESIA: PENDEKATAN SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI
Permasalahan distribusi pendapatan semakin penting diperhatikan karena terkait dengan aspek migrasi dan aspek sosial lainnya, sehingga secara khusus perhatian pada distribusi pendapatan antar golongan rumah tangga di Indonesa perlu dilakukan. Selanjutnya adalah menentukan kebijakan sektor produksi mana yang dapat dipilih dalam rangka mengurangi kesenjangan distribusi pendapatan antara golongan kaya dan miskin, khususnya antara golongan rumah tangga bukan pertanian golongan atas di kota dengan rumah tangga buruh tani dan rumah tangga bukan angkatan kerja di desa. Terkait dengan tujuan tersebut maka digunakan beberapu tahapan analisis, pertania dengan analisis pengganda global yaitu untuk melihat golongan rumah tangga mana yang menerima manfaat terbesar dari adanya pcubahan pennintaan akhir sektor produksi. Kedua, dengan menghitung rasio kesenjangan kaya-miskin yaitu membagi pendapatan rumah tangga paling kaya (nimah tangga bukan pertanian golongan atas di kota) dengan rumah tangga paling miskin (rumah tangga buruh tani dan rumah tangga bukan angkatan kerja di desa). Interpretasinya adalah, jika terjadi kenaikan permintaan akhir terhadap salah satu sektor produksi, berapa besar manfaat yang diterima rumah tangga paling kaya dibandingkan yang diterima rumah tangga paling miskin. Rasio yang semakin besar menunjukkan ketimpangan yang semakin besar Pula. Ketisa, dengan melihat structural path analysis yaitu pengganda langsung untuk mengetahui jalur pengaruh yang dilalui oleh sektor produksi pada golongan rumah tangga, khususnya pada golongan rumah tangga miskin yaitu rumah tangga buruh tani dan nimahtangga bukan angkatan kerja di desa. Dengan menggunakan program MATS (Matrix Accounts Transformation System) pada data SAM Indonesia Tahun 2000 dapat diperoleh angka pengganda global dan hasilnya rumah tangga terkaya menerima bagian penggandaan pendapatan terbesar sedangkan rumah tangga miskin menerima bagian pendapatan terkecil untuk setiap kegiatan produksi. Selanjutnya berdasarkan analisis rasio kesenjangan kaya-miskin, diperoleh 11 sektor produksi yang mampu mengurangi kesenjangan pendapatan golongan nimah tangga kaya dengan miskin, yaitu sektor produksi yang bergerak di pertanian; pertambangan, industri makanan, minuman, dan tembakau; indusiri kayu dan barang-barang dari kayu; industri kimia, pupuk, hasil-hasil dari tanah liat semen dan industri logam dasar; dan konstruksi. Jika dari ke-11 sektor produksi tersebut masih dilakukan pemilihan, maka kebijakan pengembangan sektor produksi untuk sektor pertanian tanaman pangan; sektor industri makanan, minuman dan tembakau; sektor pertambangan dan penggalian lainnya; serta sektor konstruksi dapat diprioritaskan. Kemudian dari ke-4 sektor produksi tersebut dapat dianalisis secara mendalam bagaimana jalur strukturalnya sampai ke rumah tangga miskin
ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN DI INDONESIA: PENDEKATAN SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI
Permasalahan distribusi pendapatan semakin penting diperhatikan karena terkait dengan aspek migrasi dan aspek sosial lainnya, sehingga secara khusus perhatian pada distribusi pendapatan antar golongan rumah tangga di Indonesa perlu dilakukan. Selanjutnya adalah menentukan kebijakan sektor produksi mana yang dapat dipilih dalam rangka mengurangi kesenjangan distribusi pendapatan antara golongan kaya dan miskin, khususnya antara golongan rumah tangga bukan pertanian golongan atas di kota dengan rumah tangga buruh tani dan rumah tangga bukan angkatan kerja di desa. Terkait dengan tujuan tersebut maka digunakan beberapu tahapan analisis, pertania dengan analisis pengganda global yaitu untuk melihat golongan rumah tangga mana yang menerima manfaat terbesar dari adanya pcubahan pennintaan akhir sektor produksi. Kedua, dengan menghitung rasio kesenjangan kaya-miskin yaitu membagi pendapatan rumah tangga paling kaya (nimah tangga bukan pertanian golongan atas di kota) dengan rumah tangga paling miskin (rumah tangga buruh tani dan rumah tangga bukan angkatan kerja di desa). Interpretasinya adalah, jika terjadi kenaikan permintaan akhir terhadap salah satu sektor produksi, berapa besar manfaat yang diterima rumah tangga paling kaya dibandingkan yang diterima rumah tangga paling miskin. Rasio yang semakin besar menunjukkan ketimpangan yang semakin besar Pula. Ketisa, dengan melihat structural path analysis yaitu pengganda langsung untuk mengetahui jalur pengaruh yang dilalui oleh sektor produksi pada golongan rumah tangga, khususnya pada golongan rumah tangga miskin yaitu rumah tangga buruh tani dan nimahtangga bukan angkatan kerja di desa. Dengan menggunakan program MATS (Matrix Accounts Transformation System) pada data SAM Indonesia Tahun 2000 dapat diperoleh angka pengganda global dan hasilnya rumah tangga terkaya menerima bagian penggandaan pendapatan terbesar sedangkan rumah tangga miskin menerima bagian pendapatan terkecil untuk setiap kegiatan produksi. Selanjutnya berdasarkan analisis rasio kesenjangan kaya-miskin, diperoleh 11 sektor produksi yang mampu mengurangi kesenjangan pendapatan golongan nimah tangga kaya dengan miskin, yaitu sektor produksi yang bergerak di pertanian; pertambangan, industri makanan, minuman, dan tembakau; indusiri kayu dan barang-barang dari kayu; industri kimia, pupuk, hasil-hasil dari tanah liat semen dan industri logam dasar; dan konstruksi. Jika dari ke-11 sektor produksi tersebut masih dilakukan pemilihan, maka kebijakan pengembangan sektor produksi untuk sektor pertanian tanaman pangan; sektor industri makanan, minuman dan tembakau; sektor pertambangan dan penggalian lainnya; serta sektor konstruksi dapat diprioritaskan. Kemudian dari ke-4 sektor produksi tersebut dapat dianalisis secara mendalam bagaimana jalur strukturalnya sampai ke rumah tangga miskin
IDENTIFIKASI SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN REGIONAL DI INDONESIA
Identifikasi Sektor-Sektor Unggulan Regional Di Indonesia Sumberdaya merupakan semua potensi yang dimiliki oleh alam dan manusia, baik dalam bentuk tanah, bahan mentah, modal, tenaga kerja, keahlian, keindahan alam maupun sosial budaya. Potensi tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah yang bersangkutan. Untuk itu perlu identifikasi sektor-sektor unggulan regional yang dalam hal ini dilakukan berdasarkan analisis struktur ekonomi, analisis pertumbuhan ekonomi, analisis shift-share, analisis location quotient, economic base model (multiplies). Denis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder untuk PDRB 30 Provinsi dan PDB Indonesia dari tahun 1995 sampai tahun 2000 berdasarkan tahun konstan 1993. Provinsi-provinsi di Pulau Sumatera masih mengandalkan kegiatan sektor primer dalam pembentukan PDRB. Hampir semua Provinsi untuk sektor pertanian merupakan sektor basis dan memiliki Sd dan Sp positif, kecuali Provinsi Jambi, Kep. Bangka Belitung dan Bengkulu. Dari sisi multiplier terlihat bahwa semua Provinsi mempunyai nilai rata-rata antara 1 dan 2, kecuali Provinsi Sumatra Barat dan Lampung memiliki multiplier di atas 2. Kondisi ini menjelaskan bahwa sektor basis provinsi-provinsi di Pulau Sumatera masih kecil memberikan spread effect dalam perekonomian. Provinsi-provinsi di Pulau Jawa dan Bali sudah terjadi proses transformasi ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder atau tersier. Pada tahun 1998 -- 2000 (saat krisis) hanya sektor listrik, gas dan air minum yang tetap mengalami pertumbuhan positif, sedangkan beberapa sektor lain adalah negatif, bahkan untuk sektor bangunan dan sektor bank lembaga keuangan mengalami pertumbuhan negatif yang cukup besar. Kondisi ini menggambarkan bahwa pada saat krisis ternyata sektor bangunan dan sektor bank lembaga kuangan merupakan sektor yang langsung terpukul. Berdasarkan kontribusi sektoral ternyata dua sektor yang memiliki kontribusi tertinggi pembentukan PDRB provinsi di Pulau Kalimantan adalah sektor pertanian dan sektor industri pengolahan. Khusus Provinsi Kalimantan Timur ternyata sektor pertambangan penggalian, dan sektor industri pengolahan memberikan kontribusi terbesar. Dalam analisis gabungan LQ dan Shift Share dengan perbandingan nasional ternyata hampir sernua Provinsi di Kalimantan tidak memiliki sektor basis, kecuali Kalimantan Timur. Berdasarkan kontribusi sektoral ternyata sektor yang memiliki kontribusi tertinggi pembentukan PDRB provinsi di Pulau Sulawesi adalah sektor pertanian dan sektor pengangkutan komunikasi. Peranan yang cukup tinggi sektor pertanian di Sulawesi, khususnya cengkeh di Sulawesi Utara hendaknya dapat dipergunakan sebagai perencanaan pembangunan daerah berbasis komoditas unggulan. Sementara itu, ada dua sektor yang memiliki kontribusi tertinggi pembentukan PDRB Provinsi di Maluku, Papua dan Nusa Tenggara yaitu sektor pertanian, dan sektor perdagangan, hotel, restoran. Papua memiliki sumberdaya alarn yang melirnpah tetapi kualitas sumberdaya manusia terbatas, sehingga strategi yang diupayakan adalah pembangunan daerah berbasis input