5 research outputs found

    Pengaruh Penjarangan Buah Dan Pemupukan Kalium Terhadap Pertumbuhan, Hasil, Dan Kualitas Buah Melon (Cucumis Melo L.)

    No full text
    Melon merupakan tanaman hortikultura yang banyak diminati karena rasanya yang manis dan juga memiliki kandungan gizi yang baik. hal tersebut menyebabkan permintaan buah melon semakin meningkat. Penjarangan buah pada tanaman melon perlu dilakukan karena tanaman melon memiliki banyak buah. Jumlah buah yang banyak akan menyebabkan buah menjadi kecil. Petani pada umumnya melakukan penjarangan buah dengan menyisakan 1 buah per tanaman. Peningkatan produksi dapat dilakukan dengan penjarangan yang menyisakan 2 buah per tanaman. Dalam proses budidaya, melon memerlukan unsur hara dalam jumlah yang cukup banyak. Kalium merupakan unsur yang berperan penting dalam pertumbuhan melon Unsur kalium berperan untuk merangsang translokasi gula yang akan disimpan pada buah sehingga buah akan lebih manis. Kalium juga berperan dalam pertumbuhan, perkembangan buah dan biji sehingga dengan diberikannya unsur kalium maka buah akan tumbuh secara optimal dan dapat meningkatkan produksi buah melon. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh penjarangan buah dan pemupukan kalium terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman melon. Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2021-Juli 2021 di Dusun Mandala, Kecamatan Gapura, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Yang memiliki ketinggian tempat 36 meter di atas permukaan laut (mdpl) dan suhu rata-rata 28,4 0C. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tray, gembor, cangkul, cetok, meteran, tali, ajir, alfaboard, gunting, camera, dan timbangan analitik. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah benih melon hibrida Pertiwi, pupuk kandang, pupuk urea, pupuk ZA, pupuk KCl, pupuk SP-36, tanah, fungisida, dan pestisida. Penelitian dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok yang terdiri atas 2 faktor, Faktor pertama adalah penjarangan buah dengan P1= menyisakan 1 buah per tanaman dan P2= menyisakan 2 buah per tanaman. Faktor kedua adalah pemupukan K2O dengan dosis yang digunakan K1= 0 kg K2O.ha-1, K2= 60 kg K2O.ha-1, K3= 120 kg K2O.ha-1, K4= 180 kg K2O.ha-1, dan K5= 240 kg K2O.ha-1. Semua perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Pengamatan dilakukan terhadap tanaman melon yaitu pengamatan nondestruktif dan panen. Variabel yang diamati adalah panjang tanaman, jumlah daun, ruas batang, umur panen, bobot buah per buah, bobot buah per tanaman, diameter buah, dan kadar gula. Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis ragam pada taraf 5% . Apabila terdapat pengaruh nyata, maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan DMRT pada taraf 5% untuk mengetahui adanya perbedaan pada setiap perlakuan. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terjadi interaksi antara penjarangan buah dan pemberian dosis pupuk kalium pada pertumbuhan, hasil, dan kualitas buah melon. Perlakuan penjarangan pada tanaman melon dengan menyisakan 1 buah per tanaman menghasilkan bobot buah per buah dan diameter buah lebih tinggi, namun menghasilkan bobot buah per tanaman yang lebih rendah dibandingkan perlakuan ii penjarangan dengan menyisakan 2 buah per tanaman. Pemberian pupuk kalium pada tanaman melon dengan dosis 60kg K2O.ha-1 (K2) menghasilkan buah melon pada ruas batang ke 10 dengan kadar gula paling tinggi. Pemberian pupuk kalium dengan dosis yang berbeda menyebabkan perbedaan posisi ruas batang untuk pembentukan buah, yaitu terbentuk pada ruas batang ke 7 sampai ke 1

    Uji Efektifitas Frekuensi Penyiraman dan Sumber Hara sebagai Pengganti AB Mix pada Budidaya Sawi Hijau (Brassica juncea L.) secara Hidroponik Substrat.

    No full text
    Tanaman sawi hijau merupakan tanaman yang termasuk dalam kategori hortikultura yang memilki potensi untuk dijadikan sebagai usaha tani. Peningkatan daya saing hortikultura Indonesia menjadi salah satu agenda penting dan mendesak karena permintaan konsumen terus meningkat untuk produk pertanian primer dan hasil olahannya, khususnya hortikultura. Hidroponik merupakan alternatif untuk meningkatkan suatu produktivitas dan kualitas tanaman. Namun diperlukan biaya produksi yang tinggi dalam budidaya hiroponik. Umumnya budidaya hidroponik menggunakan nutrisi AB Mix yang relatif mahal. Mengganti nutrisi AB Mix dengan nutrisi alternatif yang lebih murah namun dapat menghasilkan produktivitas yang tidak berbeda nyata dengan penggunaan AB Mix sehingga biaya produksi dapat menurun. Nutrisi alternatif yang digunakan adalah campuran biourin dan pupuk NPK. Biourin digunakan sebagai nutrisi alternatif, namun kandungan nutrisi biourin tidak lebih tinggi dari kandungan nutrisi AB Mix dalam jumlah volume yang sama. Oleh karena itu perlu adanya pupuk tambahan yang memiliki kandungan nutrisi yang dapat menyeimbangkan kekurangan tersebut, yaitu dengan penambahan pupuk NPK. Sistem hidroponik yang digunakan adalah hidroponik substrat menggunakan media arang sekam dan cocopeat. Campuran media cocopeat dan arang sekam memiliki aerasi yang tinggi dan kapasitas menahan air yang kuat sehingga baik untuk perkembangan tanaman. Hal yang krusial dalam aplikasi air dan hara adalah frekuensi irigasi. Sehingga telah dilakukan penelitian mengenai uji efektifitas frekuensi aplikasi penyiraman dan sumber hara sebagai pengganti AB Mix pada budidaya tanaman sawi hijau (Brassica juncea L.) secara hidroponik substrat. Penelitian ini untuk mengetahui efektifitas frekuensi aplikasi penyiraman dan sumber hara sebagai pengganti AB Mix pada budidaya sawi hijau (Brassica juncea L.) secara hidroponik substrat. Penelitian dilaksanakan pada bulan oktober 2022 sampai bulan november 2022. Tempat dilaksanakan penelitian adalah di Jatimulyo Kecamatan Lowokwaru. Penelitian dilakukan dengan percobaan faktorial yang menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua faktor. Faktor pertama adalah frekuensi aplikasi dengan dua perlakuan: yaitu satu kali sehari penyiraman dan dua hari sekali penyiraman. Faktor kedua adalah kombinasi larutan hara dengan lima perlakuan 100% AB Mix sebagai kontrol, 50% AB Mix + 50% NPK 15:15;15, 50% biourin sapi + 50% NPK 15:15:15, 75% biourin sapi + 25% NPK 15:15:15, 25% biourin sapi + 75% NPK 15:15:15. Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga ulangan sehingga terdapat 30 satuan percobaan. Pengamatan dilakukan pada bagian vegetatif tanaman, meliputi: tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, bobot segar total dan bobot segar konsumsi. Seluruh data kuantitatif yang telah dihimpun dianalisis menggunakan uji statistika Annova Two-Ways. Selanjutnya apabila analisis ragam perlakuan frekuensi penyiraman dan kombinasi larutan hara menunjukkan pengaruh nyata, maka dilakukan uji lanjut dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%. Hasil penelitian yang didapatkan adalah penggunaan biourin dan NPK belum efektif menggantikan AB Mix pada budidaya hidroponik substrat tanaman sawi hijau. Tidak terjadi interaksi antara perlakuan frekuensi penyiraman dan kombinasi larutan hara pada pertumbuhan dan hasil tanaman sawi hijau. Pertumbuhan dan hasil tanaman sawi hijau tidak dipengaruhi oleh perbedaan frekuensi penyiraman. Kombinasi larutan hara memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah dan, luas daun, bobot segar dan bobot konsumsi tanaman sawi hijau. Tanaman sawi hijau menghasilkan pertumbuhan dan hasil paling tinggi pada penggunaan larutan hara AB Mix 100%

    Pengaruh Perendaman Benih pada Air Kelapa dan Waktu Pemangkasan Pucuk pada Pertumbuhan dan Hasil Buncis Tegak (Phaseolus vulgaris L.).

    No full text
    Tanaman buncis merupakan salah satu tanaman sayuran yang dikonsumsi dan dibudidayakan di Indonesia. Tanaman ini banyak dimanfaatkan hasilnya yaitu pada bagian polongnya sebagai bahan pangan. Pada polong tanaman buncis, terdapat beberapa nutrisi yang terkandung seperti karbohidrat, protein, serat, mineral, dan vitamin. Namun, budidaya buncis di Indonesia memiliki permasalahan dari segi produksi yang kurang optimal. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi tanaman buncis tegak yaitu perendaman benih pada air kelapa dan pemangkasan pucuk. Hal ini karena terdapat zat pengatur tumbuh (ZPT) auksin, giberelin dan sitokinin yang terkandung pada air kelapa. Selain itu, pemangkasan pucuk sebagai salah satu kegiatan budidaya dapat dilakukan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan hasil. Pemangkasan pucuk akan memacu tumbuhnya percabangan yang dapat menghasilkan bunga dan buah lebih banyak. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mempelajari pertumbuhan dan hasil pada buncis tegak akibat interaksi perlakuan konsentrasi perendaman benih pada air kelapa dan waktu pemangkasan pucuk. Hipotesis pada penelitan ini yaitu perlakuan konsentrasi perendaman benih pada air kelapa 750 mL L-1 dan waktu pemangkasan pucuk 14 hst dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman buncis tegak. Percobaan ini dilaksanakan di Desa Jatikerto, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur pada bulan Juni hingga September 2022. Percobaan yang dilakukan merupakan percobaan faktorial dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari dua faktor yaitu konsentrasi perendaman benih pada air kelapa dan waktu pemangkasan pucuk. Pada percobaan terdapat 12 kombinasi perlakuan dengan ulangan sebanyak 3 kali. Faktor konsentrasi perendaman air kelapa terdapat 4 taraf, yaitu: K0: Tanpa perendaman air kelapa; K1: Konsentrasi perendaman benih pada air kelapa 250 mL L-1; K2: Konsentrasi perendaman benih pada air kelapa 500 mL L-1; K3: Konsentrasi perendaman benih pada air kelapa 750 mL L-1. Pada waktu pemangkasan pucuk terdiri dari 3 taraf, yaitu: P0: Tanpa pemangkasan pucuk; P1: Waktu pemangkasan pucuk 14 hst; P2: Waktu pemangkasan pucuk 21 hst. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis ragam dengan taraf 5%. Jika F hitung > F Tabel maka akan dilakukan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) taraf signifikan 5% untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing perlakuan. Hasil penelitian menunjukan terdapat interaksi antara perlakuan konsentrasi perendaman benih pada air kelapa dan waktu pemangkasan pucuk pada jumlah bunga, fruit set, bobot segar per tanaman dan bobot segar polong per hektar pada buncis tegak. Perendaman benih pada air kelapa dengan konsentrasi 500 mL L-1 dan 750 mL L-1 dapat meningkatkan jumlah polong per tanaman dan jumlah polong panen buncis tegak. Perendaman benih pada air kelapa dengan konsentrasi 500 mL L-1 dapat meningkatkan luas daun pada 49 hst. Sedangkan waktu pemangkasan pucuk 14 hst maupun 21 hst dapat meningkatkan jumlah cabang buncis tegak pada 28 hst dan jumlah daun pada 35 hst

    Pengaruh Dosis Nitrogen Dan Interval Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Sambiloto (Andrographis Paniculata Ness.)

    Get PDF
    Sambiloto (Andrographis paniculata Ness) ialah tumbuhan liar berkhasiat obat. Penggunaan sambiloto sebagai obat tradisional semakin diminati, akan tetapi, hingga sekarang sebagian besar sambiloto masih belum banyak dibudidayakan dan mengandalkan pasokan dari alam. Tanaman obat yang masih mengandalkan pasokan dari alam memerlukan teknik budidaya yang dapat menunjang pertumbuhan tanaman. Teknik budidaya yang perlu diperhatikan diantaranya ialah pemberian pupuk dan air pada tanaman. Kedua hal tersebut sangat penting karena pupuk digunakan sebagai tambahan hara dari luar selain dari media tanam, sedangkan air dapat mempengaruhi fotosintesis dan reaksi kimia pada organ tanaman. Sambiloto merupakan tanaman yang dipanen pada masa vegetatif, sehingga kebutuhan nitrogen harus terpenuhi. Oleh karena itu, dosis nitrogen dan interval pemberian air yang tepat diperlukan untuk mencapai produksi tanaman sambiloto yang optimal. Tujuan penelitian ini ialah untuk mempelajari pengaruh dosis nitrogen dan interval pemberian air yang tepat untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil tanaman sambiloto yang tepat. Hipotesis penelitian ini ialah terdapat interaksi atau pengaruh pemupukan nitrogen tertentu pada interval pemberian air tertentu yang dapat menghasilkan pertumbuhan dan hasil tanaman sambiloto yang tepat. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2019 sampai Mei 2019 di Desa Sidomulyo, Kecamatan Batu, Kota Batu dengan ketinggian ±700 m dpl. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi cetok, gembor, meteran, gelas ukur, timbangan, polibag berdiameter 25 cm, alat tulis, kamera. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tanah, pupuk kandang, biji sambiloto, pupuk urea, air. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), disusun secara faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah dosis pupuk N yang terdiri dari 4 taraf yaitu 0 kg N.ha-1 (N0), 46 kg N.ha-1 (N1), 92 kg N.ha-1 (N2) dan 138 kg N.ha-1 (N3). Sedangkan faktor kedua, interval pemberian air yang terdiri dari 3 taraf yaitu P1 = 1 hari sekali; P2 = 2 hari sekali; P3 = 3 hari sekali. Pengamatan tanaman sambiloto dibagi menjadi pengamatan pertumbuhan dan hasil. Pengamatan pertumbuhan dilakukan setiap seminggu sekali. Paramater pertumbuhan yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah daun dan luas daun. Sedangkan pengamatan hasil dilakukan pada saat tanaman sudah panen yaitu saat tanaman belum berbunga. Parameter hasil yang diamati yaitu bobot segar total, bobot kering total, analisa index klorofil, analisa kandungan nitrogen pada tanaman dan analisa flavonoid. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam (uji F) dengan taraf kesalahan 5% dan apabila terdapat pengaruh nyata, dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%. Hasil yang diperoleh menunjukkan interaksi pemupukan Nitrogen 92 kg.ha-1 dengan penyiraman 2 hari sekali dapat meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, bobot segar dan bobot kering tanaman sambiloto. Semakin tinggi ii dosis pemupukan N dan semakin jarang interval penyiraman maka semakin tinggi kandungan flavonoid dalam tanaman sambiloto. Perlakuan Nitrogen 92 kg.ha-1 dapat meningkatkan kandungan nitrogen dan klorofil dalam tanaman sambilot

    Respon Pertumbuhan Bibit Tiga Varietas Ubi Kayu (Manihot Esculenta Crantz) Terhadap Media Tanam Dengan Teknik Rapid Multiplication

    No full text
    Tanaman ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu sumber bahan pangan yang potensial dan menempati urutan ketiga setelah padi dan jagung sebagai bahan pangan pokok. Permintaan ubi kayu terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, baik untuk pemenuhan kebutuhan pangan maupun industri. Namun penyediaan pangan lokal ubi kayu di Indonesia masih belum optimal. Hal tersebut dikarenakan adanya penuaan fisiologis tanaman dan kelangkaan dari bahan tanam ubi kayu. Upaya untuk menghasilkan bahan tanam secara cepat dapat menggunakan teknik rapid multiplication dan harus menerapkan penggunaan varietas unggul dan pemilihan media tanam yang tepat. Tujuan dari penelitian ini adalah Mendapatkan media tanam yang sesuai dari tiga varietas ubi kayu dengan teknik rapid multiplication. Mempelajari pengaruh dari masing-masing media tanam dan varietas dengan teknik rapid multiplication. Hipotesis dari penelitian ini adalah didapatkan media tanam yang sesuai dari tiga varietas pada perbanyakan bibit dengan teknik rapid multiplication. Perlakuan dari masing-masing media tanam dan varietas menunjukkan pertumbuhan yang berbeda dengan teknik rapid multiplication. Penelitian dilaksanakan pada bulan April - Mei 2021 yang bertempat di greenhouse Universitas Tribhuwana Tungga Dewi, Jalan Telaga Warna, Tlogomas, Lowokwaru, Kota Malang. Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain gergaji, gembor, cetok, penggaris, polibag ukuran 25×25 cm, alat tulis, camera digital, oven, timbangan analitik, thermohygrometer, dan yellow trap. Bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain bibit ubi kayu varietas Vati 1, varietas Malang 1, varietas Adira 1, tanah, cocopeat, arang sekam dan fungisida. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor yaitu madia tanam dan varietas. Faktor pertama adalah media tanam yang terdiri dari 4 perlakuan diantaranya media tanam tanah, media tanam arang sekam, media tanam cocopeat dan kombinasi media tanam arang sekam + cocopeat. Faktor kedua adalah varietas ubi kayu yang terdiri dari 3 macam perlakuan diantarnya varietas Vati 1, varietas Malang 1, dan varietas Adira 1. Parameter yang diamati diantaranya pengamatan destruktif dan pengamatan non-destruktif. Pengamatan destruktif terdiri dari bobot segar tanaman, bobot kering tanaman, panjang akar, bobot segar akar, dan bobot kering akar. Pengamatan non-destruktif terdiri dari persentase hidup, tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah buku, dan jumlah tunas. Data pengamatan dianalisis menggunakan analisis ragam (ANOVA) pada taraf 5%. Apabila hasil analisis tersebut berbeda nyata (F hitung > F tabel 5%), maka akan dilanjutkan dengan uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ) dengan taraf 5%. Berdasarkan hasil penelitian media tanam yang sesuai pada varietas Vati 1 adalah media tanam arang sekam dan kombinasi arang sekam + cocopeat, tetapi memiliki persentase hidup yang kurang baik. Media tanam yang sesuai untuk varietas Malang 1 adalah media tanam arang sekam dan memiliki persentase ii hidup sebesar 100%. Kemudian pada varietas Adira 1 semua media tanam dapat digunakan karena tidak menunjukkan perbedaan pertumbuhan tanaman dan memiliki persentase hidup sebesar 100%. Penggunaan media tanam arang sekam, media tanam tanah, dan kombinasi media tanam arang sekam + cocopeat menunjukkan pertumbuhan tanaman lebih baik dibandingkan media tanam cocopeat. Kemudian penggunaan varietas Vati 1 dan varietas Malang 1 memberikan pertumbuhan tanaman yang lebih baik dibandingkan dengan varietas Adira 1
    corecore