2 research outputs found
UJI DIAGNOTIK CIRCULATING TUMOR DNA (ctDNA) DALAM MENDETEKSI MUTASI EPIDERMAL GROWTH FACTOR RECEPTOR (EGFR) PADA PASIEN KANKER PARU JENIS ADENOKARSINOMA DI RSUP DR. M.DJAMIL PADANG
Latar belakang: ctDNA merupakan alternatif pemeriksaan deteksi mutasi EGFR pada kanker paru jenis adenokarsinoma bila spesimen dari jaringan/sitologi tidak dapat dilakukan. Sensitivitas, spesivisitas dan akurasi pemeriksaan ctDNA masih sangat bervariasi. Penelitian ini bertujuan mengetahui sensitivitas, spesifisitas dan akurasi ctDNA dalam mendeteksi muatsi EGFR pasien kanker paru jenis adenokarsinoma di RSUP DR. M. Djamil Padang.
Metode: Desain: penelitian uji diagnostik membandingkan pemeriksaan ctDNA dengan jaringan/sitologi dalam mendeteksi mutasi EGFR pada 42 orang pasien kanker paru jenis jenis adenokarsinoma di RSUP DR. M. Djamil Padang. Sampel diambil secara dengan teknik konsekutif.
Hasil: Angka kejadian mutasi EGFR pada pasien kankerparu jenis adenokarsinoma dari spesimen jaringan/sitologi lebih banyak dari ctDNA (42,9% vs 28,6%; p=0,031). Terdapat perbedaan deteksi mutasi EGFR pada jenis kelamin, status merokok, TNM staging berdasarkan pemeriksaan jaringan/sitologi dan ctDNA (p=0,031). Deteksi mutasi EGFR pemeriksaan jaringan/sitologi dan ctDNA banyak ditemukan pada laki-laki (66,7% dan 58,3%), bekas perokok (50,0% dan 41,7%) dan stage IV (88,9% dan 91,7%). Hasil sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif (NNP) dan nilai prediksi negatif (NPN) pemeriksaan ctDNA dalam mendeteksi mutasi EGFR yaitu 66,7%, 100%, 100% dan 80% berdasarkan pemeriksaan jaringan sitologi sebagai baku emas. Selain itu, akurasi pemeriksaan ctDNA didapatkan baik berdasarkan nilai AUC 0,833 (p=0,0001).
Kesimpulan: Pemeriksaan ctDNA memiliki akurasi baik dan spesifisitas yang tinggi sebagai alternatif pemeriksaan deteksi mutasi EGFR walaupun dengan sensitifitas sedang
Komplikasi Kronik Aspirasi Benda Asing pada Saluran Napas Bawah
Aspirasi benda asing pada saluran napas bawah adalah kegawatdaruratan yang menyebabkan kematian. Terdapat lebih kurang 3000 kematian seetiap tahunnya akibat aspirasi benda asing di Amerika Serikat. Terdapat 14 kasus aspirasi benda asing di RSUP Persahabatan yang dilakukan tindakan bronkoskopi pada tahun 2000-2005. Penyebab tersering adalah aspirasi jarum pentul 36,7%, kacang 21,21% dan gigi palsu 9,09%. Komplikasi yang terjadi karena aspirasi benda asing diantaranya pneumonia, efusi pleura, ateletaksi, abses dan hemoptisis. Seorang laki-laki 16 tahun datang dengan keluhan utama batuk produktif disertai dengan darah sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit. Tidak ada keluhan respirasi lain dan keluhan sistemik. Riwayat tertelan paku mading 3 bulan yang lalu, tapi tidak pernah memeriksakan diri ke dokter. Tanda-tanda vital normal. Fremitus melemah dan suara ronki di paru kanan bawah. Rontgen toraks AP-Lateral menunjukkan gambaran ateletaksis di lobus medius dan inferior paru kanan, terdapat corpus alienum di hilus kanan. CT scan toraks menunjukkan gambaran ateletaksis dan cospus alienum. Pasien didagnosis dengan ateletaksis ec corpus alienum dengan diagnosis banding abses paru. Corpus alienum dikeluarkan dengan tindakan bronkoskopi serat lentur. Tampak gambaran bronkoskopi pada rontgen toraks post bronkoskopi. Pasien diterapi dengan antibiotic dan obat anti perdarahan. Dari kasus ini dapat disimpulkan bahwa komplikasi kronik aspirasi benda asing pada saluran napas bawah diantraanya ateletaksis, abses paru dan bronkiektasi. Usia muda mempengaruhi prognosis baik, karena gejala sisa tidak ditemukan pada kasus ini